Main
Cast : Shin Hyo Jin
Lee
Hyuk Jae a.k.a Eunhyuk
Lee
Dong Hae a.k.a Donghae
Song
Yi Seul
Lee
Jinki a.k.a Onew
Support
Cast : Lee Taemin a.k.a Taemin
Genre
: Romance, Sad,
Cerita Sebelumnya ...
“A.. Hhm.. Mianhae..”, ucapnya ragu.
“Mian... aku tak bermaksud seperti itu. perasaanku sedang tidak baik saat
ini. Mian, kau malah menjadi sasaran empuk untukku. Mianhae, neomu mianhae.”,
ucapnya sambil membungkukkan tubuhnya lalu pergi meninggalkan sunbae itu.
Ya~ ada apa dengannya..?? Kenapa tiba-tiba
wajahnya menjadi murung seperti itu... Baru kali ini aku melihat wajahnya
semurung itu...
gumam sang sunbae.
----
“Ya~ Hyo Jin.... Chamkanman..!!!”, ucapnya setengah
berteriak.
Hyo Jin tak menghiraukan panggilannya. Sang sunbae berusaha untuk mengejar
langkahnya dengan sepeda motor kesayangannya. Ia pun berhasil menghentikan
langkah Hyo Jin. Berhenti tepat di hadapan Hyo Jin.
“Apa yang kau lakukan..??”.
“Pakai dan naiklah. Kajja...”.
“Kenapa aku harus menurutimu. Aku tidak mau..!!!”, ucap Hyo Jin sambil
berlalu dari hadapannya.
Baru beberapa langkah sunbae itu berhasil menangkap tangannya dan
menariknya. Dengan sedikit paksaan, ia memakaikan helm ke kepala Hyo Jin dan
menyuruhnya untuk naik.
“Jika kau tidak cepat-cepat naik, habislah kau dengan yeoja-yeoja itu.”,
ucapnya datar sambil memberitahukan kumpulan yeoja yang sejak tadi terus
memperhatikan mereka.
Dengan sedikit terpaksa akhirnya Hyo Jin menuruti apa kata sunbae
menyebalkan itu.
Kya~ mimpi apa aku semalam sampai harus menuruti
apa yang dikatakannya... gumam Hyo Jin kesal.
Dengan secepat mungkin sunbae itu menggas motornya. Ia berusaha untuk
menghindari yeoja-yeoja yang mulai menatap sinis Hyo Jin. Walau dia tidak tahu
apa alasan mereka menatap Hyo Jin dengan tatapan dingin dan sinis seperti itu.
“Kenapa kau membawaku kesini..??”, tanya Hyo Jin polos.
“Hanya ingin membuatmu sedikit lebih baik. Mungkin kau bisa melepaskan
semuanya disini.”, ucapnya datar sambil berjalan menjauhi Hyo Jin.
Hyo Jin lebih memilih untuk menyendiri. Ia berjalan menuju sebuah pohon
rindang yang berada di atas bukit yang indah itu. Hanya dalam sekejap Hyo Jin
mulai menyukai tempat itu. Kini Hyo Jin mulai menikmati kesendiriannya, mencoba
menenangkan hatinya yang bergemuruh entah karena apa.
I want to start start start
I want to start start start
From : Chicken sangtae
Chagia~ mianhae... Aku tak bisa menepati janjiku untuk bersamamu seharian
ini. tapi aku janji akan menggantinya di lain waktu. Mianhae... neomu
mianhae...
Hyo Jin kembali meletakkan ponsel di saku sweaternya. Ia tak tahu harus
membalas apa.
han namjaga geudereul saranghamnida, geu
namjaneun yolsimhi saranghamnida
meil geurimjachorom geudereul ttara danimyo, geu
namjaneun useumyo ulgo issoyo
Terdengar suara namja sedang bernyanyi. Suara itu kian terdengar jelas di
telinga Hyo Jin. Ia pun menoleh ke arahnya. Dengan sebuah gitar yang kini
dimainkannya, namja itu terus bernyanyi.
geureso geu namjaneun geudel nol saranghetdeyo
ttokgataso
tto hana gateun babo tto hana gateun babo, hanbon
nareul anajugo gamyon andweyo
nan sarangbatgo sipo geudeyo, meil sogeuroman
gaseum sogeuroman
sorireul jireumyo geu namjaneun, oneuldo geu yope
itdeyo
Hyo Jin sangat menikmati keindahan dan kepiawaian namja itu bernyanyi dan
bermain gitar. Suaranya mampu membuatnya terhanyut dalam alunan lagu yang
dinyanyikannya dan tanpa terasa air matanya pun menetes.
olmana olmana do noreul, irotge baraman bomyo
honja
i babogateun sarang i gojigateun sarang,
gyesokheya niga nareul saranghagetni
jogeumman gakkai wa jogeumman, han bal dagagamyon
du bal domangganeun
nol saranghaneun nal jigeumdo yope isso, geu
namjan umnida
Ia pun menyadari kalau yeoja yang ada bersamanya kini tengah menangis
terisak, ia pun meletakkan gitarnya dan langsung memeluk yeoja di hadapannya.
Hyo Jin kian terisak saat berada dalama dekapan sunbae menyebalkan itu.
“Menangislah sepuasmu hingga semuanya hilang. Bahuku akan selalu menjadi
sandaranmu saat kau merasa sedih.”, ucap sunbae itu sambil memeluk dan membelai
lembut rambut Hyo Jin yang terurai.
--Hyo Jin pov--
A yo Hyo
Jin... Mulai harimu ini dengan sebuah senyuman dan bersemangatlah....
Aku berusaha untuk menyemangati
diriku sendiri. Setelah kurasa semua yang kubutuhkan sudah lengkap, aku pun
segera menuju kampus.
“Akhirnya kau keluar juga...”, ucap seorang namja mengagetkanku saat aku
tengah membuka pintu pagar rumahku.
“Oppa...”, sahutku.
“Ne. Kuantarkan kau siang ini. kebetulan aku sedang ada waktu luang.
Kajja...”, ucapnya sambil tersenyum.
Ia pun memakaikan helm ke kepalaku setelah sebelumnya mengusap lembut
kepalaku. Aku tidak tahu harus berkata apa selama di perjalanan nanti.
Tiba-tiba saja semuanya agak mendingin. Tak sepatah katapun keluar dari mulut
kami. Hingga akhirnya kuputuskan untuk mampir ke kedai kopi yang letaknya tak
jauh dari kampusku.
“Apa tidak masalah jika mampir dulu..?? Apa tidak akan terlambat..??”,
tanya oppa padaku sambil tersenyum.
“Ani oppa. Kebetulan hari ini aku hanya ada jadwal untuk berlatih saja. Aku
tidak ada kegiatan kuliah, hanya menyerahkan tugas paper saja.”, jelasku.
“Oo... begitu. Apa akan ada waktu luang yang cukup untuk hari ini..??”.
“Wae oppa..??”.
“Ani.. hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu saja. Apa bisa..??”.
“Kurasa bisa..”, jawabku sambil tersenyum.
I want to start start start
I want to start start start
From : Eun Soo
Mianhae Hyo Jin-ah.. Aku tidak bisa datang latihan, aku ada kelas tambahan.
Mianhae....
Kenapa begini..?? Bukankah dia yang paling
semangat mengajak latihan hari ini..??
I want to start start start
I want to start start start
Siapa lagi yang mengirimiku pesan....
From : Yi Seul
Shin Hyo Jin... Hari ini aku sedang tidak bersemangat untuk latihan...
Sampaikan saja salamku untuk yang lainnya... See u later...
“Mwo..?? Ada apa dengan mereka berdua...?? Kompak sekali...”, ucapku kaget.
“Wae..??”.
“Sepertinya latihan hari ini dibatalkan oppa. Mereka tiba-tiba saja ada
keperluan mendadak.”, jelasku.
“Jeongmal..??”.
“Ne...”.
“Ya sudah... Aku ingin ke kampus menyerahkan paper ini. Oppa tunggu aku
disini saja. Nanti aku kesini lagi setelah menyerahkan ini.”.
“Ku antar saja. Kau tak perlu
berjalan kaki. Bagaimana..??”, tawarnya.
“Anio.. Aku berjalan kaki saja. Pai...”.
“Ne, pai...”.
--Hyo Jin pov end--
--Eunhyuk pov--
Flashback...
“Ya~ kemejaku basah sekali..”, ucapku setelah melepaskan pelukanku.
“Kau itu menangis atau apa.. Kemejaku sampai lepek seperti ini..”, keluhku.
“Mwo..??”.
“Aaiisshh.. bagaimana ini. Kau harus mencuci kemejaku sampai bersih. Ini,
cuci yang benar. Berikan lagi kepadaku besok dalam keadaan bersih, rapi dan
wangi. Kau harus mencucinya dengan tanganmu sendiri. Awas saja kalau membawanya
ke laundry. Habislah kau...”, ucapku sambil melepaskan kemejaku lalu kuberikan
padanya.
“Mwo..?? Apa-apaan ini. kenapa menyuruhku untu mencucinya..?? Kan kau
sendiri yang meminjamkan pundakmu itu untukku.”.
“Memang benar. Tapi aku tidak tahu kalau akan sebasah ini. Sudah..!!!
Pokoknya aku tidak mau tahu, besok harus kau berikan padaku seprti apa yang
kukatakan tadi.”, ucapku sambil bejalan menuju motor.
Karena hari sudah mulai gelap aku ingin segera mengantarkannya pulang.
Tetntunya dengan caraku sendiri.
“Kau tak ingin pulang..??”.
“Kalau mau pulang, pulang saja sana.”.
“Apa kau yakin..??”.
“Tentu saja..”.
“Baiklah kalau begitu. Kukira kau tidak tahu jalan pulang.”, ucapku datar
sambil menstarter motorku.
“Tunggu...”. ucapnya berhasil menghentikan niatku untuk menggas motorku.
“Ada apa lagi..?? Bukankah kau sudah tahu jalan pulang..?? Kenapa
menghentikanku..??”.
“Aku takut. Aku tidak tahu jalan keluar dari bukit ini.”, ucapnya sambil
tertunduk.
“Mian, sudah berkata sombong padamu. Bisa anatarkan aku pulang..??”,
ucapnya lagi.
“Kajja...”.
“Gomawo... Aku sudah merasa baikan sekarang dan juga... Mianhae karena
sudah merepotkanmu. Gomawo untuk hari ini.”.
“Cheonma. Masuk sana, udaranya mulai dingin.”.
“Ne, pai...”.
Aku pun mengangguk pelan. Tapi saat ia hampir menyentuh pagar rumah ia
berbalik.
“Terima kasih untuk hari ini.”, ucapnya lalu membuka pintu pagar.
“Hyo Jin..”.
Dia pun menghentikan langkahnya. Dan berbalik. Aku melangkah mendekatinya.
Kulihat ia terlihat sedikit gugup. Perlahan ku dekatkan wajahku. Kukecup lembut
keningnya.
“Istirahatlah segera. Kau sangat membutuhkannya. Sampai ketemu esok.”,
ucapku sebelum eprgi meninggalkannya.
Flashback end...
“Ya~ Lee Hyuk Jae... Apa yang sedang kau pikirkan..??”.
“A.. Ani. Ani.”.
“Jika tidak, kenapa gugup seperti itu..?? Apa sedang jatuh cinta..??”.
“Mwo..??”.
“ Ya sudah kalau tidak mau mengaku. Aku tidak akan mengoreknya lebih
dalam.”.
Mwo.. Dia pergi..?? Aaiisshh, orang ini... Datang
dan pergi tanpa izin... Apa maunya yang sebenarnya..?? Aneh...
Sudah jam 11.30 rupanya...
Tunggu... Bukankah hari ini dia ada jadwal
latihan sejak pukul 11 tadi... Kenapa aku belum melihatnya... Kemana dia....
--Eunhyuk pov end--
“Ne, sepertinya latihan hari ini batal.”, ucap Hyo Jin kecewa.
“Ne, rupanya hari ini banyak yang tidak bisa hadir. Jika seperti ini
keadaannya, sepertinya memang harus di batalkan saja Hyo Jin-ah.”.
Saat Hyo Jin tengah berbincang dengan teman-temannya, Eunhyuk melihatnya dari kejauhan. Saat hendak
memanggilnya rupanya Hyo Jin sudah pergi dari tempat itu. Eunhyuk pun
mencarinya.
“Itu dia..”, ucapnya pelan.
“Mwo..?? Dia masuk ke dalam kedai..??”, Eunhyuk pun berjalan menuju kedai.
“Ne, memang oppa mau mengajakku kemana..??”, tanya Hyo Jin.
“Hhm, kau maunya kemana..?? Aku akan mengantar dan menemanimu.”, ucap Onew.
“Tunggu.. bukankah saengmu Taemin, hari ini ada latihan dance. Oppa
bagaimana kalau kita kesana. Aku ingin melihat Taeminnie berlatih. Bolehkan..??
Lagipula aku pernah berjanji padanya akan melihatnya saat berlatih. Boleh ya...
boleh ya...??”, rengek Hyo Jin pada Onew.
“Ne.. ne.. kita ke sekolah Taemin sekarang.”.
Onew pun memakaikan helm ke kepala Hyo Jin. Nampak dari kejauhan Eunhyuk
memperhatikan mereka cukup sinis.
“Apa yeoja yang dimaksud saengku selama ini adalah Shin Hyo Jin..??”, ucap
Eunhyuk lemah sambil berjalan menuju taman yang tak jauh dari kedai.
“Kukira mereka hanya beeteman saja. Jadi selama ini...”, lanjutnya sambil
termenung.
“Kenapa aku sangat tidak peka... Omo~ kenapa harus seperti ini akhirnya.
Shin Hyo Jin... yeoja yang menarik perhatianku selama ini, ternyata dia....”.
Di sekolah Taemin...
“Ya~ lihatlah... betapa kerennya junior itu..”, ucap seorang yeoja.
“Ne... dia keren sekali...”, sahut yeoja yang disebelahnya.
“Oppa... sepertinya banyak yeoja yang menyukai dongsaengmu..”, ucap Hyo Jin
sambil menyikutnya.
“Sebegitu terkenalnyakah dia..?? Mwo..?? Coba kau lihat kesana..??”, ucap
Onew sambil menunjukkan arah yang dimaksudnya.
“Mwo..?? Banyak sekali jumlah mereka...”, ucap Hyo Jin kaget.
“Taemin... Aaaaaa... Taemin....”, teriak yeoja-yeoja yang melihatnya
menari.
“Oppa, fans adikmu banyak sekali... Hahaha...”, ucap Hyo Jin tertawa lepas.
“Sepertinya akan istirahat, hampiri dia. Bukankah kau memiliki janji
padanya.”, ucap Onew.
“Huum, araso... Apa kau tidak ikut kesana..??”, tanya Hyo Jin sambil meraih
sebotol air mineral dan handuk kecil dari dalam tasnya.
“Ani, aku menunggu disini saja.”, ucap Onew.
--Taemin pov--
Teriakan-teriakan itu selalu membuatku semakin bersemangat untuk berlatih.
Tak kusangka mereka selalu memberiku semangat selama aku berlatih. Di kejauhan,
aku melihat eonni. Apa benar eonni datang..?? Apa aku tidak salah lihat... Tak
jauh dibelakangnya muncullah Onew hyung. Ternyata benar, eonni menepati
janjinya padaku. Dia benar-benar datang. Kya~ ini bisa kujadikan sebagai
penampilan yang hebat.
Mwo..?? Eonni menghampiriku..?? Kya~ mimpi apa
aku semalam.. Aku tahu kalau dia milik hyungku tapi kurasa tak ada salahnya
kalau aku juga menyukainya. Walau aku harus menahan perasaanku, aku juga harus
tahu diri. Dia makin dekat denganku... Omo~ betapa yeoponya eonni ini... Hyung,
kau sangat beruntung...
“Apa aku masih punya hutang padamu..??”, ucapnya sambil tersenyum manis
padaku.
Hyo Jin eonni memberikan sebotol air mineral yang dibawanya kepadaku.
“Ani, tapi kau harus selalu melihatku saat berlatih. Jika tidak, hari ini
tak kuanggap kau membayar hutangmu.”, ucapku sambil tersenyum lalu meneguk air
mineral.
Kudengar mereka berbisik. Walau hanya berbisik, tapi bisikan mereka terlalu
kencang untuk ku dengar dengan jelas. Semoga saja mereka tak membenci eonniku.
Saat aku tengah mencoba untuk mencerna tiap perkataan yang mereka bicarakan,
eonni menyeka keringat diwajahku dengan handuk kecil yang dibawanya. Kya~ ini
benar-benar membuatku bahagia, walau eonni bukan milikku. Tapi jika aku
diperhatikan seperti ini lama kelamaan aku bisa terbang melayang dibuatnya.
Kudengar lagi teriakan mereka, seolah tak rela kalau eonni memperlakukanku
seperti ini.
“Gomawo sudah mau datang untuk melihatku berlatih.”, ucapku manis.
“Ne, cheonma. Apa akan latihan lagi..??”.
“Nanti dilanjutkan lagi, aku mau istirahat dulu. Kajja... kita kesana.”,
ucapku sambil menunjuk ke arah hyungku berada sambil menggenggam tangannya.
“Hyung...”, kataku sambil berteriak.
Hyungku hanya tersenyum melihat lambaian serta tingkahku. Syukurlah hyungku
tak terlihat marah karena yeojachingunya sedang kugenggam tangannya.
“Apa kalian sudah lapar..??’, tanya eonni penuh keceriaan.
Aku senang sekali saat melihat eonni tersenyum, tertawa apalagi saat eonni
sedang menari. Sangat sangat sangat menyukainya.
“Ne, kita mau makan dimana..??”, jawabku serta hyung hampir bersamaan.
“Disini saja. Oh iya, bukankah kalian sedang ingin makan kimchi..??
Chamkanman.”, ucapnya sambil mengambil sesuatu dari dalam ransel coklatnya.
“Taaraaaaa... Ini aku bawakan kimchi untuk kalian. Aku juga membawa chicken
black paper. Aku yang membuatnya sendiri”.
“Waahh, kelihatannya enak.”, ucapku.
“Bagaimana rasanya..??”, tanya eonni.
“Hhm, mashita..”, ucap hyung sambil
mengangkat kedua ibu jarinya.
“Mashita... Eonni masakanmu neomu neomu mashita. Kapan-kapan bisakah kau
membuatkanku bekal..??”, tanyaku penuh harap.
“Taemin, kau tidak boleh merepotkannya.”, ucap hyungku.
“Oppa... gwaechana. Aku tak merasa direpotkan. Baiklah aku akan
membuatkanmu bekal jika aku bisa membuatkannya.”, ucap eonni manis.
“Oppa, dengarlah. Eonni mau membuatkannya.”, kataku, tapi hyung sama sekali
tidak merespon ucapanku.
“Aku juga akan membuatkan bekal untukkmu oppa.”, lanjut eonni.
Setelah istirahatnya kurasa cukup, aku melanjutkan latihanku. Mereka sudah
sangat siap sekali melihatku berlatih. Akupun memulai latihanku kembali. Mereka
masih dengan semangat memperhatikanku berlatih. Hyung dan eonni pun juga
melihatnya. Mereka melihatku sambil berbincang-bincang dan terkadang sambil
tersenyum-senyum saat melihatku menggerakkan anggota tubuhku.
Entah kenapa aku ingin sekali mengajak eonni untuk menari bersamaku. Kurasa
ini akan memjadi tontonan yang sangat seru. Dengn penuh keyakinan, kutarik
lengan eonniku dan membawanya ketengah-tengah
ruangan. Akupun mengajaknya untuk menggerakkan tubuhnya. Mula-mula dia
hanya menggerak-gerakkan tangannya. Tak lama kakinya pun ikut bergerak dan
disusul oleh gerakan eluruh tubuhnya. Sungguh sangat bahagia bisa menari
bersama eonni. Keinginanku tercapai sudah. Kini aku malah ingin lebih sering
bisa menari bersama eonni.
--Taemin pov end--
--Hyo Jin pov--
Sudah sebulan ini aku tak melihat sunbae
menyebalkan itu.... Kemana perginya..?? Hhm, memang dasar sunbae aneh dan
menyebalkan. Datang dan pergi sesuka. Kurasa aku tak salah menjulukinya sunbae
aneh dan menyebalkan. Tapi waktu itu....
Entah kenapa hal itu terulang lagi, kejadian yang sebenarnya tak mau
kuingat lagi.
Kecupan itu... Sungguh aneh... Hingga kini saja
dia masih terus mengerjaiku, lalu kenapa kecupan itu... Apa dia.... Ani, ani.
Itu tidak mungkin. Tidak akan. Lagipula aku sudah punya Onew oppa. Ani, ani....
Aku tak boleh memikirkannya lagi.... Dia itu tidak lebih dari sekedar sunbae
yang aneh dan menyebalkan.
Aarrgghh... pabonya aku. Kenapa setiap dia mengecup bibirku aku hanya diam saja..??
Aarrgghh... Hyo Jin pabo... Ada apa dengan dirimu Hyo Jin, kenapa kau selemah
itu saat dia menatapmu..?? Hey, harusnya kau ingat, kau sudah memiliki Onew
oppa...
Aku pun melemparkan pandanganku ke langit malam yang gelap. Aku tak
mengerti dengan apa yang kurasakan saat ini. aku pun menyentuh bibirku.
Kenapa jadi seperti ini... Aku bisa gila
dibuatnya... Apa yang harus kulakukan..??
--Hyo Jin pov end--
--Donghae pov—
“Akhirnya aku kembali... Seoul aku sanagt merindukanmu...”.
Aku senang karena bisa kembali ke kampung halamanku. Ya bisa dibilang
merantau ke negeri orang selama hampir 7 tahun sangat tidak menyenangkan. Aku
sangat merindukan keluargaku, teman-temanku dan suasana di kota ini. sangat
merindukannya.
Hampir 7 tahun lamanya aku berada di Paris. Menyelesaikan kuliahku
sekaligus mengurusi pekerjaan ayahku disana. Sangat melelahkan, tak ada tempat
untuk aku berbagi keluh dan kesahku. Selama itu pula, aku tak pernah kembali ke
Seoul. Makanya aku sangat merindukan Seoul.
“Kau sudah kembali..?? Ya~ Lee Donghae, anak kesayangan eomma satu-satunya.
Kenapa tidak memberitahu kalau akan pulang hari ini..??”.
“Aku ingin memberikan kejutan untuk eomma. Ah iya, aku ada oleh-oleh untuk
eomma. Ini..”.
“Kau sudah pulang saja aku sangat bahagia. Kau tidak perlu repot-rpeot
membawakan eomma sebuah hadiah.”, ucap eomma sambil tersenyum bahagia.
“Eomma...”.
“Ya~ sudah, gantilah pakaianmu sana. Jangan lupa bersihkan dulu tubuhmu
itu. istirahatlah, eomma akan masak makanan kesukaanmu. Setelah itu kita makan
bersama.”.
“Baiklah..”.
Saat eomma sedang sibuk di dapur, diam-diam aku keluar rumah. Aku ingin berkeliling
dulu. Ini hari pertamaku setelah kembali dari Paris.
“Tidak banyak yang berubah dari kota ini..”.
Aku menikmati tiap pemandangan yang kulewati. Karena terlalu menikmati, aku
sampai menabrak seorang yeoja.
Bruugg...
Kulihat buku-buku itu berjatuhan dan cukup banyak kertas yang tercecer. Aku
membantu yeoja itu merapikannya.
“Mianhae, aku tak sengaja menabrakmu.gwaechana..??”, ucapku.
Kini aku baru melihat wajahnya. Terlihat tidak asing bagiku. Tapi aku tak
tahu siapa namanya.
“Ah, ne. Gwaechana. Gomawo sudah membantuku merapikannya.”.
‘Ne, cheonma. Bagaimana kalau aku bantu bawakan..?? Kau mau masuk ke kedai
itu kan..??”.
“Ah, ne. Apa tidak merepotkanmu..??”.
“Ani, kebetulan aku juga mau kesana. Sini aku bawakan..”.
“Aa.. kebetulan aku sedang melakukan riset. Apa kau mau menjadi koresponden
pertamaku hari ini..??”.
“Apa itu cukup membantu tugasmu..?? Lebih sering menjadi korespondenmu juga
tak apa...”, ucapku bercanda.
“Ahahaha.. baiklah, jika tak merepotkanmu. Aku akan lebih sering melakukan
riset dan memintamu untuk menjadi korepsondenku.”, ucapnya sambil tertawa.
Kunikmati secangkir hot cappucinno sore itu sambil menjawab beberapa
pertanyaan yang dilontarkannya. Aneh aku merasa seperti pernah melihatnya
sebelum hari ini. Tapi.... ya sudahlah aku tak mau mabil pusing dengan perasaan
itu.
“Sepertinya sudah sejak tadi mengobrol tapi kau belum memperkenalkan
dirimu..”.
“Jeongmal..?? Aku belum memperkenalkan diriku..??”, tanyanya polos seraya
membuatku tertawa terkekeh.
“Ya~ apa ada yang salah dengan pertanyaanku..??”, lanjut yeoja itu.
“A.. ani.. ha.. hanya saja... wajahmu nampak polos saat menanyakan hal
itu..”, ucapku yang sudah berhasil menghentikan tawa.
“Chonun Shin Hyo Jin, Hyo Jin ieyo..”, ucapnya memperkenalkan diri.
“Aa.. Hyo Jin. Chonun Lee Donghae, Donghae ieyo. Panggil saja Donghae oppa,
kurasa aku lebih tua darimu. “, ucapku sambil tersenyum.
Cukup banyak terjadi perbincangan disana. Hingga hari mulai gelap, aku baru
tersadar dengan eommaku yang tengah menyiapkan makan malam. Jika tak segera
kembali pasti eomma akan khawatir.
“Terima kasih atas bantuannya..”, ucapnya sebelum berpamitan padaku.
“Tak perlu sungkan. Sampai bertemu lagi di lain waktu.”.
“Ne. Mannaseo bangapseumnida.. annyeong.”.
--Donghae pov end--
“Shin Hyo Jin..”, teriak seorang namja memanggil namanya.
Ia pun menoleh, mendapati sunbae menyebalkan itu tengah berlari ke arah
dimana ia tengah berdiri, terhenti sesaat setelah mendengar namanya dipanggil.
“Wae..??”.
“Ada yang ingin kukatakan tapi tidak disini. Apa kau bisa ikut denganku..??
Sudah selesaikan..??”.
“Wae..??”.
“Bisa tidak..??”, tukasnya.
“Baiklah.”.
“Apa yang akan kau katakan..??”, tanya Hyo Jin begitu sampai di bukit.
Siang itu udara di Korea cukup panas. Semilir angin nan sejuk berhembus
dengan tenangnya. Cukup membuat rambut Hyo Jin berkibar karenanya.
“Tidak ada yang ingin kukatakan.”.
“Mwo..??”.
“Tapi tadi kau bilang...”.
“Sebenarnya aku hanya ingin kau menemaniku ke tempat ini.”, ucapnya segera,
memotong kalimat Hyo Jin.
Hyo Jin terdiam dan cukup lama mereka terdiam hingga Hyo Jin memberanikan
diri untuk memulai percakapan.
“Kau kemana saja. Sudah 3 bulan ini aku sama sekali tak mleihatmu..??”,
ucap Hyo Jin sambil bangkit dari duduknya dan berjalan agak menjauh dari tempat
mereka duduk.
“Rupanya cukup perhatian juga eum..”.
“Mwo..?? Aaiisshh.. sudahlah terserah apa katamu saja.”.
“Sebenarnya aku sudah lulus sejak 8 minggu lalu, jadi wajar kau tak
melihatku.”.
“Mwo..??”.
“Aku sengaja tak memberitahukannya kepada siapapun.”.
“Lalu graduation ceremony..??”.
“Kami merayakannya secara tertutup.”, jawab Eunhyuk bangkit dari duduknya
dan menghampiri Hyo Jin.
“Aa.. araso.”.
“Chukamdurimnida...’, ucap Hyo Jin sambil mengulurkan tangannya ke arah
Eunhyuk.
“Ne.. gomawo.”, ucap Eunhyuk tersenyum.
“Apa kau merindukanku salama aku tak ada..??’.
“Mwo..??”.
“Sudah... mengaku saja. Selama aku tak ada, pasti kau merindukanku ne..??”.
“Mwo..?? Merindukanmu..?? Ahahaha, tentu saja aku sangat bahagia karena
tidak ada kau. Tak ada lagi namja yang mengerjaiku.”.
“Jeongmal..?? Hanya itu saja..?? Tidak merindukanku..??”, tanya Eunhyuk
memastikan.
“Ne, tentu saja hanya itu. Memangnya jawaban seperti apa yang kau harapkan
dariku hah..??”.
“Saranghaeyo.”, ucap Eunhyuk sambil menatap Hyo Jin yang berdiri
disebelahnya.
“Mwo..??”.
“Mianhaeyo sudah mengerjaimu. Awalnya memang hanya berniat untu
mengerjaimu. Tapi lama kelamaan jika aku tak melakukannya entah mengapa aku
merasa ada yang kurang. Satu hari tidak mengerjaimu, aku seperti orang
bingung.”.
“Mwo..??’.
“Hingga aku menyadari saat aku tak bertemu denganmu lagi...”, ucap Eunhyuk
sambil meraih kedua tangan Hyo Jin dan menggenggamnya erat.
“Aku sangat merindukanmu....”.
--Hyo Jin pov--
“Saranghaeyo.”, ucapnya sambil menatapku.
“Mwo..??”.
Ada rasa bahagia yang kurasakan di dalam hatiku.
“Mianhaeyo sudah mengerjaimu. Awalnya memang hanya berniat untu
mengerjaimu. Tapi lama kelamaan jika aku tak melakukannya entah mengapa aku
merasa ada yang kurang. Satu hari tidak mengerjaimu, aku seperti orang
bingung.”.
“Mwo..??’.
“Hingga aku menyadari saat aku tak bertemu denganmu lagi...”kini ia
menggengggam erat kedua tanganku..
“Aku sangat merindukanmu....”.
Aku merasakan kehangatan. Aku melihat sebuah ketulusan dari pancaran
matanya. Aku tak dapat mengelak. Pesonanya kini tengah memenuhi rongga dadaku.
“Kau tak perlu mendengar kata-kata NAE YEOJA CHINGUGA DOEOJULLAE. Kau hanya
cukup mengetahui perasaanku padamu.”.
Mwo..?? Apa-apaan ini. kenapa tiba-tiba...
Flashback...
“Chagia, mianhaeyo.”.
“Wae..?? Kenapa kau meminta maaf padaku oppa..??”.
“Aku harus mengatakannya.”.
“Apa maksudmu oppa..??”.
“Aku minta putus. Aku ingin mengakhiri hubungan kita sampai disini.”.
“Mwo..??”.
“Mianhaeyo, aku harus mengatakannya. Aku tak mau diantara kita ada yang
tersakiti.”.
Flashback end...
Satu setengah bulan telah berlalu tapi agak sedikit sulit untuk
melupakannya. Namja yang kucintai entah kini dimana. Tak ada satu alasan yang
real mengenai putusnya hubungan kami. Tapi aku tak mau ambil pusing dengan
urusan itu. Biar waktu yang menjawabnya.
“Shin Hyo Jin..”, panggil Eunhyuk sunbae lembut.
“Ne..”, aku pun menoleh ke arahnya.
Saat aku tersadar aku tercengang dibuatnya. Omo~ kenapa bisa sedekat ini..?? Entah sejak kapan dia mendekatiku,
saat aku tersadar tubuhnya kini berada tak jauh dariku. Kami dekat, sangat
dekat. Sampai-sampai aku bisa merasakan hembusan nafasnya.
Semakin lama aku menatap wajahnya, semakin tersiksa aku dibuatnya. Entah
sejak kapan aku juga sudah mulai menyukainya. Walau ia lebih sering
menjengkelkan tapi kurasa itulah awal dari tumbuhnya benih-benih cintaku
padanya.
Ia sudah dekat, sangat dekat. Aku benar-benar dapat melihatnya dengan
sangat jelas tiap guratan di wajahnya. Hembusan hangat dari nafasnya sangat
terasa di wajahku. Hanya dalam hitungan detik ia berhasil mencuri lagi ciumanku.
Bibirnya yang merah kini menempel di bibirku. Dengan perlahan ia membuka
bibirnya. Kini tangan kanannya memeluk pinggangku dengan erat hingga tubuh kami
saling menempel satu sama lain. Ia pun melumat bibirku dengan lembut. Deru
nafasnya dapat kurasakan. Cukup lama berdiam diri, aku memberanikan diri
membuka sedikit bibirku. Ia pun menyambutnya dengan sebuah senyuman. Akupun
membalas tiap kecupan yang diberikannya. Kini tangan kirinya sudah hinggap di
tengkuk leherku. Memeganginya erat dan menciumku lebih dalam hingga terdengar
suara dari tiap kecupan yang kami lakukan. Namun tiba-tiba saja ia
melepaskannya begitu saja. Aku melihatnya terbatuk, sepertinya itu sangat
menyiksanya. Apa yang terjadi padanya. Aku mulai khawatir dengan keadaannya
sekarang. Batuknya tak terhenti. Akupun sibuk mencari sebotol air mineral di
dalam tasku dan akhirnya aku menemukannya lalu memberikannya kepada sunbae.
“Gwaechana..??”, tanyaku khawatir.
“Gwae.. uhuk.. uhuk..
gwaechana...”, kini suaranya terdengar serak.
“Jeongmal..?? Ya~ lihatlah..!!! Wajahmu sampai merah seperti itu. Kajja...
kita ke rumah sakit.”.
“A..uhuk.. uhuk... uhuk... A..
ani.. Gwaechana... gwaechana.”.
“Ta.. ta.. tapi.. Tapi wa.. wajahmu...”.
“Gwaechana.. Sudah tenanglah tak perlu panik seperti itu. Istirahat
sebentar nanti akan baik. Tak perlu khawatir seperti itu.”, ucapnya santai.
“Jangan sekalipun menyepelekan sesuatu.”.
“Aku yang merasakannya. Aku yang tahu seberapa besar kemampuanku. Tenang
saja. Aku hanya perlu beristirahat sebentar.”.
Aku pun memapah tubuhnya. Kurasakan tubuhnya makin menghangat. Apa dia demam..?? Aku benar-benar mulai
khawatir sekarang. Wajahnya sudah terlihat pucat. Ia pun terduduk disebelahku.
Menyandarkan tubuhnya di batang pohon yang rindang. Lama aku memperhatikannya.
Mencoba memeriksa suhu tubuhnya dengan telapak tangan kuletakkan di dahinya. Panas... Ia pun menyadari sentuhan
tanganku, ia pun terbangun.
“Mian, mengganggu istirahatmu..”.
“Ani. Aku tak merasa terganggu. Apa kau khawatir..??”.
“Ne..”.
Dia pun merebahkan tubuhnya. Meletakkan kepalanya tepat di pangkuanku.
“Wae..??”.
--Hyo Jin pov end--
“Mian sudah membuatmu khawatir. Segera masuk, udara mulai dingin.”, ucap
Eunhyuk sambil membelai lembut rambut yeoja di hadapannya.
“Ne..”, jawab Hyo Jin disertai sebuah anggukan.
Uhuk..uhuk.. uhuk..uhuk..
Hyo Jin menghentikan langkahnya.
“Gwaechana... Kajja, masuklah. Tidak akan terjadi apa-apa. Tenanglah.”.
“Apa membawa baju hangat..??”.
“Anio.”.
“Chamkanman.”.
“Ini, pakailah. Jika tidak batukmu akan semakin parah.”.
“Gomawo..”, ucap Eunhyuk sambil mengenakan sweater pemberian Hyo Jin.
“Sangat hangat. Aku menyukainya.”.
“Pakailah dan tak usah dikembalikan.”.
“Wae..??”.
“Aku sengaja membuatkannya untukmu. Anggap saja sebagai sonmul atas
kelulusanmu. Aku masuk, anyyeong..”.
--Eunhyuk pov--
“Yeoboseo..”.
“Apa sudah di rumah..??”.
“Ne, wae..??”.
“Ani..”.
“Mengkhawatirkanku..??”.
Dalam beberapa detik tak ada jawaban. Suasana hening sesaat.
“Sangat mengkhawatirkanmu.”.
“Sebegitu besarkah kau mengkhawatirkanku..?? Aku baik-baik saja sekarang.”.
“Bagaimana mungkin aku tak mengkhawatirkanmu. Ini pertama kalinya aku
melihatmu pucat pasi seperti itu. Aku sangat takut.”.
“Tak perlu berlebihan seperti itu eum...”.
“Baiklah. Istirahatlah, jangan terjaga hingga larut. Rasa sakitnya pasti akan
berkurang.”.
“Aku tidak akan merasa kesakitan jika kau selalu memperhatikan dan selalu
disisiku. Annyeong... mimpi indah malam ini.”.
Beep...
Tak kusangka ia juga menyukaiku. Ini hal yang sangat indah bagiku.
Bertahun-tahun menantinya, kini ia sudah kudapatkan.
“Hyung...”.
“Masuklah... wae..??”.
“Apa sudah agak baikan..??”.
“Ne.. tak perlu khawatir seperti itu eum...”, ucapku sambil tersenyum.
“Gomawo..”.
“Memangnya aku sudah melakukan apa..??”, tanya saengku polos.
“Karena sudah merelakannya untukku. Itu hal terberat. Kenapa kau
melakukannya untukku..??”.
“Aku... aku... Mianhae hyung.. sebenarnya.. Sebenarnya aku sudah
menyakitinya tanpa sepengetahuannya. Aku tak bisa memaafkan diriku sendiri.”.
“Memang apa yang kau lakukan..??”.
“Aku menyukai yeoja lain.”, jawabnya datar.
“Aku bingung. Aku tak mungkin memiliki keduanya.”.
“Aa.. araso.. Ya sudah, kita perlu membahasnya lagi. Taemin.. sedang apa
dia..??”.
“Kurasa dia sudah terlelap hyung.”.
“Aa.. kalau begitu kau istirahlah. Kau juga perlu istirahat.”.
“Ani, aku akan menjagamu hyung.”.
“Ani, aku akan baik-baik saja. Jika butuh bantuan aku pasti akan
membangunkanmu eum... Tenang saja. Sudah tidur sana.”.
“Baiklah...”.
Aku tak mau merepotkan mereka semua. Aku akan merasakannya sendiri.
Bertahan sesuai kemampuanku. Aku yakin, aku bisa melawan penyakit yang kuderita
ini.
--Eunhyuk pov end--
Sudah sebulan ini Hyo Jin mondar mandir ke rumah sakit untuk menjenguk
Eunhyuk. Malam itu, tiba-tiba saja Eunhyuk tak sadarkan diri. Dengan segera
mungkin Onew dan Taemin membawanya ke rumah sakit.
“Jika waktu itu kau menurut apa kataku hal ini tak akan mungkin terjadi..”.
“Ya~ tidak ada hubungannya dengan hari itu. Penyakitku ini sudah pasti akan
kumat kapan saja.”.
“Kau selalu saja mengelak.”, ucap Hyo Jin sambil mengerucutkan bibirnya.
Eunhyuk terkekeh melihat tingkah yeojachingunya itu. Yeoja itu terlalu
mengkhawatirkannya.
“Aku itu mengkhawatirkanmu tapi kau malah menertawaiku.. Uuh.. namja
menyebalkaaaannn...”, ucap Hyo Jin sambil menepuk-nepuk pundak Eunhyuk.
“Kya~ hentikan. Sakit...”, ucapnya sambil tertawa.
“Aku tak mau menghentikannya. Itu hukuman untukmu karena tak menghargai
perasaanku.”.
“He.. hen..hentikan...”, ucapnya sambil terbahak-bahak hingga bahunya
bergerak naik turun seirama dengan gelak tawanya yang kian meledak.
“Ani.”, ucap Hyo Jin kesal.
“Ka.. kau..”.
Dengan kekuatan penuh, Eunhyuk menangkap kedua tangan Hyo Jin dan berhasil
menghentikan pukulan-pukulan yang dilontarkan kepadanya.
“Kau sangat menyebalkan.”.
“Tapi kau sangat menyukainya.”.
“Kau itu benar-benar sangat menyebaaaallkkaaaaaaaaannn.....”.
Teriakannya langsung terhenti ketika Eunhyuk mendekatkan wajahnya ke wajah
Hyo Jin. Hyo Jin terlihat gugup dan wajahnya memerah.
“Apa yang akan kau lakukan..??”.
“Ani. Tak perlu gugup seperti itu. Bukankah kita sudah berpacaran.
Seharusnya hal seperti ini tak membuatmu gugup lagi eum...”.
Eunhyuk mulai mendaratkan kecupan di bibir merah Hyo Jin.
“Oppa, kalau ada yang...”.
Ucapan Hyo Jin terhenti seketika. Eunhyuk mulai melumat lembut bibirnya. Melingkarkan
tangan kekarnya di pinggang Hyo Jin. Tak peduli apa akan ada yang masuk ke
dalam kamarnya atau tidak. Kecupan itu semakin dalam saat Hyo Jin mulai
membalasnya dan melingkarkan kedua tangannya di leher Eunhyuk. Hyo Jin tak
peduli lagi dengan tempat dimana mereka melakukan ciuman itu.
“Oppa... cepatlah sembuh..”, ucapnya sambil meletakkan kepalanya di dada
Eunhyuk yang bidang.
“Aku akan segera sembuh. Tenanglah..”, jawabnya sambil mengelus lembut
rambut Hyo Jin.
“Sudah sebulan ini aku tak diijinkan untuk menemuinya.. Ya~ ada apa
sebenarnya. Ini sangat menyebalkan.”, keluh Hyo Jin pada Yi Seul dan Eun Soo.
“Bersabarlah, nanti pasti kau bisa bertemu dengannya.”, ucap Yi Seul
mencoba menghiburnya.
“Hyo Jin-ah.. Hyo Jin-ah..”, panggil Eun Soo sambil menyikut pinggangnya.
“Ya~ wae..”.
“Itu...”.
“Nuguya..”.
“Annyeong..”, sapa seorang namja.
Hyo Jin menoleh dan mendapati Donghae tengah berdiri di hadapannya. Sudah
sebulan ini juga Donghae kerap menemui Hyo Jin. Mengantar serta menjemputnya ke
kampus. Mereka terlihat akrab sekali.
“Oppa.. wae..??”.
“Sedang bosan. Ada kegiatan..??”.
“Ani.. wae..??”.
“Jalan-jalan..??”.
“Kemana..??”.
“Molla.”.
“Apa kalian mau ikut..??”, tanya Hyo Jin pada Yi Seul dan Eun Soo.
“Tidak bisa.. masih ada kelas.”, ucap mereka bersamaan.
“Ya sudah, kalau begitu aku pergi duluan. Tak apa kan..??”,
“Tentu saja. Pergilah.. kau juga sedang bosan sekarang. Semoga harimu
menyenangkan..”.
“Kajja oppa...”.
“Ne, kajja.”.
“Ingin kemana..??”, tanya Donghae.
“Sudah lama tidak ke Sungai Han.”.
“Baiklah, kita kesana.”.
Di Sungai Han...
“Sejuknya...”, ucap Hyo Jin sambil menghirup udaranya dalam-dalam lalu
menghembuskannya.
Ia sangat menikmati pemandangan indah Sungai Han sore itu. tak terlalu
banyak orang yang berkunjung kesana sore itu. dengan leluasanya ia berjalan dan
berlari kecil kesana kemari. Donghae hanya memperhatikan tingkahnya yang sperti
anak kecil itu sambil terkekeh.
Uyeonhido geureoke uri sijakdoennabwa
Cheoeumen sarangilkkeorago kkumedo mollanneunde
geuge sarangiljuriya
Simjangi mak jakkuman dugeundugeun georigo
Nalbomyeon misoman heureugo nimamdo moreuge nal
saranghage doengeoya
Donghae memeprhatikan tingkahnya yang seperti anak kecil. Senandung
kecilnya membuat Donghae senyum-senyum sendiri saat mendengarnya.
Neon naege banhaesseo banhaesseo dalkomhan
naesarange nogabeoryeosseo
Neon naege banhaesseo banhaesseo hwangholhan nae
nunbiche chwihaebeoryeosseo
See my eyes neon naege ppajyeosseo
See my eyes neon naege banhaesseo
Sarangeun neul gapjagi unmyeongcheoreom onabwa
Eoneunal chajaon sonagicheoreom nal jeoksyeonoko
geuge sarangiljuriya
Nungamado jakkuman mundeungmundeuk tteoolla
Ppalgaejin eolgureul bolttaemyeon nimamdo moreuge
nal saranghage doengeoya
Neon naege banhaesseo banhaesseo dalkomhan
naesarange nogabeoryeosseo
Neon naege banhaesseo banhaesseo hwangholhan nae
nunbiche chwihaebeoryeosseo
See my eyes neon naege ppajyeosseo
See my eyes neon naege banhaesseo
Nado neol saranghae saranghae ije neol
saranghanda gobaekhal geoya
Nado neol saranghae saranghae naemami saranghanda
malhago isseo
See your eyes naman barabwajwo
See your eyes nan neoreul saranghae
(see my eyes) isigani jinado yeongwonhi
(see my eyes) nado moreuge neon naege banhaesseo
Sahut Donghae menyambung senandung kecil Hyo Jin. Hyo Jin tersenyum
mendengar suaranya.
“Kau menyukai lagu itu..??”, tanya Donghae.
“Ne, sangat menyenangkan.”, jawab Hyo Jin sambil tersenyum manis.
“Hyo Jin..”.
“Apa yang akan kau lakukan jika saat ini ada seorang namja yang akan
menyatakan perasaannya padamu..??”.
“Aku akan mendengarkannya.”, jawab Hyo Jin singkat.
“Hanya mendengarkan..?? Tidak meresponnya..??”.
“Lalu apa yang harus aku lakukan..??”.
“Meresponnya sesuai dengan suara hati kecilmu karena hati kecilmu tak akan
berbohong.”.
“Jika sudah memiliki namjachingu..??”.
“Dengarkan suara hati kecilmu.”.
“Kalau aku juga menyukainya, apa itu wajar..?? Sudah punya namjachingu tapi
masih menyukai namja lain juga. Apa tidak apa..??”.
“Manusia tak ada yang sempurna. Berkata jujur lebih baik daripada
memendamya.”.
“Aa... araso.”, ucap Hyo Jin sambil mengangguk-angguk.
Saat Hyo Jin berada di kamar...
“Taemin, bagaimana keadaan Eunhyuk oppa..?? Apa aku sudah bisa
menjenguknya..??”.
“Ani. Kau belum bisa menjenguknya. Tapi tenang saja, hyung sudah agak
membaik.”.
“Sebenarnya apa yang terjadi dengan hyungmu..?? Kenapa aku tak diberi
tahu..??”.
“Aku tak bisa menjelaskannya padamu eonni. Ini permintaan hyung. Aku tak
bisa mengingkarinya, aku sudah janji padanya. Mianhae, neomu mianhae eonni.”.
“Baiklah, tak apa jika belum bisa menjelaskannya padaku sekarang.”.
“Yeoboseo..”.
“Apa anda yang bernama Hyo Jin..??”, tanya seorang yeoja dari seberang
sana.
“Ne.”.
“Teman anda mengalami kecelakaan. Kami sulit menghubungi keluarganya. Apa
anda bisa datang ke rumah sakit sebelum keluarganya berhasil kami hubungi.”.
“Mwo..?? kecelakaan..??”.
0 comments:
Posting Komentar