15 Desember 2012

Boyfriend Fanfiction | The Next Love? - Part 2



Boyfriend FanFiction | The Next Love? - Part 2
Main Cast            : Song Eun Soo
                               No Minwoo
Support Cast        : Kim Hyoyeon
                               Jo Kwangmin
                               Jo Youngmin
Genre                   : Romance
Rate                      : T
Length                 : Chaptered

Warning : Typo(s) *always like*. Italic + Bold = Flasback.

Chapter 2 : Is it the time?

Musim semi, ya, ini memang sangat di nanti-nantikan. Sebuah langkah awal untuk memperbaiki semua. Seulas senyum terkembang, menghiasi wajah putihnya. Menatapi sosok dihadapannya dengan sebuah pengharapan.


------
Yeoja itu, ya, dia memang nampak begitu kurus. Tapi wajahnya tetap terlihat cantik walau sedikit pucat.

Apa dia akan baik-baik saja? Ya, dasar pabo. Kenapa kau melakukan hal ini...” Seorang namja menggerutu dalam hatinya.

Berjalan mondar-mandir di depan ruang ICU. Pikirannya berkecamuk. Terlalu banyak dugaan-dugaan buruk yang berputar di otaknya. Membuatnya semakin cemas.


Terlalu letih menunggu, ia pun tertidur di sebuah bangku, tak jauh dari ruang ICU.
.
.
Mianhae... aku harus pergi. Jagalah dirimu baik-baik, oppa...” Seorang yeoja bersuara dengan datarnya. Tak ada ekspresi kesedihan yang terpancar dari wajah cantiknya.
Kau.. apa yang kau katakan...
Aku harus pergi. Dan tak akan kembali.” Yeoja itu memperjelas maksud kalimatnya.
Kau tidak akan kemana-mana. Kau itu baik-baik saja. Coba lihat dirimu...” Sang namja berusaha untuk menjelaskan kondisi nyata yang ia lihat.
Ini tidak seperti yang kau lihat, oppa.” Yeoja itu menoleh ke arah belakang, lalu mengangguk. Entah menatap siapa.
Siapa yang kau lihat... tak ada orang disana.” Namja itu terlihat bingung.
Ani, kau salah, oppa. Sudah ada yang menjemputku... disana...” Yeoja itu menunjuk sesuatu yang tak terlihat oleh mata sang namja.
Apa maksudmu... apa kau sudah gila, hah...” Namja itu terdengar mulai kesal dengan lawan bicara.
Maaf, oppa. Ini sudah waktunya.” Yeoja itu membungkukan tubuhnya. Perlahan melangkahkan kakinya kebelakang dan berbalik.
Eun Soo... Song Eung Soo...” Namja itu sedikit berteriak memanggilnya. Tapi ia sama sekali tak menoleh.

Saat ia hendak mengejarnya, tiba-tiba Eun Soo menghilang begitu saja. Karena panik, ia pun berlari ke arah Eun Soo berdiri untuk yang terakhir kalinya. Berharap ia tak benar-benar hilang. Menghadapi Eun Soo tak kembali lagi, ia pun mulai enetskan butiran-butiran hangat yang membasahi wajahnya.

SONG EUN SOO......


Buugh...

“Aw , kepalaku...” Namja itu mengusap-usap kepalanya yang terantuk lantai rumah sakit. “Ternyata hanya mimpi...” Namja itu melihat keadaan sekitarnya.

Aneh, tak biasanya koridor terlihat sangat sepi. Ia mengamati sekeliling. Dan tak ada seorang pun disana.

“Eun Soo, Song Eun Soo.” Menyadari apa yang tengah ia lakukan sebelumnya, ia pun berlari menuju ruang ICU.

“Kenapa sepi...” Ujarnya, mendapati tak ada aktifitas apapun disana. “Perawat, ya, perawat.” Ia berlari lagi.

Ia pun menemukannya.

“Mian, kemana perginya pasien di ruang ICU itu...” Namja itu berusaha menjelaskannya.
“Pasien...? Yang mana...?” Perawat itu terlihat bingung.
“Itu... pasien yang mendapat sebuah luka yang sangat serius di kepalanya...” Namja itu mencoba menjelaskan bersamaan dengan gerakan tangan di kepalanya. “ Seorang yeoja. Dia masuk sekitar pukul...” Namja itu menoleh ke arah jam tangan di lengannya. “Pukul 21 lewat 12 menit.”
“Oh, aku mengerti maksudmu. Apa kau salah satu anggota keluarganya...?” Tanya sang perawat.
“Bukan keluarganya tapi... salah satu kerabat dekatnya, ya, kerabat dekatnya.” Tukas sang namja.
“Baiklah, ikuti aku.”

Melangkah, entah kemana. Ia hanya mengikuti langkah sang perawat yang akan mempertemukan dirinya dengan pujaan hatinya.

“Ini ruangannya, tuan. Aku harap kau bisa menerimanya.” Ucap sang perawat sambil menepuk bahu sang namja.

Dengan langkah ragu, ia memasuki ruangan itu. Putih. Itu kesan pertama saat ia berada di dalamnya.

“Itu...” Namja itu sangat tidak percaya dengan yang ia lihat.

Sebuah tubuh yang mungkin sudah mendingin, tertutup kain putih.

“Tidak... ini tidak mungkin.” Namja itu masih tidak percaya, sekalipun ia telah membuka kain yang menutupi wajah yeoja itu.

“Ini tidak mungkin. Bangun... bangun, Song Eun Soo...” Namja itu mengguncang-guncangkan tubuh yeoja dihadapannya.

“Tidak... ini tidak mungkin...” Namja itu menggelengkan kepalanya, tak percaya dengan apa yang ia lihat.

Butiran-butiran air bening jatuh, membasahi wajah pucatnya.

“TIIIDDAAAAKKK....”
------

Kriiing.....

“Ya, berisik sekali....” Seorang namja terbangun dengan malasnya.

Melangkahkan kakinya, meraih jam weeker dan mematikannya.

“Ini masih terlalu pagi...” Namja itu melanjutkan gerutuannya.

Dengan langkah malas, ia kembali menuju tahtanya.

“JO KWANGMIN...” Suara seorang yeoja yang terdengar sangat dewasa berteriak, mengganggu namja yang tengah bersiap-siap kembali ke alam bawah sadarnya.
“Ya, eomma... aku sudah bangun...” Kwangmin berusaha berteriak dengan suara yang masih terdengar serak.
“Kau mau berangkat ke kampus jam berapa... ini sudah siang. Kau kira ini masih pagi, hah.” Eomma berteriak lagi mencoba menyadarkan Kwangmin.
“Jinjjayo...” Dalam waktu sekejap, Kwangmin tersadar. Mengambil jam weeker yang dimatikannya, menatapnya lekat-lekat.
“Kya... aku telaaaaatt....”

Dugh.. buugh..praang..

“JO KWANGMIN...” Eomma berteriak lagi mendengar kekacauan yang dibuat oleh anaknya.
“Nanti akan kubereskan, eomma. Aku sudah telat... pai...”

Berantakan. Terburu-buru. Rutinitas yang selalu dilakukan oleh Kwangmin setiap harinya.
.
.
Kreek...

Kwangmin memarkirkan sepeda di tempat biasa. Sedikit berlari menuju ruang kelas.

“Ya, kenapa terlambat...” tegur hyung-nya, Jo Youngmin.

“Terlalu nyaman di atas ranjangku, hyung...” Kwangmin terkekeh sesaat setelah mengambil posisi duduknya.

Youngmin hanya menggeleng pelan melihat tingkah kembarannya itu.

“Kapan kau akan merubah kebiasaanmu itu...” Kata terakhir yang meluncur dari mulut sang hyung, sebelum akhirnya ia larut dalam suasana belajar yang teramat serius.

10 menit, 15 menit... waktu berjalan sanagt lambat bagi Kwangmin. Dia tidak terbiasa berada di situasi yang sangat serius. Baginya, suasana itu bisa membunuhnya. Sangat membosankan.

Bosan mendengar dosen menjelaskan materi, ia mengambil ponsel dari sakunya dan mulai memainkannya.

Mendengarkan lagu, salah satu obat penghilang rasa bosannya. Dan mungkin, ia tak akan pernah merasa kalau waktu akan berputar dengan cepatnya.

Eun Soo... Song Eun Soo... ya, kenapa aku jadi memikirkannya.” Gerutu Kwangmin dalam hati.

“Mimpi itu...” Memori itu terputar dengan cepat, mengulang tiap adegan yang terjadi di mimpinya pagi tadi.

“Ya, aku bisa gila...” Kwangmin menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
.
.
Kwangmin berjalan mengitari koridor kampus yang cukup ramai. Menatap lurus ke depan, seolah tak ada siapa-siapa di sekelilingnya.

Masih dengan lamunan tentang mimpinya tadi pagi. Dia benar-benar tak percaya. Baru 2 kali bertemu dengan yeoja itu, tapi dia sudah hinggap di dalam mimpi Kwangmin.

“Ya, apa hebatnya dia...” Gerutu Kwangmin sambil mengerutkan dahinya.

“Dia.. dia.. memangnya siapa dia. Seenaknya saja hinggap di dalam mimpiku.” Protes Kwangmin.

Orang-orang menatapnya aneh. Berbicara sendiri.

“Ya... apa yang kau lakukan di dalam otakku....” Kwangmin berteriak, membuat semua orang yang berada di sekelilingnya menghentikan aktifitasnya dan  berpaling menatap Kwangmin.

Menyadari sedang diamati, Kwangmin bersikap seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa. Menghilang. Satu-satunya jalan menghindari tatapan serta pertanyaan yang akan meminpa dirinya saat itu juga.

Saat dirinya melintasi taman universitas, ia menangkap sosok yang tak asing lagi baginya. Sosok yang selalu ada bersamanya tiap menit, tidak, lebih tepatnya tiap detik. Jo Youngmin, ya, dia adalah Jo Youngmin, hyung enam menitnya. Duduk bersebelahan dengan yeoja yang hinggap di mimpinya tadi pagi, Song Eun Soo.

“Apa yang mereka lakukan disini...?” Karena ingin tahu, diam-diam Kwangmin menguping pembicaraan mereka dari balik semak-semak di belakang mereka.

“... ne, karena itulah aku datang kesini. Aku tidak bisa melewatkannya, ini sangat penting bagiku.” Eun Soo berbicara dengan sangat seriusnya.
“Ya, tapi kau tak perlu repot-repot menemuiku di kampus. Lagipula, aku sudah merencanakan untuk menambah jam lesmu esok hari menjadi 5 jam.” Ucap Youngmin sambil menunjukkan kelima jarinya kehadapan Eun Soo.
“Aku tidak bisa menunggu hingga esok. Ada yang harus segera kuselesaikan. Makanya aku memutuskan untuk datang kesini.” Tukas Eun Soo.
“Baiklah, karena kau sudah datang kesini...” Youngmin menggantungkan kalimatnya.

Dengan secepat kilat, Eun Soo memotongnya.

“Bantu aku, jebal...” Ucap Eun Soo sambil menunjukkan puppy eyes-nya pada Youngmin.
“Ya, baiklah. Akan kubantu.” Ucap Youngmin sambil mengangguk pelan dibarengi dengan seulas senyum yang terkembang di wajah Eun Soo.
“Yeay... gomawo...” Ucap Eun Soo manis. “Kau... sedang tidak ada jam kuliah, ’kan..?” Tanya Eun Soo dengan wajah polosnya.

Youngmin tertawa kecil.

“Ani.. sudah selesai. Jadi kurasa, kehadiranmu tidak menggangguku sama sekali. Tapi....” Lagi-lagi Youngmin menggantungkan kalimatnya, membuat Eun Soo penasaran.
“Tapi, apa...” Ucap Eun Soo hati-hati.
“Kau mengganggu makan siangku.” Lanjut Youngmin sambil terkekeh.
“Ya, ku kira apa. Wajahmu itu, terlihat sangat serius sekali...” Nada kekecewaan tersirat disana, membayangkan sesuatu yang sangat serius.
“Kenapa kau jadi memikirkannya. Khawatir, eum...?” Ucap Youngmin dengan menunjukkan wajah malaikatnya.
“A.. ani.. hanya di luar dugaanku saja.” Ucap Eun Soo sambil bangkit dari duduknya dan menghadap Youngmin.

“Mereka akrab sekali. Apa jangan-jangan...” Kwangmin masih tetap memperhatikan tiap gerak-gerik yang mereka lakukan.

“Kajja...” Ucap Eun Soo sambil meraih tangan Youngmin.

Youngmin mengerti akan arti sentuhan itu. Ia pun bangkit. Dan melangkah bersama dengan Eun Soo meninggalkan taman.

“Benar-benar tidak dapat dipercaya...” Kwangmin muncul dari persembunyiannya sambil menggelengkan kepalanya.

Menatapi bahu hyung-nya yang semakin lama semakin menjauh. Dan, hilang.
.
.
Udara sore ini terasa begitu hangat, sehangat tatapan Youngmin pada Eun Soo. Entah kenapa, sejak pertama bertemu dengan yeoja itu, hati Youngmin merasakan sesuatu yang sedikit berbeda.
~o*0*o~
Seeth...

Kedua tangan itu saling bersentuhan. Melihat tangannya tertindih oleh tangan seorang yeoja, Youngmin memalingkan pandanngannya ke pemilik tangan itu.

Eun Soo menatapnya tajam, seperti menatap seorang pencuri. Benar-benar tajam.

“Kenapa memandangiku seperti itu...?” Ucap Youngmin datar.
“Singkirkan tanganmu.” Sahut Eun Soo sambil menyingkirkan tangan Youngmin.
“Ya, berani sekali kau...” Gertak Youngmin.
“Ini! Milikku!” Ucap Eun Soo sambil memeluk tas incarannya.
“Mwoya...” Youngmin sontak kaget mendengar pengakuan yeoja di hadapannya.

Eun Soo pergi dari hadapannya dan menuju kasir.

“Aku ingin yang ini...” Ucap Eun Soo sambil memberikan tas yang ia ingin beli.
“Ini, uangnya. Kembalinya untukmu saja, noona.” Serobot Youngmin berusaha meraih tas yang telah terbungkus rapi dari kasir. Dan dia pun pergi.

Eun Soo menatapnya kesal.

“Apa-apaan dia...? Aku yang membawanya ke kasir, dan dia.... Dia seenaknya saja merampas tasku...! Dasar namja klepto...! Awas kau..! “ Gerutu Eun Soo sambil menunjukkan kepalan kedua tangannya, kesal.

“Akhirnya.... haaaahhh....” Youngmin tersenyum senang menatapi tas incarannya.
“Berhenti kau...!!!” Teriak Eun Soo.

Mendengar teriakan itu, sontak Youngmin menghentikan langkahnya. Wajahnya berubah, tak lagi tergambar keceriaan di sana.

...ttaap...

Langkah itu sudah terdengar lagi.

“Apa yang kau inginkan dariku, hah! “ Ucap youngmin datar sambil memutar tubuhnya 180 derajat.

“Kembalikan tasku...” Eun Soo menunjuk tas yang tengah di genggam Youngmin.
“Ini, maksudmu...” Ucap Youngmin sambil tersenyum tipis.
“Iya. Cepat kembalikan! “ ucap Eun Soo tegas.
“Haha, enak saja...” Youngmin menatapi tas yang di pegangnya. “Ini? Milikmu?” Youngmin menatap yeoja di hadapannya seperti meledek.”Enak saja.” Lanjut Youngmin sambil berputar dan pergi meninggalkan yeoja itu begitu saja.

Eun Soo terlihat kesal dengan perlakuan namja yang satu itu. dan kembali berteriak untuk menghentikan langkah namja itu.

Namja itu memang menghentikan langkahnya, selang beberapa detik ia melanjutkan langkahnya menuju jaguar putihnya.

Kesal karena omongannya tidak di gubris, Eun Soo melepaskan sebelah sepatu flat yang ia kenakan. Mencoba membidik sasaran dengan tepat.

Tuuiing....

Tuk....

“Aaw... iissh..” youngmin menggerutu kesakitan.

Ia memegangi kepalanya yang terasa sakit. Melihat di sekitar dan mendapati sebuah sepatu flat perempuan tergeletak pasrah di dekat kakinya.

Ia pun mengambilnya dan memutarkan tubuhnya, mencoba mencari tersangka atas insiden pelemparan itu.

“Siapa yang berani-beraninya melakukan hal ini padaku...” Ucap Youngmin kesal sambil mengangkat sepatu flat tiu ke udara.

Eun Soo yang melihatnya kesal hanya diam dan berpaling. Dia terlihat cukup puas dengan insiden pembalasan itu.

“Kau...iisshh...” Youngmin menatap yeoja yang jaraknya hanya 10 meter dari hadapannya.

Melangkah dengan kesal menghampiri yeoja yang sedang asik memandangi taman kecil di hadapannya.

“Wah... indah sekali bunga ini...” Eun Soo menatapi bunga-bunga itu dengan penuh kagum.
“Hey, kau...” Keluh Youngmin.
“Ini... ini....” Youngmin benar-benar kesal.

Melihat yeoja itu hanya mengenakan satu sepatu flat, ia pun yakin, kalau dalang dari insiden itu adalah yeoja di hadapnannya.

“Ini milikmu,‘kan..?” Ucap Youngmin sambil menunjukkan pasangan dari sepatu yeoja itu. “Berpura-pura tidak mendengarku...” Lanjutnya. “Baiklah kalau memang begitu. Sepertinya ini sangat bagus untuk mainan anjing golden itu.” Ucap Youngmin sambil menatapi anjing yang tengah berkeliaran tak jauh dari mereka.

Seet... dengan sigap Eun Soo merebut sepatu miliknya. Dan mengenakannya.

“Apa katamu? Bagus untuk mainan seekor anjing? Wow... kau baik hati sekali, TUAN...” Ucap Eun Soo sambil bertepuk tangan dan menunjukkan tingkah manisnya yang sedikit memaksa serta memberikan penekanan pada kata terakhirnya..
“Bukankah aku memang terlihat baik... nona yang menyebalkan...” Ucap Youngmin dengan sindiran halusnya.
“Wah, rupanya sudah jam 3 sore. Aku harus cepat-cepat pergi dari sini. Wah, kenapa tubuhku jadi terasa panas sekali, ya...?” Ucap Eun Soo sambil mengibas-ngibaskan tangannya sebagai pertanda tubuhnya terasa gerah lalu melengos pergi.
“Kau...” Youngmin menunjuk Eun Soo yang sudah berpaling. “Ya, kau harus ganti rugi atas insiden ini...” Ucap Youngmin sambil berteriak.

Eun Soo tak mempedulikannya. Ia malah mengenakan earphone dan memutar lagu dari ponselnya sambil bersenandung kecil.

Sudah merasa cukup jauh dari namja itu, Eun Soo berbalik. Mendapati namja itu masih berdiri di tempatnya semula, Eun Soo pun tersenyum manis sambil mengangkat sebelah tangannya yang sudah menggenggam sebuah paper bag dan menunjukkannya kepada namja itu.

Di kejauhan, namja itu hanya menggerutu kesal karenanya.

“Kamsahamnida....” Lagi-lagi Eun Soo tersenyum meledek ke arah namja itu.
~o*0*o~

“Ya, Youngmin-ssi... kau ingat tidak saat pertemuan kita yang ke....” Eun Soo berusaha mengingatnya.

Karena tak ingat dengan pertemuan itu, Eun Soo menggaruk-garuk kepalanya yang tak terasa gatal.

“Aaiissh, aku lupa yang ke berapa...” Eun Soo menepuk kepalanya sendiri.
“Ke-3...” Youngmin menjawabnya dan dengan seketika ingatan Eun Soo kembali.
“A... jinjja... kau ingat hari itu...?” Eun Soo bersemagat kembali.
“Tentu saja, bagaimana mungkin aku bisa melupakannya.” Sahut Youngmin sambil memandangi tempat itu.

”Bagaimana mungkin aku bisa lupa... kau yang dengan sigapnya menyelamatkanku dari lilitan ular phyton...” Batin Youngmin sambil memandangi yeoja di sebelahnya.
“...aku berhutang nyawa padamu, Eun Soo...” Kini Youngmin tersenyum memandanginya.

“Ternyata aku hebat juga, ya...” Ucap Eun Soo sambil terkekeh.
“Kau itu aneh...” Ucap Youngmin tiba-tiba.

Eun Soo hanya menoleh, tak mengerti dengan maksud ucapan Youngmin.

“Kebanyakan, para yeoja sangat takut dengan ular. Sedangkan kau....” Youngmin menghela nafas panjang. “... kau malah berani menyentuhnya. Ah, ani, bukan menyentuh. Tapi lebih tepatnya mencengkeramnya.” Lanjut Youngmin sambil memperagakan gerakan tangannya seperti sedang mencengkeram.

Eun Soo tertawa melihat aksi Youngmin. Namja itu terlihat sangat lucu.

“Ya, kenapa kau malah tertawa.. apa aku salah mempraktekkan ulang kejadian waktu itu...?” Wajah Youngmin terlihat sanagt polos, hingga membuat Eun Soo tertawa terbahak.

“Kau... kau kenapa menertawakanku...?” Youngmin jadi kesal melihat tingkah Eun Soo.
“Ya, Youngmin-ssi... kau sadar tidak...” Eun Soo memegangi perutnya yang mulai terasa sakit dan mencoba menahan rasa tertawanya. “...kau... aw... perutku....” Eun Soo lagi-lagi menggantungkan kalimatnya.
“Neomu paboyo... itu maksudmu,’kan...” Youngmin mempertegas kalimat Eun Soo yang menggantung.

Eun Soo hanya bisa tertawa. Dia benar-benar tak bisa menguasai dirinya lagi.

Kesal dengan tingkah Eun Soo, Youngmin mencoba untuk menjauh darinya. Mencoba menenangkan dirinya dan meninggalkan Eun Soo yang masih sibuk memegangi perutnya.

Menyadari Youngmin sudah tidak ada di dekatnya dalam kurun waktu yang cukup lama, Eun Soo mencarinya.

“Ya, kau kemana Youngmin-ssi...” Eun Soo mengedarkan seluruh pandangannya sejauh yang bisa ia tangkap dengan kedua bola mata coklatnya.

Melangkah dan melangkah. Mencari batang hidung Youngmin, yang tak akan terlihat olehnya.

“Ya, Youngmin-ssi...” Gerutu Eun Soo sambil mengelus-elus tengkuk lehernya. “...kenapa meninggalkanku sendirian disini...” Eun Soo mulai tak berdaya mencarinya.


Youngmin, ya, namja itu tengah asik duduk di pinggir air terjun kecil. Menatap tiap liter air yang jatuh.

Bukit itu memang tempat favorit Youngmin. Jauh dari kesan ramai. Sepi, sejuk dan tenang. Benar-benar tempat yang nyaman untuk menghilangkan rasa stresnya.

Bisa berjam-jam dia menghabiskan waktunya disana. Hanya sekedar untuk menatapi warna hijau, suara gemercik air, bau tanah basah, nyanyian burung, deruan daun kering yang tertiup angin dan udara yang sangat segar.

Semua itu bisa membuatnya lupa akan semua masalah yang tengah dihadapinya. Termasuk Eun Soo, yang kini tengah sibuk mencarinya.

Menyadari sudah lama ia menghabiskan waktu dan meninggalkan Eun Soo yang masih tertawa tadi, ia pun teringat. Berjalan. Bergegas menghampiri Eun Soo.

“Ya, kemana dia...?” Youngmin panik sesampainya dan tak mendapati sosok Eun Soo.

Ia pun berlari. Mencoba mencari jejak Eun Soo. Melewati beberapa semak. Dan memeriksa beberapa sudut yang mungkin di kunjungi Eun Soo.

Dia tahu betul, tempat mana saja yang sangat suka dikunjungi Eun Soo.

Sia-sia. Itulah yang behasil ia dapatkan dari pencariannya.

“Ponsel... ya, ponsel...” Youngmin teringat akan benda itu.

Mencoba menghubungi Eun Soo.

“Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif.....”

Youngmin mematikan ponselnya. “Ya, Eun Soo... apa ponselmu mati...” Youngmin mengedarkan pandangannya.

Terselip rasa khawatir disana. Takut terjadi apa-apa dengan Eun Soo, malaikat yeppeo-nya.

“Song Eun Soo... kau dimana...” Keluh Youngmin sambil mengedarkan pandangannya, berharap menemukan sosok malaikat yeppeo-nya.

Di lain sisi, Eun Soo, berharap-harap cemas mencari Youngmin.

“Ya, kenapa poselku harus mati...” Eun Soo terus saja memaksakan ponselnya untuk beroperasi lagi.

Eun Soo menarik nafas panjang. Menyerah untuk membangkitkan kembali ponselnya yang mati.

“Youngmin-ssi... kau dimana....” Lelah sudah kaki Eun Soo menyusuri tiap- tiap jalan setapak yang ada di bukit dekat universitas Youngmin.

Youngmin masih saja sibuk mencari Eun Soo. Dia sama sekali belum menyerah.

“Eun Soo, kenapa kau jadi menghilang seperti ini.  Aku hanya pergi sebentar.” Youngmin terus saja mengeluh sepanjang pencariannya selama beberapa jam.

Sebuah pencerahan pun datang. Ia menemukan sesuatu yang tak asing lagi baginya.

“Bukankah ini milik Eun Soo...” Youngmin menatap sapu tangan itu lekat-lekat.

Meyakini kalau itu milik Eun Soo, Youngmin pun berteriak memanggil namanya. Berharap Yeoja itu mendengarnya.

“Eun Soo.....” Youngmin meletakkan kedua tangannya hingga terbentuk huruf o tepat di depan mulutnya.

“Song Eun Soo....” Kali ini dia berteriak lebih kencang lagi.


“Suara apa itu...?” telinga Eun Soo menatap sesuatu.

Samar-samar ia mendengar suara yangs anagt ia kenali.

“Youngmin-ssi....” ucap Eun Soo lemah, kelelahan mencari Youngmin.

“Song Eun Soo.... kau dimana....?” Youngmin berteriak lagi.

“Ya, Youngmin-ssi... apa kau bisa mendengarku... aku disini....” Sahut Eun Soo.

Ingin hati berteriak tapi apa daya, ia sudah sangat lemah. Tubuhnya tak mampu lagi menopang dirinya untuk bangkit.


Kreeseek... kreeseek kreeseek....

“Song Eun Soo, kau kah itu...” Youngmin beralih menatapi semak-semak yang bergerak.

“Eun Soo.... apa itu kau...?” Perlahan langkah Youngmin mendekati semak-semak itu.

Semak-semak itu semakin begerak kencang.  Semakin membuat jantung Youngmin berdetak dengan hebat.

“Eun Soo, apa itu kau...?” Youngmin mengulangi perkataannya.

Jarak antara tempat dia berdiri dengan semak-semak itu sudah cukup dekat. Anehnya, semak-semak itu behenti bergerak.

Kreek....

Terdengar suara ranting yang terinjak. Sontak Youngmin kaget dan mengalihkan pandangannya dari semak-semak itu.

“Siapa itu...” teriak Youngmin.

Tak ada suara jawaban apapun yang didapatnya dari arah yang berlainan.

Ia pun memusatkan pandangannya kembali ke semak-semak yang bergerak tadi. Tak ada suara apapun di sana.

Tiba-tiba....

Wiiingg....

Loncatlah sesuatu berwarna putih tepat ke arah mukanya dengan cepat, yang tentu saja mengagetkan Youngmin setengah mati.

Youngmin menahan nafasnya untuk beberapa detik. Ia terjatuh. Tubuhnya terasa agak mendingin. Sekujur tubuhnya melemah seketika itu juga.

Dengan tanpa berdosanya, makhluk itu mngendus-endus ujung sepatu milik Youngmin.

Menyadari kehadiran makhluk aneh yang ternyata adalah seekor kelinci, Youngmin baru bisa bernafas lega.

“Ternyata hanya seekor kelinci...” Ucap Youngmin sambil memegangi dadanya.

Ia pun mengelus lembut kepala kelinci itu.

“Lucu.” Kata pertama yang ia keluarkan setelah mengelusnya.

Setelah ia cukup kuat untuk berdiri, ia pun melanjutkan pencariannya. Dan tiba-tiba saja......

Deert.. deert.. deert.. deert..

Kleek...

“Yoboseyo....” Ucap Youngmin tanpa melihat dulu tampilan nama pada layar ponselnya.

“Mwo...? Apa kau bilang....?” Youngmin terlihat sangat kaget.

Hanya dalam beberapa detik nafasnya menjadi berat. Tubuhnya terasa dingin lagi. Kaki-kaki itu melemah lagi.

Masih dengan memegangi ponselnya, ia pun jatuh terduduk.

“Apa-apaan ini...” Ia terlihat sangat kecewa. Ani, sangat bersalah.

Entah mendapat kekuatan dari mana, ia langsung bangkit dan berlari sekencang-kencangnya.
.
.
“Hyung...” Ucap seorang namja lirih.

Youngmin melangkah dengan beratnya mendekati namdongsaeng 6 menitnya. Menatap kosong wajah putih milik Kwangmin.

“Hyung... gwaechanayo...?” Kwangmin malah jadi khawatir dengan sosok di hadapannya.

Butiran-butiran bening jatuh membasahi pipi milik Youngmin. Dalam hitungan detik ia pun jatuh terduduk lagi saat melihat sebuah tubuh tergeletak lemah tak berdaya di dalam ruangan itu.

“Mianhae....”
------


*Apa ini akhir dari sesuatu yang baru dimulai oleh Youngmin...?*
*Eun Soo, ya, bagaimana dengan nasibnya...?*
*Dan.. siapakah sosok yang tergeletak lemah yang dilihat oleh Youngmin...?*
~*TO BE CONTINUE*~

0 comments:

Posting Komentar