Main
Cast : Shin Hyo Jin
Lee
Hyuk Jae a.k.a Eunhyuk
Lee
Dong Hae a.k.a Donghae
Song
Yi Seul
Lee
Jinki a.k.a Onew
Support
Cast : Lee Taemin a.k.a Taemin
Genre
: Romance, Sad,
Cerita sebelumnya ....
Hyo Jin... aku pasti akan bertemu denganmu lagi
lain waktu... Ya, aku yakin aku akan bertemu denganmu lagi Hyo Jin... My
Misterious Queen...
-----
“Hyo Jin-ah.....”, kata Yi Seul manja.
“Ya wae..??? Aku tak akan pernah bisa berbuat apa-apa jika kau seperti
itu.”, ucap Hyo Jin memelas.
Hyo Jin tak bisa berbuat apa-apa lagi, dia sudah berjanji akan menemani Yi
Seul seharian ini. Sesampainya di Danish FO, Yi Seul langsung sibuk
mencari-cari blouse dan gaun. Terlihat kesibukannya di antara gadis-gadis yang
berada di sekelilingnya. Hari itu Danish FO lumayan banyak pengunjung. Karena
merasa penat dengan keadaan itu, Hyo Jin pun keluar. Mencoba mencari suasana
baru. Tanpa sengaja saat ia sedang melihat-lihat jam tangan disebelah Danish
FO, Hyo Jin menabrak seseorang.
“Mianhae... mianhae... aku tidak sengaja. Mianhae... neomu mianhae...”,
ucapnya sambil membungkukkan badannya hingga beberapa kali.
“Ya tidak usah seperti itu. Harusnya aku yang mengatakan hal itu. Sudah...
hentikan.”, ucap orang itu yang ternyata adalah seorang namja.
Hyo Jin pun kembali berdiri dengan tegap. Ia menatap namja yang tak sengaja
ditabraknya tadi.
“Mianhae... aku terlalu ceroboh.”, ucapnya polos sambil berusaha untuk
tersenyum.
“Ani kau tidak ceroboh. Kurasa ini memang tak disengaja.”, jawabnya sambil
tersenyum.
“Mianhae, bisakah aku melihat jam yang ini..??”, ucap namja itu pada salah
satu pegawai toko.
“Maksud anda
yang hitam itu..??”Tanya sang penjaga toko memastikan.
“Ne..”.
“Mianhae, aku
masuk ke dalam. Semoga lain waktu kita bertemu lagi.”, ucapnya lembut dengan
sebuah senyuman yang manis.
Hyo Jin hanya
bisa tersenyum. Namja itu pun masuk ke dalam toko, melihat jam tangan yang
dipilihnya tadi. Sepeninggal namja itu, Hyo
Jin melanjutkan pencariannya. Deretan jam di etalase berhasil membius mata dan
otaknya untuk memiliki salah satu jam dari deretan itu.
Cukup lama mencari-cari, akhirnya ia menemukan salah satu yang cocok untuk
menghiasi tangannya.
“Bisakah aku lihat jam yang berwarna coklat itu..??”, ucapnya sambil
menunjuk benda yang dimaksud kepada penjaga toko.
“Apa yang ini yang kau maksud nona..??”, kata penjaga sambil memegangi jam
yang masih berada di etalase.
“Ne..”, jawabnya sambil tersenyum.
Penjaga toko pun mengeluarkan jam tersebut dan menyodorkannya ke arah Hyo
Jin. Ia nampak puas dengan pilihannya itu. Jam tangan yang simple dan casual
menjadi pilihannya. Saat hendak mencoba, ponselnya berdering.
son teumsero bichineun ne mam deulkilkka duryowo
gaseumi mak bokcha sorowo
jogeumman kkok chamgo nal gidaryojwo
“Kya~ kenapa harus di saat seperti ini..??”, keluhnya sambil mencoba
menemukan ponsel di dalam tasnya.
norang narangeun jigeum andweji
sigyereul do bochego sipjiman
nega itdon mire-eso
ne ireumeul bullojwo
“Yeoboseo..”.
“Ya Hyo Jin-ah, dimana kau..?? Aku mencari-carimu. Aku sudah mendapatkan
blouse yang kuinginkan. Cepat katakan dimana kau sekarang..!!!”, kata Yi Seul.
“Aku ada di toko arloji, disebelah Danish FO. Aku sedang melihat-lihat
arloji disana.”, jawab Hyo Jin.
“Ah ne, araso.”
Beep.. Yi Seul menutup percakapan mereka. Dengan segera ia
menuju ke toko arloji yang dimaksud oleh Hyo Jin.
Saat hendak memasukkan ponselnya kembali ke tas, seseorang menabraknya dari
belakang.
“Kya~ ponselku....”, teriak Hyo Jin tertahan.
Dengan sigap tangan itu menangkap ponsel Hyo Jin yang hampir mencium
lantai.
“Mianhae... mianhae... aku tidak sengaja. Aku sedang terburu-buru. Ini
ponselmu. Sekali mianhae...”, ucap namja itu.
“Kau...”, ucap namja itu terhenti saat ia menyadari kalau yang ditabraknya
itu adalah yeoja yang menabraknya tadi di depan toko.
“Ternyata kau...”, ucap Hyo Jin sambil tertawa kecil.
“Sepertinya tidak perlu menunggu dikemudian hari untuk bertemu denganmu.
Baru saja bertemu dan kini bertemu denganmu lagi dengan cara yang sama...”,
ucap namja itu sambil tertawa.
“Ah ne...”.
“Sedang memilih arloji untuk siapa...??”, tanya namja itu.
“Untukku.”, jawab Hyo Jin.
“Apa ini pilihanmu..??”, ucap namja itu sambil menunjuk arloji yang sedang
dicoba oleh Hyo Jin.
“Ne. Tolong bungkus yang ini, aku akan mengambil arloji yang ini saja.”.
Hyo Jin pun menuju kasir diikuti oleh namja itu.
“Biar aku saja yang membayarnya.”, ucap namja itu sambil menyodorkan credit
cardnya ke kasir.
“Mwo..?? Kenapa kau yang membayarnya..?? Aniyo, tak perlu.”, ucap Hyo Jin.
“Gwaechana, anggap saja ini permohonan maaf dariku karena hampir saja
merusak ponselmu karena kecerobohanku. Ini arlojimu.”, ucapnya sambil
tersenyum.
“Mwo..?? Kau terlalu berlebihan tentang masalah itu. Ponselku baik-baik saja.
Kau tak perlu seperti ini.”
“Gwaechana. Aku benar-benar merasa bersalah karena kejadian tadi. Sudahlah,
jika kau masih membahasnya aku akan mem-blacklist-mu sebagai yeoja yang sangat
sombong yang tak mau menerima permohonan maaf dari orang lain.”
“Mwo..?? Rupanya kau cukup licik..”, ucapnya sambil tertawa.
Merekapun tertawa bersama. Tepat saat mereka keluar dari toko, Yi Seul
mendapati sahabatnya tengah tertawa dengan seorang namja yang tak pernah ia
lihat sebelumnya.
“Ya Hyo Jin-ah, siapa namja yang bersamamu tadi..?? Aku tak pernah melihat
namja itu sebelumnya.”, tanya Yi Seul penasaran.
“Dia Lee Jinki-shi. Aku baru mengenalnya hari ini.”, jawab Hyo Jin singkat.
“Ya kenapa kalian terlihat begitu akrab sekali padahal baru saling
mnegenal..??”, tanya Yi seul lagi.
“Tadi saat aku sedang melihat-lihat arloji di etalase depan toko tanpa
sengaja aku menabraknya. Lalu saat di dalam toko ia menabrakku dan hampir saja
ponsel yang kupegangterjatuh ke lantai. Jika ia tak sigap mungkin ponselku
sudah rusak karenanya.”, jelas Hyo Jin.
“Ah jadi seperti itu kejadiannya. Lalu, apa kau bertukar nomor ponsel
dengannya..??”
“Mwo..??”, ucap Hyo Jin kaget.
“Ya melihat ekspresimu yang seperti itu, sudah kupastikan kalau kalian
tidak bertukar nomor ponsel. Ya kau itu bagaimana Hyo Jin-ah, harusnya kau
meminta nomor ponselnya.”, keluh Yi Seul.
“Mwo..?? Untuk apa aku harus bertukar nomor ponsel..??”, tanya Hyo Jin tak
mengerti.
“Ya, apa kau tak memperhatikan namja itu. Senyum semanis itu, wajah
setampan itu, apa kau tak memperhatikannya Hyo Jin-ah..??”
“Ani.”.
“Kau payah.”.
--Onew pov--
Sudah setahun ini wajahnya selalu terbayang jelas
di otakku. Kya~ ada apa dengan diriku..?? Kenapa akhir-akhir ini wajahnya
selalu terbayang di otakku..??
Aku merasa hampir gila dibuatnya. Tak tahu kenapa, aku selalu teringat
padanya. Tawa itu, senyum itu, tiada hentinya menghantui otakku. Semakin kuat
aku mencoba untuk melupakannya, semakin sering bayangan itu hadir di otakku.
“Hyung... chamkkanman..!!!”teriaku mencoba menghentikan langkahnya.
Ia pun terhenti dan menoleh kearahku.
“Ya, kurasa kau sedang jatuh cinta saat ini.”, jawabnya santai.
“Mwo..??”.
“Ne, love at first sign. Did you heard before..??”.
“Mwo..?? Ya, apa itu mungkin terjadi hyung..??”.
“Sure. Buktinya kau.”.
“Jeongmal..??”.
“Huum..”, jawabnya sambil mengangguk.
I know that love is so trouble. Can make everyone
crazy. So difficult to describe it. Love at first sign..?? Really..?? I’ve
never feelin before..
--Onew pov end--
“Bukankah yeoja itu...”, ucap Taemin mencoba mengingat-ingat yeoja yang
diceritakan hyungnya.
“A, ne. Pasti yeoja itu yang dimaksud hyung. Ya~ pantas saja dia selalu
melamun...”, ucap Taemin setelah mengingatnya sambil tersenyum.
Sesampainya Taemin di rumah...
“Hyung...!!! Aku pulang...”, teriak Taemin.
“Kau sudah pulang..?? Apa sudah makan..??”, tanya sang hyung.
“Ne..”, jawabnya sambil berjalan menuju sofa dan duduk disana.
“Hyung.. tadi saat perjalanan pulang aku bertemu dengan yeoja yang kau
ceritakan padaku waktu itu.”, ucapnya membuka perbincangan sore itu.
“Mwo..??”, ucap sang hyung kaget.
“Aku bertemu dengan yeoja yang kau ceritakan padaku waktu itu.”, ucap
Taemin lagi.
“Kau melihatnya dimana..??”, tanya hyungnya yang mulai penasaran.
“Aku melihatnya di swalayan seberang jalan sana.”.
“Jeongmal..??”.
“Ya hyung... untuk apa aku berbohong padamu. Aku benar-benar melihatnya
disana.”, ucap taemin sambil berlalu menuju dapur dan mengambil segelas air
lalu kembali ke sofanya lagi.
“Sudah lama aku tak melihatnya lagi semenjak kejadian di toko arloji itu..”,
kata sang hyung sambil mencoba memutar kembali memori di toko arloji itu.
“Pantas saja aku sering memergokimu melamun, senyum eonni itu sangat manis.
Sepertinya eonni adalah orang yang ramah dan mudah bergaul.”, ujar Taemin.
“Ne, you’re right.”, ucapnya sambil tersenyum.
Waktu terus berputar, tiada yang sanggup untuk menghentikan lajunya. Baik
Hyo Jin ataupun Lee Jinki, keduanya saling memikirkan satu sama lain. Tanpa
mereka ketahui, mereka telah terjerat oleh virus love at first sign.
“Kau masih memakainya Hyo Jin-ah..??”,tanya Yi seul.
“A, ne. Wae..?? Apa ada yang aneh..??”, tanya Hyo Jin.
“Ani, gwaechana. Hanya saja...”, ucapnya terhenti.
“Wae Yi Seul-ah..??”.
“Apa sampai saat ini kau memikirkan namja itu..??”, ucapnya hati-hati.
Hyo Jin tak bisa berkata apa-apa. Mukanya nampak sedikit memerah.
“Ya~ ada apa dengan dirimu Hyo Jin-ah..?? Ne, kau tak perlu menjawabnya.
Wajahmu sudah menunjukkan jawabannya padaku. Hehehe...”, ucap Yi Seul.
“Aku hanya berharap bisa bertemu dengannya lagi walau hanya sekedar untuk
mengucapkan terima kasih.”, ucap Hyo Jin penuh harap sambil melepaskan
pandangannya bebas ke langit biru.
“Hyo Jin-ah, kelas dance sebentar lagi akan dimulai. Kajja, kita tak boleh
terlambat. Kita bisa ketinggalan pengumuman itu.”, kata Yi Seul sambil
memandangi arlojinya.
“A, ne. Kajja...”, ucapnya sambil bangkit dari duduknya.
Merekapun berjalan menuju hall. Melewati lorong-lorong yang ramai oleh
murid-murid yang akan menuju kelasnya masing-masing. Siang ini Hyo Jin dan Yi
Seul mengikuti kelas dance. Bisa dibilang mereka adalah mahasiswi yang aktif.
Sejak Senior High School, Hyo Jin dan Yi Seul memang sudah aktif di kelas
kesenian. Walau masih anak baru di universitas, tapi prestasi dan pengalaman
mereka tak bisa dianggap enteng.
Saat hendak berbelok menuju hall, tanpa sengaja Hyo Jin menabrak namja yang
tengah membawa soft drink di tangannya. Dalam waktu sekejap, soft drink itu
membasahi pakaian namja itu. Inilah awal dari kisah Hyo Jin yang sedikitpun tak
pernah terlintas dalam pikirannya.
“Mianhae....”, ucap Hyo Jin penuh kesalahan.
“Kya~ kemana matamu hah..... Kalau berjalan yang benar..... Apa kau tidak
bisa berjalan dengan benar hah.... Karenamu, kemejaku menjadi basah seperti
ini....”, bentak namja itu.
“Ya... bukankah aku sudah meminta maaf padamu. Aku tidak sengaja lagipula
aku tak melihatmu berdiri disini. Salahmu sendiri kenapa berdiri tepat di
tikungan.”, ucap Hyo Jin meninggikan nada suaranya.
0 comments:
Posting Komentar