18 Agustus 2013

Super Junior FanFiction | No Reason





Super Junior FanFiction | No Reason

Main Cast            : Cho Kyuhyun
                                  Yoon Eun Hee
Support Cast      : Lee Na Ri
Genre                    : Romance, Little Comedy, Little Angst
Rate                       : PG - 17
Length                  : Oneshot [Maybe Longshot]

Warning : Typo(s) *always like*. Italic + Bold = Flashback.
Cerita ini murni ide dari hasil imajinasi author pas lagi suntuk-suntuknya nge-test program baru *curcol dikit :D. Jika ada kesamaan cast dan alur dan jalannya *apa sih, abaikan. Mianhae, mungkin cuma kebetulan ajah tapi yang jelas ini bener-bener murni dari imajinasiku sendiri. Kesalahan bukan terjadi pada diri saya tetapi pada layar kaca anda *Lho! o.O  Okedeh, langsung ajah dibaca. Jangan lupa tinggalin jejaknya ya.....


Seorang yeoja kembali terduduk di bangkunya. Ini sudah kesekian ribu kalinya yeoja itu menatap layar datar dihadapannya. Kembali berkutat dengan setumpuk dokumen yang terbungkus map berwarna-warni. Menganalisa tiap dokumen yang selalu menanti di setiap harinya.


"Kenapa tumpukannya semakin meninggi?" Gerutu Yoon Hee sesaat setelah Lee Na Ri meletakkan beberapa dokumen di sudut meja kerja milik Yoon Hee.



"Entahlah, kurasa tak akan pernah habis, Yoon Hee. Aku juga sudah lelah." Sahut Na Ri.


"Apa aku boleh membakar semua dokumen ini? Otakku sudah sangat panas sejak satu minggu lalu." Kali ini Yoon Hee melempar asal dokumen yang tengah dianalisa olehnya tepat ke mejanya.



"Andai saja itu bisa terjadi. Aku akan menjadi orang pertama yang akan mentraktirmu selama 1 bulan penuh. Bagaimana kalau kau mengusulkan idemu itu pada pimpinan Cho?" Ledek Na Ri.


Yoon Hee beranjak dari kursinya dan meraih gelas unutk mengisinya kembali. "Ya, kau ingin aku dicaci maki olehnya, eoh? Atau yang paling parah lagi, dia langsung menggeretku keluar dari gedung ini tanpa ampun dan tanpa surat peringatan. Ah, membayangkannya saja sudah membuatku hampir mati berdiri." Celoteh Yoon Hee sambil membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seorang Cho Kyuhyun jika dia menyampaikan keinginan terbesarnya itu.


"Hiihihi... kau benar, Yoon Hee. Pimpinan kita terlalu dingin, kaku dan........." Ucap Na Ri menggantung, menunggu reaksi penasaran dari Yoon Hee.


"Dan apa? Sangat tampan maksudmu?" Sambar Yoon Hee.


"Ne, bukankah dia memang sangat tampan, eoh? Wajahnya... senyumnya..." Ucap Na Ri sambil membayangkan sosok seorang Cho Kyuhyun.


Yoon Hee menatap Na Ri jengah, diputarnya arah bola mata coklatnya itu, seolah tak menerima pernyataan Na Ri kalau Cho Kyuhyun sangatlah tampan.


"Percuma jika tampan kalau memiliki sikap yang dingin dan kaku seperti namja itu. Apa kau akan bertahan lama berada disampingnya?" Celoteh Yoon Hee dan kembali duduk dikursinya, kursi panas.


"Hey, tapi dia sungguh sangatlah tampan, Yoon Hee!" Ucap Na Ri penuh semangat dengan mata yang berkilat-kilat.



"Eehheemm...."


Walau hanya singkat tapi itu cukup membuat kedua yeoja itu menoleh dengan cepat.


"Siapa yang sedang kalian bicarakan?" Tegur seorang namja dengan tatapan datar dan itu cukup membuat mereka terdiam seperti patung.


"Membicarakanku?" Selidik namja itu. Mereka hanya bisa tertunduk, merasa tidak nyaman. "Aku tampan?" Tanya namja itu dengan wajah polos sambil tersenyum tipis.


Dan lagi, mereka hanya terdiam tertunduk.


" Bagaimana ini?" Gumam Yoon Hee dalam hati. Jujur, baru kali ini tubuhnya tiba-tiba menjadi beku hanya karena tatapan dingin dari seorang namja yang notabene tidak termasuk dalam daftar pria idamannya.


"Apa ada berkas yang sudah bisa kutanda tangani?" Ucap namja itu sambil berjalan menuju meja kerja Yoon Hee.


Jari-jemari itu menari dengan indahnya di permukaan meja kerja Yoon Hee dan singgahlah jemari itu tepat di atas tumpukan dokumen yang berada di sudut meja itu.


Dengan wajah polos, datar dan dingin, namja itu menunjuk tumpukan dokumen, seolah meminta penjelasan akan maksud tumpukan itu.


Menyadari sang bos akan menginterogasinya, Yoon Hee segera angkat bicara.


"Itu dokumen yang belum tuntas dianalisa, Tuan. Sesegera mungkin akan diselesaikan." Ucap Yoon Hee sambil menghampiri namja itu yang sudah terduduk di bangku panas milik Yoon Hee.


"Dan ini..." Ucap Yoon Hee menggantung sambil menyodorkan beberapa dokumen yang tumpukannya lebih tipis. "Ini dokumen yang sudah selesai dianalisa. Mohon diperiksa kembali." Ucap Yoon Hee berusaha berbicara normal, hormat dan sopan kepada atasannya yang satu itu.


Dengan teliti dan seksama, namja itu membaca dokumen yang disodorkan kepadanya. Pertanyaan yang keluar dari mulutnya pun cukup membuat Yoon Hee kalang kabut untuk menjawabnya.


"Apa ada lagi?" Tanya namja itu masih dengan sikap dinginnya.


Yoon Hee hanya menggeleng pelan. Tampak kedua alis mata namta itu tertaut.


"Ah, mianhae. Maksudku sudah tidak ada lagi." Ucap Yoon Hee sambil tersenyum yang sedikit dipaksakan.


"Baiklah kalau begitu." Ucap namja itu sambil bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruang kerja Yoon Hee.





Akhirnya mereka bisa bernafas lega. Tak lama mereka saling berpandangan.


"Apa orang itu mendengar pembicaraan kita, eoh?" Ucap Na Ri hampir berbisik.


Tuuk...


"Jeongmal paboya!" Ucap Yoon Hee setelah memukul kepala Na Ri dengan gulungan berkas yang ia genggam.


"Iisshh... appo, Yoon Hee." Ringis Na Ri sambil memegangi kepalanya.


"Lain kali kau harus bisa mengontrol suara cemprengmu itu. Dan jika terulang lagi, akan kuhabisi kau! Lee Na Ri!" Ancam Yoon Hee. Matanya menatap Na Ri tajam, membenarkan ancaman yang baru saja ia katakan.


Na Ri hanya bergidik ngeri. Cepat-cepat yeoja itu keluar dari ruang Yoon Hee yang mulai terasa angker baginya.


Nampak Yoon Hee membanting tubuhnya tepat di kursi panasnya.


"Dan sudah kupastikan, namja dingin itu pasti mendengarnya dengan jelas." Gerutu Yoon Hee sambil melanjutkan pekerjaannya.




4 days later, at Kyuhyun's room....



~Kyuhyun POV~


"Ne, bukankah dia memang sangat tampan, eoh? Wajahnya... senyumnya..."


"Percuma jika tampan kalau memiliki sikap yang dingin dan kaku seperti namja itu. Apa kau akan bertahan lama berada disampingnya?"


"Hey, tapi dia sungguh sangatlah tampan, Yoon Hee!"



Aku hanya tersenyum jika mengingat perbincangan mereka. Seperti itukah penilaian mereka terhadapku? Lee Na Ri, dia tidak berbeda denga yeoja kebanyakan. Aku dibilang tampan. Ahh, tentu saja aku sangat tampan. Dan kau 100% benar Lee Na Ri.


Tapi yeoja itu, Yoon Eun Hee. Kenapa dia berpendapat seperti itu? Apa ada yang salah dengan wajah tampanku, eoh?


Aku menghentikan aktifitasku. Berdiri sejenak dan berjalan menuju wastafel di balik lemari disudut ruanganku. Kutatapi pantulan wajahku disana. Aku menggerakkan wajahku kekanan dan kekiri berkali-kali.


"Tidak ada yang salah dengan wajahku. Lalu kenapa dengan yeoja itu?" Aku menggelengkan kepalaku pelan dan kembali menuju kursi kerjaku.


Hari ini sungguh membosankan untukku. Ingin rasanya aku pergi keluar hanya untuk menyegarkan kembali otakku yang mulai kusut, tapi tidak dengan wajahku. Hehehehe.....


Kutatap arloji tangaku. "Bagaimana kalau setelah ini aku pergi menonton?" Entah dapat ide darimana, jemariku dengan spontan mendial sebuah ext.


"Apa pekerjaanmu sudah selesai?" Ucapku sedatar mungkin.


"Ne. Apa ada yang bisa saya bantu, tuan?"


Aku bingung, sebenarnya sosok yeoja ini seperti apa sih? Kenapa dia selalu berbicara dengan nada lembut dan ramah kepadaku? Berbeda sekali saat berbicara dengan Na Ri beberapa hari lalu.


"Eoh? Oh itu...." Entah kenapa aku sulit sekali mengucapkannya.


"Ada yang harus kuselesaikan sekarang juga, tuan?"


Oh, God! Ottohkae???


"Tuan... apa kau masih disana?"


Kesadaranku kembali sepenuhnya saat nada bicaranya terdengar sedikit khawatir.


"Ah, ne. Aku hanya ingin meminta sedikit bantuanmu. Apa setelah ini, kau ada acara?" Tanyaku ragu.


"Ania. Wae gurae?"


"Baguslah kalau begitu. Aku tunggu kau di tempat parkir. Temui aku 15 menit lagi." Ucapku sok memerintah.


"Mwo?"


Ayolah, Yoon Hee! Aku tahu kau mendengarnya dengan jelas.


"Cepat datang dan jangan banyak bertanya!" Aku segera mematikan tombol loudspeaker dari pesawat teleponku.


Deg, deg! Deg, deg!


Ada apa dengan jantungku? Kenapa berdegup kencang seperti ini?


~Kyuhyun POV end~



~Yoon Hee POV~


"Apa-apaan dia! Seenaknya saja memerintah seperti itu!" Ucapku kesal. Aku memeriksa kembali meja kerjaku. Semua sudah tertata rapi dan aman, kurasa.


"Andai saja dia bukan atasanku, sudah caci maki dia!"


Aku berjalan dengan cukup tergesa-gesa, mengingat aku sudah melewatkan 10 menit di dallam ruang kerjaku.


"Matilah aku!!!" Gerutuku sambil menekan sebuah tombol 'open' pada lift. Aku seperti merasa lift dihadapanku ini bergerak dengan sagat lambat. "Ya! Cepatlah! Aku bisa ditelan hidup-hidup oleh namja dingin itu!" Aku menendang pelan pintu lift. Terlihat bodoh memang, tapi aku tak tahu lagi apa yang harus kulakukan.


Dengan berlari-lari, aku menghampiri namja dingin itu. Dari kejauhan aku melihatnya sibuk menatapi arloji dipergelangan tangannya. Sepertinya aku terlambat.


Aku menghampirinya dengan nafas yang masih tersengal. Dia tengah menyandarkan tubuhnya pada body mobil Range Rover silver miliknya.


"Kau tahu aku paling tidak suka menunggu orang terlalu lama." Dia tidak menatapku. Dasar namja dingin!


Dengan terpaksa aku membungkukkan sedikit tubuhku. "Mianhae, aku terlambat. Jeongmal mianhae." Dan asal kau tahu, aku terpaksa melakukan ini. Ah, lagi-lagi aku harus terlihat bodoh dihadapannya! Menyebalkan! Dan aku tahu betul, itu SANGAT MENYENANGKAN baginya.


Kulihat dia hanya menggerakkan dagunya. Dan AKU TIDAK TERLALU BODOH untuk mengerti maksudnya.


~Yoon Hee POV end~



"Semoga saja dia tidak terlalu membenci genre action" Gumam Kyuhyun sesaat setelah menggenggam dua buah tiket.


Butuh 15 menit lamanya, sebelum akhirnya mereka memasuki ruang theater.


"Kau tidak membenci genre action, 'kan?" Tanya Kyuhyun cuek. Sama sekali tidak menatap Yoon Hee.


"Ania." Jawab Yoon Hee singkat. Dan sangat jelas.


"Baguslah!" Sahut Kyuhyun santai.


3o menit terdiam dan hanya fokus pada layar, setidaknya aksi para bintang pada film itu cukup untuk menghilangkan rasa bosan Yoon Hee. 40 menit, 55 menit, 70 menit berlalu dengan sangat lambat bagi Yoon Hee. Entah mengapa dia mulai merasa sangat kedinginan. 80 menit sudah dan Yoon Hee malah semakin merasa kedinginan.


"Ada apa dengan tubuhku? Tadi baik-baik saja. Apa aku sudah kelelahan? Ottohkae?" Gumam Yoon Hee dalam hati. Karena sudah tak kuat lagi menahan rasa dingin yang semakin menusuk tulangnya, Yoon Hee menggosokkan kedua telapak tangannya sambil sesekali meniupnya.


Dengan gerak cepat, Kyuhyun meraih kedua tangan Yoon Hee dan menggenggamnya erat, berharap dapat memancarkan rasa hangat pada tangan Yoon Hee yang sudah benar-benar dingin.


"Kenapa diam saja! Harusnya kau bilang. Tidak lucu kan kalau tiba-tiba saja besok pagi beredar berita Pewaris Tunggal Cho Groups Ditahan Atas Tuduhan Menelantarkan Seorang Yeoja Yang Kedinginan Didalam Theater." Ucap Kyuhyun dengan tatapan tajam. "Mau disembunyikan dimana wajah tampanku ini!" Tukas Kyuhyun dengan bangganya.


"Percaya diri sekali kau!" Ucap Yoon Hee ketus. Kesal dengan sikap percaya diri seorang Cho Kyuhyun, Yoon Hee menarik tangannya. Tapi percuma, usahanya tak berhasil. Tenaga Kyuhyun jauh lebih besar darinya.



Entah sejak kapan adegan pada layar dihadapan mereka berubah menjadi adegan romantis. Yoon Hee sedikit merasa risih melihat adegan itu karena entah mengapa adegan itu tampil disaat Kyuhyun tengah memegangi kedua tangannya.


Menyadari kegelisahan Yoon Hee, Kyuhyun angkat bicara. Tatapan matanya kini berbeda dari biasanya. Tak ada lagi tatapan dingin. Tak ada lagi senyuman keegoisan dan senyuman tipis yang biasa ia tunjukkan.


Tatapan mata itu terasa teduh, layaknya sebuah pohon kecil yang rindang yang tumbuh dimusim kemarau. Senyuman itu terasa menghangatkan, layaknya perapian yang menghangatkan siapapun yang berada disekitarnya disaat musim dingin. Suara. Ya suara itu terasa sangat damai, layaknya dirimu tengah berjalan dihamparan daun mapple yang berguguran diiringi oleh semilir angin khas musim gugur. Dan wajah itu terlihat berseri, layaknya bunga-bunga liar yang bermekaran dimusim semi.


Yoon Hee merutukkan dirinya sendiri karena telah terbuai oleh suasana yang tercipta. Antara suasana theater, suasana film yang terputar pada layar dan dengan suasana yang berhasil Kyuhyun ciptakan. Entahlah, mungkin dirinya berhalusinasi terlalu jauh dengan semua suasana itu.



Perlahan tetapi pasti, Kyuhyun mendekati wajah Yoon Hee. Sontak degup jantung Yoon Hee semakin berpacu dengan cepat. Tubuhnya terasa kaku, jauh lebih kaku saat Kyuhyun memergoki dirinya dan Na Ri tengah memperdebatkan masalah ketampanan Kyuhyun. Waktu terasa berjalan dengan sangat lambatnya, seperti gerakan slowmotion.


Dia sendiri dapat mendengar degup jantungnya dengan jelas. Nafas Kyuhyun, ya, dia juga bisa merasakan hembusan nafas yang dikeluarkan oleh namja itu. Bahkan gerakan kedipan matanya. Dia benar-benar merasakan semuanya dengan jelas. Semua anggota tubuh yang digerakkan Kyuhyun dapat dia dengar dengan jelas. Dan saat wajah Kyuhyun sudah sangat menjadi dekat, refleks Yoon Hee menutup kedua matanya.



"Sepertinya kau demam, nona Yoon." Dalam sekejap semua yang terasa istimewa itu runtuh. Layaknya sebuah kaca yang pecah karena lemparan batu. Pecah berkeping-keping. Mata Yoon Hee membulat dan dia hanya bisa terdiam dan menundukkan kepalanya.


Bodoh, ya dia merasa memang sangat bodoh sekarang. Berharap seorang Cho Kyuhyun akan menciumnya saat itu juga. Sepertinya harapan itu terlalu tinggi. Dan dengan mudahnya, seorang Cho Kyuhyun membangun semuanya menjadi sangat sempurna lalu menghancurkannya seketika dengan sebuah granat.


"Kurasa setelah ini aku akan mengantarkanmu pulang. Pasti kau selalu lembur setiap hari hanya untuk menyelesaikan dokumen-dokumen itu." Ucap Kyuhyun sambil tersenyum penuh kemenangan. Ya, dia memang selalu berhasil membuat Yoon Hee nampak bodoh dihadapannya.




~Yoon Hee POV~


Sejak hari itu, aku selalu berusaha untuk tidak bertemu dengannya, mungkin lebih tepatnya MENJAUHI. Ya, mau ditaruh dimana mukaku??? Sejak malam itu, aku bersumpah pada diriku sendiri akan menghindari semuanya, apapun itu yang membuatku bertemu dengannya, akan kujauhi itu semua dariku. Aku seperti kehilangan semua kekuatanku, aku tak berani hanya untuk menghadapnya. Jangankan menghadapnya, menatapnya saja aku juga sudah tidak berani sekarang.


Aku jadi lebih sering menyendiri. Menyibukkan diriku dengan semua dokumen di ruang kerjaku. Aku hanya akan keluar pada saat jam makan siang dan tentunya saat jam kantor berakhir. Aku selalu berusaha seminimal mungkin keluar dari ruang kerjaku jika bukan karena aku memang harus keluar.


"Huh, sepertinya akan makan siang di ruangan lagi." Ucapku sambil menatapi jam dinding yang kebetulan satu garis dengan bola mataku. Ini sudah lewat 25 menit dari waktu istirahat dan aku masih saja harus berkutat dengan semua dokumen-dokumen ini. Kusandarkan sejenak kepalaku pada bantalan kursi yang kududuki. Mencoba rileks dan menenangkan diriku. Hingga sebuah ketukan pintu membuat semua ketenangan yang mulai merambat di tubuhku lenyap.


"Nuguya?" Tanyaku tanpa beranjak dari kursi.


"Aku mengantarkan pesanan makan siangmu, nona Yoon." Ya, aku mengenali suara itu. Memang aku yang memintanya untuk memesankan makan siang untukku.


Aku memutar kursiku hingga menghadap ke jendela dibelakangku. "Masuklah." Aku mendengar pintu ruangan dibuka dan tak lama menutup sendiri. Suara langkah itu juga terdengar jelas ditelingaku. Begitu pula saat orang itu meletakkan pesanan makan siangku.


"Gomapseumnida." Ucapku tanpa mengalihkan pandanganku ke pemandangan diluar jendela.


"Cheonma." Mataku membulat seketika, saat mendengar suara itu. Aku tak percaya dan kuyakini kalau pendengaranku sedang terganggu sekarang. Aku terdiam tak berbalik. Mencoaba meyakinkan kembali kalau aku sedang bermimpi.


"Apa dengan menatap keluar jendela itu kau merasa kenyang?"


Aku mendengar suara itu lagi. Kali ini terdengar lebih panjang. Dan aku yakin aku sedang tidak memiliki masalah dengan pendengaranku.


Deg, deg! deg, deg!


Jantungku berdegup tak beraturan. Dan semakin menjadi tak beraturan saat kudapati dirinya tengah menatapku dengan seulas senyum andalannya.


"Aku juga membawa kotak makan siangku. Jadi tak ada alasan lagi untuk menghindariku kan?" Ucap namja itu santai.


Aku hanya bisa merutuki diriku sendiri. Aku tak bisa kemana-mana. Tak bisa pula menghindarinya. Apa aku akan terlihat bodoh lagi dihadapannya kali ini? Aku sedikit mengacak-acak rambutku, sedikit frustasi memang. Tapi aku tak punya pilihan lain selain menghabiskan makan siangku dengannya.


~Yoon Hee POV end~




~Kyuhyun POV~


Aku tahu dia pasti akan terkejut jika melihat seorang namja yang masuk bukanlah office boy dikantorku, melainkan diriku, SANG PEWARIS TUNGGAL CHO GROUPS. Hahahahahaa.....


Dan, BINGO! Tepat sekali tebakanku. Dia kaget, mungkin lebih tepatnya shock. Tapi AKU TAK MAU TAHU. Aku ingin makan siang dengannya. Dan MAU TIDAK MAU DIA HARUS MAKAN SIANG DENGANKU, SEKARANG!


Egois? Aku tak memperdulikannya. Aku terpaksa, karena jika aku tidak melakukannya, selama-lamanya dia akan terus-menerus menjauhiku. Dan aku tak mau itu terjadi padaku.


Kulihat dia sedikit terpaksa melakukannya, tapi.... biarkan saja. Aku melihatnya tak menghabiskan makan siangnya. Aku jadi kecewa, pasti karena keberadaanku, selera makan siangnya jadi hilang.


“Kenapa tidak dihabiskan? Kau kan belum sembuh benar, nona Yoon.” Ujarku.


Hening.


“Kau harus menghabiskannya, jangan disisakan seperti itu.”


Hening.


“Sepertinya kau tidak bisa menghargai hasil kerja keras orang lain. Mereka membuatnya untuk dimakan. Bukan untuk disia-siakan seperti itu. Kau tahu, jauh diluar sana banyak orang yang tidak bisa makan seenak ini. Dan kau! Kau bisa menikmati ini setiap harinya tapi kau malah menyisakannya. Jika orang itu tahu kalau ada slah satu pelanggannya yang tidak menghabiskan masakannya, pasti orang itu tak akan menjualnya lagi kepada pelanggan itu. Dan kau tahu? Orang itu akan merasa sangat kecewa jika makanan lezat yang dibuatnya tidak dihabiskan.” Celotehku panjang lebar. Namun tetap saja nihil. Yoon Hee masih saja terdiam.


Aku jadi semakin gemas melihatnya yang seolah tak menganggapku ada dihadapannya. Apa seperti ini rasanya diacuhkan? Apa seperti ini yang namanya kecewa? Apa harus seperih ini?


Entahlah, kenapa mendadak aku menjadi namja lemah seperti ini. Aku bangkit dan melangkahkan kakiku dengan pasti meninggalkan ruangan Yoon Hee. Tadinya kupikir dia akan mencegahku. Nihil. Dia sama sekali tak bereaksi apapun. Sekalipun knop pintu sudah kusentuh, dia masih belum beranjak ataupun bergerak dari tempatnya.


Dan akhirnya, aku hanya bisa pergi dari hadapannya dengan semua kepedihan yang kubur dalam-dalam.


~Kyuhyun POV end~



Perpaduan antara kesal dan sedih. Itulah yang tengah dirasakan Yoon Hee. Yoon Hee hanya bisa menatap nanar kepergian Kyuhyun. Punggung itu terasa jauh dan semakin jauh dari matanya hingga hilang dibalik pintu.


6 bulan sejak hari itu, untuk yang pertama kalinya Kyuhyun mengajaknya berbicara sejak kejadian 1 minggu setelah mereka pergi nonton bersama, dan sejak itu pula Kyuhyun tak pernah menampakkan dirinya lagi dihadapan Yoon Hee.


Kecewa? Ya, dia merasakan kekecewaan yang mendalam karena yeoja itu. Yeoja pertama yang berpendapat kalau dirinya bukanlah namja yang sempurna. Dan yeoja pertama pula yang merebut hatinya dengan cara yang berbeda.


Yoon Hee semakin larut dalam pekerjaannya hingga ia tidak menyadari kepergian Kyuhyun yang sebenarnya karena dirinya. Yang ia tahu, Kyuhyun pergi karena memenangkan tender besar diluar sana, bukan karena dirinya.



Ditempat yang berbeda....


Seorang namja hanya menatap pemandangan diluar jendela dengan tatapan kosong. Tubuhnya terlihat kurus. Tak terlihat lagi seseorang yang berambisi, egois bahkan dingin. Semuanya itu seakan lenyap karena seorang yeoja.


Hampir genap 10 hari dia tidak mau makan. Penampilannya sungguh mengenaskan, seperti mayat hidup. Terkadang namja itu mengigau, memanggil-manggil nama seorang yeoja. Namun sayang, yeoja itu tak dapat mendengarnya.


“Kyu, sampai kapan kau akan hidup seperti ini?” Tanya seorang yeoja gusar.


Sunyi. Kyuhyun sama sekali tak merespon pertanyaan yeoja itu.


“Kyu, jebal! Bicaralah! Kau membuatku semakin khawatir.” Ucap yeoja itu lagi.


Namun nihil.


“Jujur! Cho Kyuhyun yang berada dihadapanku sekarang, bukanlah Cho Kyuhyun yang kukenal! Aku sama sekali tak bisa mengenalimu!”


Hening.


“Cho Kyuhyun yang kukenal adalah seorang namja yang egois, ambisius, dingin. Bukan Cho Kyuhyun yang pemurung, penyendiri dan pendiam seperti ini. Ini... ini sama sekali bukan dirimu! Ini bukan dirimu, Cho Kyuhyun!” Seru seorang yeoja. Berharap Kyuhyun akan meresponnya, walau itu hanya gerakan tubuh.


“Iisshh, kenapa susah sekali mengembalikanmu seperti Cho Kyuhyun yang dulu! Kyu! Bicaralah!” Ucap yeoja itu ketus. Dia sudah tidak bisa tinggal diam lebih lama lagi dengan kelakuan Kyuhyun. Dia sudah gerah dengan sikap Kyuhyun akhir-akhir ini. ditambah lagi dia tak mau berbicara lagi, itu semakin menambah daftar kekesalannya pada seorang Cho Kyuhyun.


“Baiklah, jika kau memang menginginkan kehidupan seperti ini! Silahkan! Nikmati kehidupanmu yang seperti mayat hidup ini! Aku gerah! Aku lelah! Dan kau! Kau atur saja kehidupanmu sendiri! Jangan mencariku ataupun meminta bantuanku lagi! Aku bosan terus-menerus harus mengingatkanmu akan kehidupanmu yang sebenarnya. Kurasa kau memang ingin mati. Jika kau memang benar-benar menginginkannya, pergilah! Aku tak akan melarangmu sedikitpun.” Ujar yeoja itu sambil tersenyum kecut.


“Dan satu hal lagi.” Ucap yeoja itu dari balik pintu kamar Kyuhyun. “Akan kupastikan seorang Kim Yoon Hee datang menghadiri pemakamanmu. Melihatmu terkubur dan meneteskan airmatanya hanya untuk seorang namja lemah dan tak berguna seperti dirimu, Cho Kyuhyun!”


Braak....


Dengan sengaja yeoja itu menutup pintu kamar Kyuhyun dengan keras. Mencoba mengembalikan semua kesadaran sahabatnya.


Sepeninggal kepergian Na Ri, Kyuhyun hanya bisa mendengus kesal. Amarahnya memuncak. Semua tertangkap jelas lewat sorot matanya. Dia sudah siap untuk melampiaskan semua kekesalan dan kekecewaan yang selama ini dipendam.


Lampu hias, laptop, televisi hingga bangku kerja tak luput dari sasaran amarahnya. Semua yang pegang sekarang hancur. Tangan itu menjadi penghancur saat kemarahan menguasainya. Dia tidak terlihat seperti manusia lagi sekarang. Dia lebih terlihat seperti monster atau evil atau apalah itu namanya yang tengah mengamuk. Tenaganya menjadi berkali-kali lipat lebih kuat.


Yoon Hee yang sebenarnya sejak tadi mengamati namja itu, kini hnaya bisa terisak pelan.


“Seperti itulah dirinya sekarang, Yoon Hee.” Ucap Na Ri sambil memegangi bahu kanan Yoon Hee.


“Persis seperti apa yang kau lihat. Diam, tak mau bicara. Dan barang-barang itu. kau lihat barang-barang itu?” Ucap Na Ri sambil menunjuk barang-barang yang dimaksud pada layar datar dihadapan mereka.


“Barang-barang itulah yang menjadi saran amarah dan kekecewaannya selama ini.” Na Ri menghela nafas panjang sebelum melanjutkan perkataannya.


“Bayangkan jika barang-barang itu adalah manusia. Apa mereka pantas diperlakukan seperti itu?” Na Ri menghentikan ucapannya, menunggu reaksi dari Yoon Hee.


Yoon Hee menggeleng pelan. Na Ri hanya bisa tersenyum.


“Ya, jawabannya adalah tidak. Kau benar, Yoon Hee. Mereka tidak tahu apa-apa tentang kehidupan seorang Cho Kyuhyun. Banyak yang beranggapan seorang Cho Kyuhyun adalan pemuda tampan, berkelas, dan kaya raya. Hidupnya bergelimang dengan harta. Semua bisa dia dapatkan dengan uang. Apapun yang dia inginkan, pasti dia akan mendapatkannya. Aku sangat tidak setuju dengan semua omongan diluar sana. Apa kau setuju dengan ucpaan mereka?” Tanya Na Ri lagi.


Lagi-lagi, Yoon Hee hanya menggelengkan kepalanya. Bendungan dimatanya sudah pecah sejak tadi. Ia sungguh tidak sanggup melihat ketersiksaan seorang Cho Kyuhyun.


“Kau tahu apa yang sampai saat ini belum bisa ia dapatkan dengan uang?” Tanya Na Ri. Ia menatap lekat-lekat kedua manik mata milik Yoon Hee.


“Dirimu. Dia belum bisa mendapatkan dirimu. Dia tidak akan penah bisa mendapatkan dirimu dengan seluruh hartanya. Kau tahu kenapa? Karena dirimu tak ternilai. Semua kekayaan yang dimilikinya tidak ada arti apa-apa dengan dirimu, Yoon Hee. Kau jauh lebih berharga dari semua hartanya. Dan Kyuhyun belum bisa mendapatkan itu.”


Tangis Yoon Hee pun pecah. Ia benar-benar tak sanggup lagi melihat Kyuhyun. Ingin rasanya dia berlari dan memeluk namja itu. Mencoba memberikan suatu dorongan dan meyakinkan dirinya kalau dia tidak sendirian di dunia ini.


“Kurasa dia hanya mau mendengarkan perkataanmu, Yoon Hee. Kau sudah melihat apa yang kulakukan untuknya kan? Aku sudah lelah. Dia tidak pernah merasakan kehadiranku disana. Mungkin jika kau yang berada disana, semua akan bebeda.”


Dan kalimat itu semakin membuat Yoon Hee untuk segera berlari dan memeluk namja itu. Mencoba menutupi kerapuhan dibalik sikap dingin dan keegoisannya selama ini.


Na Ri tersenyum. Senyum yang membuat Yoon Hee yakin kalau kehadiranYoon Hee-lah yang dibutuhkan Kyuhyun, bukan yang lain.



~Yoon Hee POV~

Dengan sedikit keraguan, aku memutar knop pintu kamar milik Kyuhyun. Jantungku berdegub. Entah kenapa rasa takutku jauh lebih besar jika dibandingkan dengan rasa ingin bertemuku dengannya.


Perlahan aku mendekatinya. Aneh, dia hanya terdiam. Bisa kupastikan derap langkahku ini pasti terdengar ditelinganya.


Aku sudah tidak menangis lagi. Aku sudah meyakinkan hatiku dengan kuat kalau semua ini akan baik-baik saja setelah aku menemuinya.


Hening.


Dia sama sekali tidak bergerak. Apa dia tidak merasakan kehadiranku didekatnya?


“Ayolah, Cho Kyuhyun! Bergerak!”


Aku memainkan jariku. Membuatnya beradu dan menggesek-gesekkan kuku-kuku dari kedua tanganku. Inilah yang kulakukan jika aku merasa sedikit frustasi.


5 menit, 8 menit, 15 menit.


Dia tetap diam. Tak ada reaksi sedikitpun.


“Kyu....” Aku berharap sekali kali ini dia akan merespon.


Nihil.


“Apa suaraku tidak terdengar jelas, eoh?”


Aku berjalan mendekatinya. Aku letakkan tangan kananku tepat dibahu  kirinya. Bisa kurasakan tubuhnya menegang. Aku merasa bahagia tentunya. Walau hanya sebatas itu responnya terhadap kehadiranku.


Aku sungguh bahagia. Kurasa dia benar-benar menyadari kehadiranku.


~Yoon Hee POV end~



Kyuhyun bisa merasakan sesuatu yang hangat menyentuh bahunya. Tubuhnya bergetar, bukan karena ketakutan tapi karena rasa tidak percaya dengan yang dia rasakan.


Sentuhan itu, sentuhan yang amat dia rindukan selama ini.


Kyuhyun mengalihkan pandangannya kearah bahunya. Sebuah tangan mungil yang hangat mengelus lembut bahunya.


“Apa tangan ini benar milik Yoon Hee?” Gumam Kyuhyun.


Masih belum pecaya dengan apa yang dia rasakan, Kyuhyun pun menoleh. Didapatinya seorang yeoja tengah menatapnya dengan sebuah senyuman tulus dan penuh kebahagiaan.


Disaat itulah, Kyuhyun mulai merasakan sesak dibagian dadanya. Udara di ruang kamarnya yang besar seolah kehabisan pasokan udara. Lututnya bergetar, tak mampu menahan beban berat badannya sendiri. Matanya membulat, seolah tak percaya dengan kehadiran yeoja dihadapannya. Dengan langkah yang lemah, Kyuhyun berjalan mendekati Yoon Hee.


Yoon Hee melangkahkan kakinya untuk mendekati Kyuhyun.


“Kyu.....” Ucap Yoon Hee lirih sesaat setelah tangan Kyuhyun menangkup pipinya.


“K..kau... kau be.. benar... be... benar... be..nar-benar Yoon... Yoon Hee?” Ucap Kyu terbata.


“Ne, ini aku. Ini aku, Yoon Eun Hee.” Ucap Yoon Hee dengan mata  berkaca-kaca, menahan tangisnya yang akan pecah.


“Yoon Hee? Yoon Eun Hee?” Ucap Kyuhyun seolah tak percaya.


Yoon Hee mengangguk dan tersenyum.


Ditariknya Yoon Hee kedalam dekapannya. Mencoba mentransfer semua kegelisahan yang selama ini dia rasakan.


“Ne, ini aku, Kyu. Ini aku.” Ucap Yoon Hee meyakinkan.


Kini Kyuhyun percaya. Yoon Hee dihadapannya sekarang. Didalam dekapannya. Kyuhyun mendekapnya erat, seolah tak mau terpisah. Bahkan tak akan pernah mau terpisah dari Yoon Hee.


Beberapa butiran bening menetes dari sudut matanya. Dekapan itu begitu erat.


“Kyu....” Ucap Yoon Hee lirih sambil menepuk-nepuk bahu Kyuhyun.


“Biarkan seperti ini sebentar lagi.” Jawab Kyuhyun. Dan dia semakin mempererat pelukannya.


“Kyu.... a... aku....” Ucap Yoon Hee terbata.


“Ne, arasseo.” Ucap Kyuhyun mantap. “Aku sudah tahu kalau kau juga mencintaiku, Yoon Hee.” Lanjut Kyuhyun.


Buugh....


Pukulan keras dari Yoon Hee pada punggung Kyuhyun berhasil membebaskannya dari dekapan namja itu.


“Ya! Appo!!!!” Ucap Kyuhyun ketus dan menatap Yoon Hee tajam seolah ingin sekali membunuh yeoja dihadapannya dalam beberapa kali tikaman dan memotongnya hingga bagian terkecil.


“Paboyo!!! Jeongmal Paboyo!!!!” Ucap Yoon Hee tak kalah ketus. “Iisshh.....” Desis Yoon Hee memukul dada bidang Kyuhyun.


“Ya!!! Apa-apan kau!!!”


“Kau ingin membunuhku, eoh?” Nada suara Yoon Hee meninggi.


“Mwo?” Kyuhyun membulatkan matanya. “Apa maksudmu? Untuk apa aku mau membunuhmu! Iisshh....” Kyuhyun sudah kembali menjadi dirinya yang dulu. Seorang namja yang terlalu percaya diri.


“Lalu untuk apa kau memelukku seerat itu, eoh? Kau tahu! Aku kesulitan bernafas! Kau membuat dadaku sesak! Dan kau! HAMPIR MEMBUATKU MATI, CHO KYUHYUN!!!!” Ucap Yoon Hee ketus. Amarahnya semakin menjadi. Entah kenapa setelah bertatapan langsung dengan Kyuhyun, Yoon Hee sudah tidak bisa mengontrol emosinya lagi.


“YA! KAU PIKIR AKU NAMJA TERSADIS DIDUNIA INI, EOH?! KAU PIKIR AKU AKAN DENGAN TEGANYA MEMBUNUH YEOJA YANG SANGAT KUCINTAI!” Sambar Kyuhyun tidak mau kalah.


“Ne! Kau memang namja tersadis didunia. Dan kau namja yang paling tersadis yang pernah kukenal. KAU DENGAR ITU!” Nampak Yoon Hee melipat kedua tangannya. Dia sudah sangat gerah dengan sikap Kyuhyun yang ternyata sama sekali tidak berubah. Egois dan keras kepala.


“Ah, sudahlah. Beradu mulut denganmu tidak akan pernah ada habisnya. Kua hanya akan membuang-buang energiku. Percuma aku jauh-jauh datang kesini, tidak ada hasilnya. Toh, kau tetap akan menjadi seorang Cho Kyuhyun yang egois dan keras kepala. Sungguh menyesal diriku datang menghampirimu.....”


Cuuupphh....


Kecupan dari Kyuhyun mampu menghentikan untaian kata yang selalu meluncur dengan mulus dari bibir Yoon Hee yang tak ada hentinya.


Perlahan tapi pasti, Kyuhyun mulai menggerakkan bibirnya. Mencoba memberikan sentuhan lebih pada bibir Yoon Hee. Yoon Hee hanya terdiam. Matanya membulat, sudah sangat terlambat untuk menyadari kalau kini Kyuhyun sedang menciumnya. Mata coklat itu tak terpejam hingga Kyuhyun lebih memperdalam sentuhan manis dibibir Yoon Hee.


“Iisshh, ekpresi macam apa itu?” Desis Kyuhyun sinis setelah menyudahi tautan bibirnya pada bibir Yoon Hee.


“M..mwo?” Yoon Hee mencoba memastikan pendengarannya.


“Iisshh, dasar pabo.” Gumam Kyuhyun.


“Apa kau bilang?” Ucap Yoon Hee sambil mengerutkan keningnya.


“Apa masih belum mengerti?’


Yoon Hee terdiam. Dia sama sekali tak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Kyuhyun.


Chuup...


Yoon Hee membuka kedua matanya lebar-lebar.


“Lihatlah, dia semakin menggemaskan.” Gumam Kyuhyun dalam hati.


Chuup...


Kyuhyun mengulanginya lagi. Tapi Yoon Hee tak memberikan reaksi apapun selain diam.


Chuup...


Chuup...


Chuup...


Chuup...


Chuup...


Entah sudah kecupan singkat yang keberapa kalinya, Yoon Hee baru tersadar.


“YA! CHO KYUHYUN, HENTIKAN!!!!!!”


Kyuhyun hanya tersenyum. Senyum andalannya, evil smile.


“KENAPA KAU MEREBUT CIUMAN PERTAMAKU!!!!!!!!” Yoon Hee menghentak-hentakkan kedua kakinya pada lantai.


Kyuhyun hanya tertawa penuh kemenangan. “Ya! Yoon Hee! Sejak kau dilahirkan, ciuman pertamamu itu memang sudah ditakdirkan untuk aku rebut. Ahahahahahaa....”


Menyadari Yoon Hee semakin kesal dengan tingkatnya, Kyuhyun buru-buru mengambil ancang-ancang untuk kabur.


“Hana, dul, set...” Kyuhyun menghitung dalam hati.


“CHO KYUHYUN!!!!!!!!!” Kyuhyun langsung kabur dari hadapan Yoon Hee. “Ya! Pencuri! Kemari kau!” Teriak Yoon Hee –lagi– sambil berlari  mengejar Kyuhyun.






“Cinta adalah sesuatu yang harus kau perjuangkan hingga titik darah poenghabisan.” –Cho Kyuhyun–

“Mencintai orang yang dingin sepertimu, tidak selamanya menyiksa hatiku.” –Yoon Eun Hee–





oOo THE END oOo

0 comments:

Posting Komentar