12 Desember 2012

Super Junior Fanfiction | Your Eyes

Super Junior FanFiction | Your Eyes


 Main Cast            : Kim Jong Woon a.k.a Yesung
                               Park Hye Kyung
Support Cast        : Lee Donghae
Genre                   : Romance
Rate                     : T
Length                 : One Shoot [Maybe Long Shoot]


Warning : Typo(s) *always like*. Italic + Bold = Flashback. Main POV is Park Hye Kyung, for another POV has attach. Happy reading and don’t forget for comment   ^__^


Tes.. tes.. tes...

Cairan bening itu dengan sukses menyambutku pagi ini.

Huufth....

“Ya, kenapa harus hujan lagi...!”

Aku membuka tas dan merogohnya.

“Sial!!!”.


Aku sama sekali tak menemukan benda itu. Kemana perginya! Dengan menyesal kuputuskan untuk berlari.

Air itu semakin bersemangat menghujamiku. Ah, entahlah. Kemana lagi aku harus beteduh. Semua sudah ramai.

Langkahku terhenti di depan sebuah toko kecil di ujung jalan Yongsan. Ya, kuakui toko itu memang yang paling kecil jika dibanding dengan toko-toko disekitarnya.

Tapi.....

Braaakk.....

“Aaw...” Jeritku. Saat entah apa itu menabrak punggung belakangku. Rasanya sakit.

“Ah, mianhae.”

Suaranya tidak asing bagiku. Apa pemilik suara itu adalah.....

Aku pun membalikkan tubuhku. Mencoba memastikan kalau tebakanku itu benar. Dan.......


~Yesung POV~
Aku benar-benar menikmati udara pagi ini. Ya, walau turun hujan tapi aku suka. Kalian tahu seperti apa bau tanah basah? Itu, yang menjadi salah satu alasanku menyukai hujan. Walau tak sepenuhnya aku menyukai hujan.

Kalian pasti bisa menebak, apa yang paling kalian benci karena efek dari hujan. Yup! Kemacetan! Itu memang benar. Kalau sudah terjebak didalamnya, aku sudah sangat menyerah. Tapi tidak untuk hari ini.

Kulangkahkan kakiku menyusuri pinggiran jalan Yongsan. Menatapi mereka yang berlarian karena tak membawa sebuah benda pelindung.

Sambil mendengarkan lagu kesukaanku yang terputar dari ipod, aku tersenyum.

Ah, kenangan itu lagi....

Entah kenapa setiap mendengar lagu yang satu ini aku selalu tersenyum. Ya, benar. Aku gila! Aku memang sudah gila! Dan aku merasa kalau aku memang benar-benar sudah gila sekarang!

Kulangkahkan kakiku dengan pasti. Saat kakiku hampir berada di ujung jalan, kedua mataku menangkap siluet tubuh yang tak asing bagiku. Tapi siapa yeoja itu?

Braaakk.....

“Aaw...” Jeritnya, saat aku tidak sengaja menabrak punggungnya karena aku sendiri pun tertabrak seorang ahjussi yang tengah berlari dari arah berlawanan.

Karena takut disalahlah akhirnya aku meminta maaf. “Ah, mianhae.”

Yeoja itu hanya terdiam. Aku jadi semakin takut kalau-kalau yeoja itu akan memakiku.

Tak lama ia pun berbalik, perlahan tapi pasti.

Kini mata kami saling bertemu. Kutatap manik matanya dalam. Aneh! Darahku berdesir cepat. Dapat kurasakan sekelilingku menjadi hening. Aku dapat merasakan degup jantungku yang mulai tak beraturan. Ya! Perasaan aneh macam apa ini?

Aku sama sekali tak bisa melepas tatapanku pada matanya. Mata itu begitu indah. Sangat indah. Kurasakan udara disekelilingku menipis. Ya! Apa-apaan ini? Kenapa jadi begini?

Lidahku menjadi kelu. Rasanya sulit sekali untuk kugerakkan. Tubuhku benar-benar bergetar sangat hebat. Bahkan aku dapat merasakan hembusan nafasku sendiri yang sangat berat. Suara kedipan kelopak mataku amat terasa. Apa ini?
~Yesung POV end~

~Author POV~
Begitu takjubnya seorang Kim Jong Woon dengan yeoja dihadapannya.

Ia sudah kehilangan akal sehatnya demi memandangi tiap lekukan wajah yeoja dihadapannya.

“Ya, agasshi! Gwaechana?” yeoja itu menggerakkan kedua tangannya tepat dihadapan wajah seorang namja yang lebih akrab dipanggil Yesung.

Suara lembut itu membuyarkan tatapan namja dihadapannya. Setelahnya Yesung tersadar dari alamnya.

“Eoh?”

“Agasshi, gwaechana?” Tanya yeoja itu -sekali lagi-.

“Ah, nde. Gwaechana. Mianhae...” Jawab Yesung kikuk.

“Aa, syukurlah...” Bukannya marah justru yeoja itu malah menyunggingkan senyum-termanis-nya.

“Mwoyaaa!!!” Pekik Yesung.

Yeoja itu hanya merespon dengan menautkan kedua alisnya –tak mengerti-.

Sadar dengan ekpresinya, buru-buru Yesung menjelaskan. “Ah, mian. Kau pasti tak mengerti.” Ucap Yesung sambil mengelus tengkuknya.

“Wae?”

Hening.

Suara gemercik hujan jadi semakin jelas terdengar disela keheningan mereka berdua.

Entah kenapa kesepian itu malah lebih senang membalut mereka yang tengah berada di depan toko kecil itu.

Tidak suka dengan keheningan yang tercipta, yeoja itu angkat bicara. “Apa agasshi merasa aneh karena aku tidak marah padamu yang telah menabrak punggungku, eoh?”

“Ah, nde.” Ucap Yesung sambil menundukkan kepalanya dan kembali menatapi wajah yeoja dihadapannya.

Yeoja itu hanya tertawa kecil melihat tingkah namja dihadapannya.

“Gwaechana. Lagipula itu juga bukan salahmu, ‘kan?”

Yeoja itu tersenyum -lagi- dengan sangat manisnya.

“Apa kau seorang peramal? Kenapa bisa menebak apa yang tengah kupikirkan?” Ucap Yesung polos.

‘Mwo?! Yak!!! Pabo!!! Pabo Yesung!!!’ Rutuk Yesung dalam hati.

“Ahahahaha....” Bukannya menjawab, yeoja itu malah tertawa.

Kesal karena ditertawakan, Yesung hanya mendengus kesal.
~Author POV end~

Haahaahaahahaha.... dia semakin terlihat lucu saat kesal. Apa-apan namja ini? Aneh!

Kulihat ia mendengus kesal karena kutertawakan. Baiklah, sejujurnya ini cukup lucu bagiku, melihat wajahnya yang seperti itu.

Tebakanku salah. Dia bukan namja yang kukenal. Kalian tahu siapa namja yang kumaksud sebelum benar-benar melihat namja yang menabrakku? Baiklah, kurasa kalian belum tahu, akan kuceritakan.

Flashback on...
“Oppa... naega neomu bogoshipo...” Keluhku pada seorang namja yang baru saja hadir dihadapanku. Ah, lebih tepatnya bukan hadir, tapi muncul.

Dia, seorang namja yang kucintai. Bahkan sangat kucintai. Dia namja yang tak tertandingi ketampanannya. Ah, dia benar-benar tampan dimataku.

“Mian, aku baru bisa menemuimu. Kau tahu sendiri saat ini perusahaan sedang dalam masalah besar. Aku benar-benar harus selalu ada disana. Mianhae, jeongmal mainhae...” Ia tertunduk bersalah dihadapanku.

Ya, aku tahu dia sangat bersalah karena sudah beberapa kali janji lalu tiba-tiba membatalkannya secara sepihak. Kesal? Tentu saja aku kesal! Tapi aku juga tidak boleh egois. Bagaimanapun juga dia adalah namja yang sangat bertanggung jawab.

“Oppa...” Ucapku manja. Dia hanya mengangkat wajahnya, mata kami saling bertemu.

Ah, hangat. Tatapannya begitu hangat. Darahku berdesir kencang. Jantungku berdetak tidak normal. Nafasku tertahan, terlebih dia tersenyum padaku, yang kuakui bagi siapapun yeoja yang melihat itu pasti akan tertuduk lemah.

“...aku lapar...” Aku pun menyunggingkan senyumku. Kurasa dia tahu apa yang kuinginkan selanjutnya.

Tanpa banyak bertanya lagi, dia langsung menarik pergelangan tanganku lembut. Dan menyuruhku untuk mengikutinya. Aku hanya bisa tersenyum. Dia.... Lee Donghae. Pewaris tunggal Hae Corp. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor terbesar se-Asia. Siapa yang tidak mengenalnya.

Aku beruntung menjadi yang terpilih untuk menjadi yeojachingu-nya. Kusebut ini sebuah prestasi yang membanggakan di dunia asmaraku.
Flashback off...

Sayang itu hanya bertahan selama delapan belas bulan saja. Pernah menjadi bagian dari kehidupan seorang Lee Donghae adalah sesuatu yang tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata. Manis dan indah. Itu yang membekas dihatiku. Walaupun pada akhirnya aku yang terluka karena memergokinya bermesraan dengan yeoja lain dibelakangku.

Tapi... ya, sudahlah. Itu adalah masa laluku. Aku harus kembali menata hidupku setelah lepas darinya. Dua tahun, ya, dua tahun. Kurasa itu sudah sangat cukup untukku, untuk membangun kembali kehidupanku seperti semula, jauh sebelum mengenal Lee Donghae.

Entah kenapa senyumku ini terus mengembang. Apa ini bisa disebut dengan yang namanya cinta? Ah, tidak mungkin. Ini terlalu cepat.

Lihatlah, dia juga tersenyum ke arahku. Damai. Aku dapat merasakan kedamaian saat melihat senyumnya. Aku tidak mau melewatkan kesempatan ini.

Ku tatap lekat tiap lekuk wajah namja dihadapnku. Mulai dari rambut hitamnya, telinganya, hidung, mata, senyumnya. Aku benar-benar ingin merekamnya di otakku.

Oh, Tuhan, cupid mana lagi yang kau utus kali ini untuk menembakkan panah cinta padaku?

Aku benar-benar merasakna kedamaian saat melihatnya tersenyum. Mata sipit yang sempurna, membuat lekungan –seperti bulan sabit- saat dia tersenyum dengan leluasanya.

Lemah. Aku lemah saat ini. Senyum dan matanya memabukkanku sekarang.

Aigoo... jam berapa ini? aku menatap jam tanganku sekilas. Omo... aku bisa terlambat kalau begini.

Dengan berat hati, kuhentikan aktifitasku – menatapi namja dihadapanku- dan membungkukkan tubuhku –mengundurkan diri- dan melesat pergi dari hadapannya.

Samar kudengar, dia memanggilku. Walau bukan memanggil namaku. Aku tidak boleh berbalik karena kau pasti akan melakukannya lagi. Secepat mungkin aku berbalik dan berteriak....

“Naneun Park Hye Kyung imnida.....”

Walau kulakukan dengan cepat, tapi aku masih sempat melihat seulas senyum diwajahnya.

Bahagia? Tentu saja bahagia. Rasa itu menjalar begitu saja disekujur tubuhku. Membuatku merasa hangat ditengah jejak suhu yang cukup dingin yang ditinggalkan rintikan hujan yang menyeruak Yongsan.

~Author POV~
Langit cerah di hari sabtu, semakin membuat riang hati insan yang tengah dimabukkan asmara. Burung kenari bernyanyi dengan indahnya. Warna-warna cantik bertebaran, balon sabun menari-nari bebas di udara, menambah indahnya hari itu.

Terlihat seorang namja yang tengah berjalan santai di sekitar Cheongyecheon. Membidikkan kamera yang mengalung di lehernya. Merekam tiap obyek yang menurutnya menarik. Disela kegiatannya, terlihat beberapa kali ia tersenyum uas dengan hasil bidikkannya.

Para pelukis jalanan, sekumpulan anak kecil, warna-warni bunga liar, kupu-kupu yang bertengger tak luput dari bidikkannya. Tak puas dengan yang sudah didapat, ia melanjutkan perburuan obyek yang lain.

Sekumpulan manusia yang baru saja memasuki kawasan Cheongyecheon kini menjadi sasarannya.

Ckreek... ckreek... ckreeek....

Mata sipit itu terus membidik. Senyum tak urung mengembang di wajahputihnya.

Ckreek....

Untuk yang kesekian kalinya ia terlihat tersenyum sendiri.

Dan...

Ckreeek....

Sebuah siluet yang pernah ditemuinya beberapa bulan lalu tertangkap.

Tak percaya dengan lensa kamera, ia pun mencari kebenaran dengan lensa matanya. Tak ada siluet yang ia temukan seperti saat membidik tadi. Masih tidak percaya, ia pun membuka kembali hasil bidikkan terakhirnya.

“Bahkan lensa kamerakupun juga ikut-ikutan jadi tidak waras...” Ucapnya sambil bergeleng pelan. Sebuah senyum pengejekkan tersungging.

“Sepertinya aku sudah lelah. Ah, ani, bukan aku. tapi kamera ini. ya, kurasa dia harus istirahat sebentar.” Ucapnya lagi sambil mengembalikan kembali kamera ke rumah asalnya.

Berjalan menyusuri sungai Cheongyecheon yang bening, membuatnya merasakan sensasi kesejukan. Semilir angin kecil ikut memainkan anakan rambut hitamnya.

Tanpa disadari siluet itu menyapa lensa matanya lagi. Kali ini rasa itu lebih kuat.

Menghabiskan satu hari bersama. Ya, dia pernah bertemu dengan yeoja itu –lagi- untuk yang kedua kalinya. Mungkin dewi fortuna memang tengah berpihak padanya.

Bermain sepeda bersama. Melukis. Bahkan yeoja itu sempat menjadi objek utama bidikan kamera DSR-nya.

Rasa itu menyeruak begitu kuat. Terasa seperti nyata. Bayangnya, senyumnya, matanya, suaranya. Semua terasa nyata.
~Author POV end~

Ya! Ini sudah teriakanku yang ketiga dan dia sama sekali tak menoleh.

“Apa yang sedang ia pikirkan! Apa teriakanku masih kurang kencang, eoh?”

Dengan sedikit kesal aku menghampirinya.

Ya! Pantas saja tidak dengar. Dia menggunakan earphone. Menyebalkan!

Kutarik perlahan kabel penghubung earphone-nya. Aneh! Dia tetap terdiam.

“Yesung-ssi...”

Dia tetap tidak bergerak. Apa dia tak melihatku? Ish....

“Yesung-ssi...” Kali ini kupastikan suaraku jauh lebih keras dari sebelumnya. Lagi, dia tidak meresponku.

Kalian tahu setelahnya ekpresi namja itu seperti apa?

Entahlah, mungkin dia sudah gila atau apa. Tiba-tiba saja dia tersenyum.

“Ya, kau tersenyum pada siapa?” ucapku sambil celingak-celinguk. Tidak ada orang lain disana kecuali aku dan dia.

Aishh..!! Namja ini...

Kesal tak digubris, aku melayangkan jitakkanku ke arah kepalanya.

Tuuk...

“Aw...” jeritnya tertahan. Yap! Berhasil!

~Yesung POV~
Kurasa aku sudah benar-benar gila sekarang. Kalian tahu? Kini wajahnya terlihat jelas dimataku. Sangat jelas. Aku hafal betul detail wajah itu. Wajah yeojaku... Ah, ani. Bukan yeojaku. Tapi lebih tepatnya yeoja yang kucintai.

Percaya dengan cinta pandangan pertama? Ya, baiklah. Awalnya aku memang tidak percaya dengan hal seperti itu. Tapi kurasa aku harus menarik kembali kata-kataku. Sekarang aku percaya, kalau hal itu benar adanya. Karena apa? Karena sekarang aku merasakannya. Indah, sangat indah.

Ah, lagi-lagi aku melamunkannya. Entah sudah yang keberapa ratus ribu kali aku melihat guratan wajah cantik itu. Bahkan wangi parfumnya pun masih tetap sama. Wangi cemara. Wangi yang sangat kusuka.

‘Yesung-ssi...’ Ah, suara itu terdengar sangat merdu.

Tunggu, kenapa suara itu terdengar sangat nyata? Ah, sepertinya aku memang sudah gila. ‘Oh.. god... what should I do?’ Suara itu terdengar sanngat nyata.

‘Yesung-ssi...’ Ah, suara itu lagi. Bahkan saat menyebut namaku saja, suara itu begitu lembut.

Tuuk...

“Aw...” jeritku saat sesuatu menghantam cukup kuat di kepalaku. Meringis? Tentu saja, bahkan itu sangat sakit jika dibanding jitakkan Kyuhyun.

“Ya, Yesung-ssi...”

‘Mwo? Dia benar-benar dihadapanku?’

Dia mengerak-garakkan tangannya dihadapanku.

‘Benar! Itu memang dia! Itu memang dia, yang berdiri dihadapanku!’

“Gwaechana?” Tanyanya dengan sedikit khawatir.

‘Mwo? Setelah dia memukul kepalaku dia malah bertanya APA AKU BAIK-BAIK SAJA? Ya!! Menyebalkan!!’

Aku mendengus kesal. “Setuluh memukul kepalaku kau bertanya ‘Apa kau baik-baik saja?’ Yak! Pertanyaan macam apa itu!” Gerutuku sambil mengelus kepalaku yang masih terasa sakit.

“Ahahaha....” Bukannya minta maaf malah menertawakanku. ‘Dia kira ini lucu, eoh?’

“Yak!! Kenapa malah menertawakanku!!! Kau pikir lucu, eoh?” Keluhku lagi.

“Aha..haha.. Ne,ne. Mianhae...” Ucapnya sambil mencoba menghentikan luncuran tawa dari bibir mungilnya. “Apa masih terasa sakit, eoh?” Ia mulai duduk disampingku sambil mengulurkan tangannya ke arah kepalaku. Kemudian mengelusnya lembut sambil sesekali meniup-niupnya.

‘Aigoo... kenapa dia selucu ini? Dia kira aku anak kecil, huh!’

Tapi kubiarkan saja, aku tak mau protes. Karena dengan begini, aku bisa melihat wajahnya dari dekat, sangat dekat. Menghirup wangi cemara yang terpancar dari tubuhnya. Ah, menyenangkan.

‘Andai bisa seperti ini setiap saat...’
~Yesung POV end~

~Author POV~
“Yesung-ssi....” Panggil yeoja yang memiliki nama lengkap Park Hye Kyung.

“Ne?” sahut Yesung sambil menatap manik mata yeoja dihadapannya.

“Kenapa tidak menyahut saat kupanggil? Kenapa hanya tersenyum?” Ucapnya sambil menggembungkan pipinya.

“Kau memanggilku? Kapan?” Ucap Yesung polos.

“Yak! Aku sudah berkali-kali memanggilmu tapi kau sama sekali tak menggubris panggilanku. Aku harus berteriak sekeras apa, eoh? Bukannya menyahut atau melambaikan tangan tapi kalau malah senyum-senyum sendiri seperti orang aneh. Memang apa yang kau pikirkan, eum?” Cibir Hye Kyung.

“Ya, Hye Kyung-ssi....” Ucap Yesung sambil menghela nafas berat. “..mianhae, aku tidak mendengarmu tadi. Kukira kau hanya bayangan yang terkadang muncul dikepalaku saja. Kekekeke...” Ucap Yesung tak berdosa.

“Yak! Kau jahat sekali. Kau ingin membuatku kehilangan pita suara, eoh?” Sungut Hye Kyung kesal.

“Anio...” Ucap yesung sambil menggerakkan kedua tangannya refleks.

“Lalu?” Selidik Hye Kyung.

“Hanya saja.... huum... itu....” Ucap Yesung gelagapan.

“Hanya saja apa? Teriakkanku kurang keras, eoh?” Sungut Hye Kyung –lagi-.

Mendengarnya, Yesung hanya terkekeh geli melihat yeoja disampingnya menggerutu kesal.

“Hye kyung-ssi....” Panggil Yesung.

“Wae?”

“Kau mau temani aku makan ice cream tidak? Aku sedang ingin makan ice cream tapi aku tidak mau makan sendirian. Kau mau menemaniku, eum?”

“Eoh?”

Yesung langsung berdiri dan menarik lengan Hye Kyung tanpa menunggu jawaban darinya.

“Mwoya..!!!!” Teriak Hye Kyung.
~Author POV end~

‘Yak! Apa-apaan namja ini? Tidak sopan sekali dia, seenaknya saja menarik lenganku!’

“Ya! Yesung-ssi.... Aku tidak mau....” Teriakku. Tapi dia sama sekali tidak menanggapinya sedikitpun. Namja ini malah semakin semangat menarikku untuk mengikuti langkahnya.

~oOo~
“Kau mau pesan apa Hye Kyung-ssi?” Tanya namja yang paling menyebalkan –menurutku- di hadapanku.

“Aku tidak mau pesan apa-apa!” Tukasku.

“Aaiissh, yeoja ini...” Keluhnya tertahan. “ Blueberry ice cream 1 dan Cochochino ice cream 1.” Ucapnya pada pelayan di hadapan kami.


“Ya! Sudah kubilang aku tidak mau pesan apa-apa. Kenapa malah memesan 2 ice cream, huh!” gerutuku kesal. ‘Dia itu bodoh atau apa sih! Memang tidak mengerti dengan bahasa yang kuucapkan, eoh? Menyebalkan!’ rutukku kesal.

“Memangnya siapa yang memesankan untukmu, keduanya untukku. Kau pikir aku bodoh, eum?” Ucapnya sambil tersenyum-yang-terlihat-sangat-mencurigakan.

“Mwo?” Aku beanr-benar terkrjut dengan ucapan yang baru saja aku dengar barusan. Apa aku tidak salah dengar. Dia... dia sama sekali tidak merayuku untuk menemaninya makan ice cream. Ya! Makhluk macam apa dihadapanku ini!!!!! ‘YEESSUUUUNNGG-SSI!!!! KAU BENAR-BENAR SANGAT MENYEBALKAAANN!!!!’

Aku menundukkan kepalaku, menatapi lantai keramik yang kupijak. Tidak kusangka kalau makhluk dihadapanku ini sangat menyebalkan. ‘Kupikir dia.... aarrghhh....’ Aku benar-benar kesal sekarang. Tanpa peduli dengan teriakkannya –yang memangil namaku- aku tetap melanjutkan langkah kakiku keluar dari toko ice cream yang kukunjungi tadi bersamanya.

Dan tibalah sekarang aku di pinggir Sungai Han. Tapi tunggu, jangan kalian pikir aku berjalan kaki dari  Cheongyecheon sampai ke Sungai Han. Ya! Aku tidak segila itu.

Entahlah aku merasakan kenyamanan yang lain jika sudah berada di Sungai Ini. hatiku benr-benar merasa sangat senang.

Kalian tahu tidak, selain sahabatku, tempat curhatku yang lain adalah di Sungai ini. Semua yang tak mampu kukatakan pada sahabatku, aku tumpahkan disini. Ya, walau sungai ini tidak menjawab semua yang kutanyakan padanya. Tapi setidaknya, sungai ini selalu memberikan jalan keluar yang cukup akurat, menurutku, eheheheh.

~Author POV~
Berjam-jam lamanya Park Hye Kyung berada disana. Menikmati tiap detik waktunya tanpa sedikitpun melewatkannya.

Ya, begitulah Hye Kyung sekarang. Terduduk dipinggir Sungai Han. Menatapi matahari yang perlahan-lahan menyembunyikan wajahnya. Tak mengijinkan Hye Kyung untuk berlama-lama menemaninya.

Desiran angin memainkan permukaan sungai yang nampak tenang. Menghasilkan bunyi desiran yang selalu terekam dengan baik oleh indera pendengaran Hye Kyung. Dan itu yang selalu membuat Hye Kyung semakin ingin lebih lama berada disana.

Tak lama yeoja itu berdiri. Sedikit mengeratkan tangannya yang sekedar untuk mendapatkan sedikit kehangatan. Tersenyum tipis dan menatapi permukaan sungai lagi.

Sebuah kehangatan yang hadir –tanpa ia tahu siapa sumber kehangatan itu- tiba-tiba saja membuyarkan lamunannya.

Nafasnya terhembus dengan hangat pada leher jenjang milik Hye Kyung.

Hye Kyung terpaku. Tak bisa berkata apa-apa. Tak bisa menolaknya pula. Karena jujur saja, ia memang menginginkan kehangatan itu. Sangat menginginkannya.

~oOo~
“Coklat hangat?” Tanya seorang namja.

Yeoja itu hanya mengaggukkan kepalanya pelan sambil tersenyum tipis.

“Kurasa lebih baik kau bersihkan tubuhmu dulu. Ini. pakai ini sebagai pengganti bajumu yang basah itu.” Ucap namja itu sambil menyodorkan sweater yang ukurannya agak lebih besar dari perawakan yeoja dihadapannya.
“Oh, iya. Kurasa aku hanya bisa meminjamkan sweater itu saja. Celanaku pasti tidak ada yang pas denganmu.” Lanjut namja itu sambil menyembulkan kepalanya dari arah dapur.

“Ne, gwaechana.” Ucap yeoja itu riang lalu beringsut menuju kamar mandi.

Tak berselang lama yeoja itupun keluar dari persembunyiannya.

Yesung yang sedari tadi melamun di balkon kamarnya pun menjadi sasaran kejahilan yeoja yang satu ini.

“Ya! Hye Kyung-ssi!” Jeritnya tertahan

Hye Kyung hanya tertawa terbahak-bahak melihat wajah Yesung yang kini sudah ternodai oleh krim dari cake yang ada di tangannya sendiri.

“Yesung-ssi.... k.. kau lucu sekali. Ahahahahaa....” Hye Kyung memegangi perutnya yang mulai terasa sakit, efek terlalu banyak tertawa.

“Ya! Kau harus membayar untuk ini! Kemari kau....” Yesung mengejar Hye Kyung yang sudah lebih dulu mengambil ancang-ancang untuk menjauh dari darinya.

“Tangkap aku kalau bisa....” Tantang Hye Kyung sambil menjulurkan lidahnya ke arah Yesung.

“Ya! Berhenti kau!” Seru Yesung.

“Anio. Kau pikir aku bodoh. Berhenti saat kau menyuruhku untuk berhenti, eoh?” Sambar Hye Kyung sambil sesekali menggoda Yesung dengan juluran lidahnya.

“Ya! Berhenti melecehkanku seperti itu!” Ucap Yesung kesal –masih sambil mengejar Hye Kyung-.

“Tidak mau!” Sahut Hye Kyung sambil menjulurkan lidahnya –lagi-.
~Author POV end~

“Ya! Berhenti kau!” Seru Yesung.

‘Ya! Dia pikir aku bodoh apa! Namja aneh!’

“Ya! Berhenti melecehkanku seperti itu!” Ucap Yesung. Kali ini kulihat wajahnya semakin kesal. Ya! Rasakan itu. siapa suruh mengerjaiku saat ditoko tadi.

“Tidak mau!” Sahutku sambil menjulurkan lidahku –lagi-.

Tak pernah aku merasa sesemangat ini saat berlari.

“Berhenti!” Suara itu terdengar semakin kencang.

Aku sudah kehabisan tenaga. Ingin rasanya aku berhenti tapi tidak bisa. Jika dia berhasil menangkapku, wah... habislah aku. aku menolehkan kepalaku, mencoba melihat seberapa jauh jarakku dengannya. Nampak ia sudah kelelahan mengejarku. ‘Rasakan itu!’

Dengan senyum evil, aku terus berlari. Tanpa melihat sekelilingku aku terus berlari.

“Kyaaaaa!!!!” Aku kehilangan keseimbanganku.

Bruuuk....

Bokongku dengan mulusnya menghantam lantai kayu rumah Yesung.

“Appo....” Ringisku sambil mengelus bokongku yang terasa sangat sakit.

“Ahaa.. ahaa.. ahahahahahahahaha......”

Suara itu sukses mengalihkan perhatianku dari rasa sakit yang mendera bagian bawah tubuhku.

“Ahahahahaahaahhaahahaaa.....”

Bukannya menghentikan tawanya dan membantuku berdiri, dia malah semakin mempertinggi suara tawanya. Menyebalkan.

~Yesung POV~
Bruuuk....

Kalian tahu suara apa itu? Tepat, Hye Kyung yang sedari tadi melecehkanku akhirnya kena batunya juga. Dia terjatuh karena kehilangan keseimbangannya. Lumayan juga. Yeoja itu terjatuh tepat pada anak tangga mini yang menghubungkan ruang tengah dengan ruang santai, tempat favoritku.

“Appo....” Ringisnya sambil mengelus bokongnya yang kurasa terasa-sangat-sakit.

“Ahaa.. ahaa.. ahahahahahahahaha......”

Sepertinya ia kesal mendengar tawaku ini. Biar saja. Aku tak peduli. Rasakan itu, Hye Kyung.

“Ahahahahaahaahhaahahaaa.....”

Tawaku semakin menjadi saat melihat dia mencibir kesal. Tak kusangka, pada saat seperti ini, wajahnya masih saja terlihat manis. Aku semakin yakin kalau aku memang menyukainya. Benar-benar menyukainya.

“Menyebalkan!”

Deg...

‘Apa? Kenapa dengannya? Dia....’
~Yesung POV end~

~Author POV~
Kesal menatapi seseorang yang menertawakan saat kita sedang merasa kesakitan adalah hal yang sangat menyebalkan. Terlebih lagi dengan Hye Kyung, yeoja yang satu ini merasa seperti -sudah jatuh tertimpa tangga pula-, kurang lebih seperti itu bunyinya.

Bermaksud mengerjai Yesung, malah dia yang kena getahnya. Alih-alih menolong untuk berdiri. Namja itu hanya tertawa terbahak-bahak melihatnya meringis kesakitan.

Belum hilang rasa sakit itu, kini Hye Kyung dengan-tanpa-sengaja menabrak sebuah tembok dihadapannya karena terlalu sibuk menggerutu kesal.

“Yaak!!!!” Hye Kyung hanya bisa mengelus bagian dahinya yang mememrah akibat dicium tembok nan putih yang berdiri dengan snagt kokohnya.

“Pabo!!!!” Tuuk... Dengan polosnya Hye Kyung menghajar tembok yang-sangat-padat-itu dengan kepalan-tangannya-yang terbilang-kecil-dan-tak-bertenaga. “Ya!!! Shit!!!”. Yeoja itu lagi-lagi meringis kesakitan

Mendengar ringisan Hye Kyung, Yesung makin terbahak.

“Ya, Hye Kyung, kau itu bodoh atau polos, eoh? Sampai matipun kau tak akan bisa menang melawan tembok itu hanya dengan tinjuan-dari-tangan-kecilmu!” Teriak Yesung dari balik pintu yang menghubungkan ruang dapur dengan ruang istirahat favoritnya.

“Ah, sudahlah. Aku lelah tertawa terus.” Ucap Yesung santai. “Aku haus. Kau mau minum tidak? Kau sudah mengeluarkan banyak energi setelah berlarian tadi.”

“Anio! Aku tidak merasa haus.” Jawab Hye Kyung ketus dan beringsut menuju balkon yang berada di lantai dua, tepat di bagian muka rumah Yesung.


“Haaah....” Hye Kyung menghembuskan nafasnya dalam satu kali hentakan.

Kedua bola mata Hye Kyung menatapi langit dengan penuh kagum. “Indah....” Gumamnya.

Yeoja itu tak pernah berhenti untuk mendecak kagum akan ciptaan Tuhan yang sebegitu indahnya. Bisa menikmati kapanpun ia mau tanpa perlu mengeluarkan sepeser uang. Malam ini langit nampak begitu cerah.  Bulan dan bintang tak luput dari tatapannya. Mereka juga tak mau kalah indah dengan sederetan bunga yang tumbuh tepat di sebuah taman kecil yang berada di sudut rumah milik Yesung.

“Hye Kyung-ssi....” Panggil Yesung lembut. Sayang, yeoja itu tak bergeming. Dia terlalu asik dengan keindahan alam yang disuguhkan secara gratis untuknya.

Pelan tapi pasti, namja itu mendekati Hye Kyung yang tengah bersandar pada besi berwarna silver yang bertengger di tiap sisi balkon.

Dengan perlahan dan hati-hati, Yesung menggerakkan tangannya untuk melingkar dipinggang gadis dihadapannya. Memeluknya dari belakang dan meletakkan dagunya pada bahu sang gadis.
~Author POV end~

“Masih marah padaku, eoh?” Suaranya terdengar lembut, lebih lembut dari yang sebelumnya. Bahkan bisa kuyakini ini adalah suara terlembut yang pernah kudengar darinya.

Aah, lidahku kelu, aku tak bisa menggerakkan bibirku hanya untuk mengucapkan kata tidak padanya. Aku hanya bisa menggeleng pelan, tanda kalau aku tidak marah padanya.

Bisa kurasakan kalau dia sedang tersenyum sekarang. Aah, andai aku bisa melihat senyum-yang-bisa-membuatku-mabuk itu. Lengkap sudah malam indahku ini.

Hening.

Cukup lama keheningan menyelimuti kami berdua. Dan dia sama sekali tak melepaskan pelukkannya sejak tadi. Aku tak tahu harus berkata apa. Dia selalu berhasil membuatku membeku.

Tak lama dia melepaskan pelukannya. Aku merasa sangat kecewa karenanya. Aku pun tertunduk menatapi lantai keramik balkon yang berwarna putih, seputih mutiara.

Dia meraih bahuku, memutarnya hingga membuat tubuh kami saling berhadapan satu sama lain. Ya, aku benar-benar kikuk dengan keheningan seperti ini.

Kurasakan tangannya yang hangat menyentuh daguku dan mengangkatnya secara perlahan. Membuat mata kami saling bertemu.

Dia menatap mataku hangat dan dalam. Kedua mata itu selalu bisa membuat tubuhku bergetar hebat. Hanya dalam hitungan satu detik tubuhku mendadak menggigil. Kakiku terasa sangat lemas, seperti tidak memiliki tulang. Aku tak kuat lagi untuk berdiri dengan tegak tapi aku harus bertahan. Aku tidak boleh melewatkan momen seperti ini. ya, aku tidak boleh melewatkannya.

Menatapnya dengan jarak yang sangat dekat. Mengamati tiap lekuk wajahnya. Mulai dari dahi, alis mata, batang hidung, kedua pipinya dan yang terakhir..... bibirnya.

Dan satu anggota tubuh yang paling kusuka darinya. Mata. Ya, mata coklatnya. Kedua bola mata itu bisa memabukkanku hanya dalam hitungan tidak sampai satu detik. Benar-benar ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Tak pernah aku melihat mata seindah itu. Dan aku, aku sekarang sedang berdiri dihadapannya. Menikmati semua keindahan yang terpancar darinya, merekam dan menyimpannya dengan baik didalam otakku.

“Aku pasti akan merindukan kedua matamu itu, Yesung-ssi.” Ucap Hye Kyung lirih.

Dirangkulnya pinggangku lagi, memutus jarak antara tubuhku dan tubuhnya. Dapat kuhirup aroma mint dari tubuhnya. Aroma yang sangat menyegarkan bagiku.

“Kenapa berkata seperti itu, Hye Kyung...” Ah, lagi-lagi suaranya mengalun dengan sangat lembut ditelingaku. Dia menatapku dalam. Dia terlihat sedang tidak bercanda.

“Molla...” Jawabku sambil menundukkan kepalaku.

Dia meraih daguku dan menyejajarkan wajah kami, membuatku kembali menatap kedua bola matanya.

“Dapat kupastikan kalau kau bisa menikmati kedua mataku kapanpun kau mau.” Ucapnya serius.

‘Mwo?? Apa yang dia katakan? Apa aku tak salah dengar, eoh?’

Aku menunjukkan wajah-tak-mengerti padanya. Dia hanya tersenyum padaku dan membelai lembut pipiku. Aah, halus. Kulitnya terasa halus dan hangat.

Hanya dengan sentuhan dipipi saja, aku bisa merasakan kehangatan menyebar didalam tubuhku. Seperti sengatan listrik.

“Tidak mengerti, eum?” Tanya Yesung sambil tersenyum. Aku hanya menjawabnya dengan anggukan kepalaku.

Kulihat dia menggigit bibir bawahnya dan tertawa renyah. Menggerakkan tangannya dan mengusap lembut kepalaku.

“Aku benar-benar berpikir kalau kau hanyalah seorang anak kecil.” Kali ini aku melihat matanya membentuk lekukan seperti bulan sabit.

‘Ish, kenapa suhu disini semakin terasa memanas...’

“Pipimu memerah, Hye Kyung.” Aku tercengang mendengarnya. Kurasa kalimat itu meluncur begitu saja dari bibirnya.

Aku tak bisa berkata apa-apa. Aku benar-benar malu sekarang. ‘Ya, Tuhan.... apalagi ini’. Jantungku berdegup semakin tak menentu.

“Ya, kenapa menyembunyikan wajahmu seperti itu, eum? Wae?” Ucapnya lembut.

Aku hanya diam.

“Aku ingin melihat wajahmu yang memerah seperti itu, Hye Kyung. Kau tetap terlihat sangat manis jika seperti itu. jangan disembunyikan lagi. Aku ingin melihatnya, Kyungie.” Entah kenapa sekarang nada bicaranya seperti sedang merajuk manja.

Aku hanya bisa semakin terdiam. Aku tak berani menatap matanya walau hanya sekilas.

“Ya, kenapa kau tidak mau menatap mataku. Bukankah tadi kau yang bilang sendiri kalau kau akan merindukan kedua mataku setelah hari ini, eoh?” Ucapnya lembut.

Tak sanggup. Aku sungguh tak sanggup. Aku tak memiliki keberanian yang cukup untuk melakukannya saat ini. Dia... dia sudah melumpuhkanku.

“Ya, Kyungie...” Ucapnya yang terdengar lirih. Tapi aku tetap tak melihat ke arahnya. Aku mendengar dia mendengus kesal setelah beberapa kali mencoba membuatku untuk menatapnya yang tak kunjung berhasil dia lakukan.

“YA! ANAK KECIL!” Ucapnya setengah berteriak yang tentu saja membuatku terkejut sekaligus marah padanya.

‘Apa-apan dia? Anak kecil?? Apa! Anak kecil??!!!’ Runtukku. Aku menggembungkan kedua pipiku, kesal. Bisa-bisanya dia mengganti namaku dengan sebutan ANAK KECIL.

‘Payah. Benar-benar namja payah. Kupikir dia akan bersikap romantis padaku. Tapi apa ini? dia malah membuatku kesal. Aah, dasar namja payah.’

Aku terlalu sibuk menggerutu kesal karena sikapnya yang menjengkelkan. Tanpa kusadari, dia meraih daguku dan mendaratkan kecupan tepat dibibirku. Lembut, kecupannya terasa sangat lembut.

Apa kalian tahu bagaimana rasanya menikmati sesuap cake yang sangat lezat? Kurasa kalian pasti tahu. Manis dan lembut. Seperti itulah rasanya. Itulah yang kurasakan sekarang. Bahkan rasanya jauh lebih manis dan jauh lebih lembut dari sesuap cake.

Bibirnya bergerak lembut tepat dibibirku. Membuatku merasakan ingin, ingin, dan ingin merasakan lagi kecupannya. Rasanya aku ingin membuat waktu berjalan lebih lambat, hanya agar aku bisa merasakan lebih lama tiap kecupan lembut yang dia berikan tepat dibibirku. Terdengar cukup egois,’kah? Ah, aku tak peduli dengan pendapat kalian.

Setelah cukup lama ia melumat bibirku, ia pun melepaskannya. Membuat hatiku kecewa lagi. Apa aku tak bisa merasakannya lebih lama lagi?

“Naega neomu saranghae.... Kyungie...” Dan lagi, dia menunjukkan senyum dengan tulusnya padaku yang membuat hatiku yang sudah luluh menjadi lebih luluh lagi.

Chuup....

Sebuah kecupan hangat singgah didahiku.

“Otte?” Matanya memancarkan sebuah pengharapan. Pengharapan untuk kehidupan masa depannya bersamaku. Aku bisa melihat itu dengan sangat jelas dari kedua matanya.

Kutekankan lagi, SANGAT JELAS.


~E N D~

0 comments:

Posting Komentar