24 Agustus 2013

Boyfriend Fanfiction | Just Wanna Love You - Part 2 - END


Main Cast           : Kim Rye Na, Jo Youngmin, Jo Kwangmin
Support Cast      : Lee Seul Bi and other
Genre              : Romance, Sad (Little?)
Lenght               : Twoshot

 .... Cerita sebelumnya....

Dua bulan kemudian...


“Oppa... sudah hampir 2 bulan ini aku tak melihat dongsaengmu. Kemana dia..?? Apa sakit..??”.


“Ani, dia tidak sakit. Dia baik-baik saja. Bukankah 1 minggu yang lalu kau bertemu dengannya..??”.


“Mwo..?? Seminggu yang lalu..??”



Just Wanna Love You - Part 2







“Mwo..?? Seminggu yang lalu..??”, Rye Na hanya tertawa tak percaya. “Jika aku memang baru bertemu dengannya seminggu yang lalu, untuk apa hari ini aku menanyakan kabarnya padamu oppa....”, ucap Rye Na sambil terseyum.



“Memangnya kau tak bertemu dengannya..??”, tanya Youngmin penasaran. Rye Na hanya menggeleng.


“Dia sendiri yang bilang padaku kalau satu minggu yang lalu kalian jalan bersama.”.


“Oppa, jika aku memang bertemu dengannya aku pasti minta izin dulu padamu untuk jalan bersamanya. Kau itu bagaimana...”.


“Lalu..??!!! A.. rupanya dia berbohong padaku.”, ucap Youngmin sambil tersenyum. Rye Na menatap tak mengerti. “Apa dia sudah berpamitan padamu saat dia pindah sekolah..??”.


“Mwo..?? Pindah katamu..??”. Youngmin menganggukkan kepalanya.


“Sejak hari itu, aku sama sekali tak bertemu dengannya. Pesanku tak pernah dibalas, telponku juga tak pernah dijawab.”.


“Ya~ dia keterlaluan sekali... Ya~ sudahlah, biarkan saja. Nanti akan kuperingatkan dia.”.


“Apa baik-baik saja..??”.


“Huum... kudengar sebulan lalu dia sudah punya yeojachingu.”.


“Jeongmal..??”, Rye Na menatap tak percaya.


“Ne... tapi aku belum pernah melihat yeojachingunya.”, ucap Youngmin sambil mengecak lembut rambut Rye Na. “Cepat sekali dia bisa melupakan perasaannya padamu..”.


“Kurasa itu hanya perasaan sesaatnya.”, Rye Na melepaskan pandangannya pada langit biru siang itu.


o o O o o


Kwangmin oppa... Rupanya kau begitu cepatnya melupakan aku...
Walau aku lebih memilih hyungmu untuk menjadi namjachinguku, tapi perasaanku padamu tak pernah berubah sedikitpun.
Aku masih saja menyukaimu sekalipun aku sudah memiliki hyungmu...
Apa aku serakah..??? Ya, aku memang serakah...
Tapi aku sadar kalau aku tak mungkin memiliki kalian sekaligus. Biarlah waktu yang menjawabnya...


Rye Na meletakkan kembali buku biru pastelnya ke sudut meja. Meraih ponsel yang letaknya tak begitu jauh darinya. Mengutak-atik ponselnya dan terhenti, lalu menatapi foto Kwangmin. Ia memang tak merasa menyesal karena telah memilih Youngmin untuk menjadi namjachingunya, tapi ia menyesal karena setelah berpacaran dengan Youngmin, dia sama sekali tak pernah melihat sosok Kwangmin, namja yang sangat ia benci tapi sempat ia cintai.


o o O o o


 “Saengil chukkahamnida.. saengil chukkahamnida.. saengil chukka, saengil chukka.. saengil chukka....hamnida...”, alunan suara nan merdu menggema di ruang kamar Youngmin.


“You must make some wish oppa...”, ucap seorang yeoja sambil tersenyum manis pada Youngmin.


Youngmin memejamkan matanya sejenak lalu pufft... cahaya itu kini padam. “Gomawo...”, ucap Youngmin sambil tersenyum penuh bahagia.


“Saengil chukka Youngmin...”, ucap eomma, eonni dan sahabat-sahabat Youngmin secara bergantian yang ikut membuat kejutan untuk ultahnya.


“Belum tidur eum..??”, tanya Youngmin sambil memeluk yeojanya dengan erat dari belakang.


“Aku tidak bisa tidur oppa...”, sahutnya manja. “Kau sendiri..??”, tanya Rye Na sambil menengok kebelakang, mencoba menatapi wajah namjanya.


“Ada sesuatu yang membuatku tak bisa tidur.”, ucapnya sambil mempererat pelukannya. “Disini dingin, kenapa tidak pakai baju hangat..??”.


“Kurasa sekarang aku tak memerlukannya lagi.”, sahut Rye Na sambil mengelus lembut tangan Youngmin. “Kau sudah membuatku sangat hangat oppa...”.


“Kau itu...”, ucapnya sambil mengusap lembut kepala Rye Na. Sekejap Rye Na menjadi sangat manja pada Youngmin. Ia berbalik lalu memeluk Youngmin erat. “Sepertinya sudah lama kau tak bersikap semanja ini padaku.”, ucap Youngmin sambil terkekeh.


Rye Na melepaskan pelukannya. Dan mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Youngmin. “Apa tidak boleh bermanja denganmu eum..??”, mimik wajah itu terlihat sedang menggodanya.


“Rupanya kau sudah mulai berani padaku.”, Youngmin mulai memajukan wajahnya mendekati wajah Rye Na. Rye Na langsung memundurkan wajahnya. “Waeyo..?? Takut eum..??”, kini ekspresi wajah Youngmin menggoda Rye Na.


“Menyebalkan.”, ucap Rye Na acuh dan membelakanginya.


“Jinjjayo..?? Apa jika aku melakukannya aku masih terlihat menyebalkan..??”.


Rye Na tak mengerti dengan maksud pertanyaan Youngmin lalu berbalik menatapnya dengan tatapan aneh. Dalam hitungan detik Rye Na sudah ada dalam dekapan hangat Youngmin. Bibir mereka saling bertemu.


“Masih menyebalkan eum..??”, ucap Youngmin setelah menyudahi kecupan bibirnya. Rye Na masih terlihat kesal dengan candaannya. “Sepertinya masih kurang... apa mau tambah lagi..??”, ucap Youngmin sambil mendekatkan wajahnya kembali.


“Jika seperti itu lagi kau terlihat semakin menyebalkan oppa...”, gerutu Rye Na.


“Tapi... bukankah kau juga menyukainya.”, goda Youngmin.


“Oppa... hentikanlah.”, serunya manja sambil memeluk Youngmin.


“Kurasa jawabannya adalah iya.”. “Bagaimana dengan Kwangmin..?? Apa yang dilakukannya disana..??”.


“Mungkin dia juga sedang bersenang-senang. Sama sepertimu oppa...”, jawab Rye Na sambil tersenyum.


“Kuharap juga begitu.”. Youngmin menghela nafas panjang. “Saengil chukkahamnida, Kwangmin...”.



Ditempat yang berbeda...

“Saengil chukkahamnida hyung.... Ini adalah ulang tahun pertama yang kita rayakan secara terpisah. Kuharap kau bahagia disana bersama dengan Rye Na...”, ucap Kwangmin sambil memejamkan kedua matanya.


Terdengar suara seseorang sedang terbatuk-batuk membuat seorang yeoja menjadi gelisah.


“Oppa... gwaechanayo..??”, tanya yeoja itu penuh kekhawatiran sambil membawakannya segelas air putih hangat.


Kwangmin meminumnya secara perlahan lalu mulai merebahkan kembali tubuhnya ke sisi ranjang.


“Aku baik-baik saja, kau tak perlu khawatir seperti itu. Aku akan baik-baik saja, percayalah.”, ucap Kwangmin berusaha menenangkan yeoja yang selama ini dengan setianya merawat dirinya sejak ia sakit.


“Apa perlu aku memberitahu hyungmu tentang keadaanmu sekarang..”usul yeoja itu.


“Chagia~ sudahlah... Bukankah kita sudah pernah membahas ini. Aku tidak ingin bertengkar lagi denganmu hanya karena masalah seperti ini.”, ucap Kwangmin sambil membelai lembut rambut yeoja di hadapannya.


“Tapi oppa....”, ucapan yeoja itu menggantung.


Kwangmin merebahkan tubuhnya dan membenarkan posisi selimutnya. “Aku lelah, aku mau istirahat. Kau istirahatlah, bisa-bisa nanti kau juga ikut sakit karena terlalu memperhatikanku.”, ucap Kwangmin sambil tersenyum.


Uhuuk.. uhuk uhuuk... Uhuuk.. uhuk uhuuk...


“Baiklah, aku akan istirahat setelah aku yakin kalau kau sudah terlelap.”, ucap yeoja itu sambil mengelus lembut punggung tangan Kwangmin dan menggenggamnya.


“Gomawo chagia~. Kau begitu perhatian sekali padaku.”, ucap Kwangmin. Uhuuk.. uhuk uhuuk... Uhuuk.. uhuk uhuuk... “Mianhae... aku tak bisa menemanimu untuk sekedar jalan-jalan diluar seperti pasangan kekasih lainnya. Mian, sudah selalu merepotkanmu.”, ungkap Kwangmin sambil tersenyum.


“Oppa... kau tidak usah memikirkan hal itu. Yang terpenting sekarang adalah kesembuhanmu. Kau tidak usah memikirkan yang lainnya. Arasseo..???”.


“Ne... Arasseo...”, jawab Kwangmin lemah.


“Sekarang tidurlah....”, kata yeoja itu sambil menegelus-elus lembut rambut Kwangmin.


o o O o o


--Youngmin pov--
“Ooppaaaa.......”, samar-samar aku mendengar Rye Na berteriak. Ada apa dengannya, karena khawatir aku berlari berhamburan menuju kamarku.


Ya, malam ini dia menginap dirumahku dan kusuruh dia untuk tidur dikamarku sedangkan aku tidur dikamar Kwangmin.


Saat masuk ke dalam kamar, kulihat eomma sudah lebih dulu berada disana. Mencoba menenangkan Rye Na yang tengah menangis. Aku mendekati mereka.


“Eomma rasa sebaiknya kau tidur disini untuk menemaninya... Tadi Rye Na mengalami mimpi buruk, dia sudah cerita dengan eomma. Mungkin dengan keberadaanmu disini setidaknya bisa sedikit membuatnya agak tenang.”, eomma menepuk bahuku pelan lalu meninggalkan kami berdua.


Aku menghampiri Rye Na, dia sudah terlihat agak tenang. “Gwaechana.... aku akan menemanimu disini.”, aku duduk disisi ranjangnya. Dia langsung memelukku.


“Oppa... aku takut. Aku benar-benar takut.”, dapat kurasakan tubuhnya gemetar.


“Gwaechana... gwaechana... aku disini sekarang. Kau tak perlu merasa takut lagi.”, ucapku mencoba menenangkannya.


“Oppa....”, ucapannya menggantung. “Aku takut kehilangan dirimu.”, tiba-tiba bahuku terasa hangat, kurasa dia menangis lagi.


“Mwo..?? Kenapa kau berkata seperti itu..??”.


“Oppa.... kau harus berjanji padaku.... Kau tidak akan melakukan hal-hal aneh hanya untuk membuatku bahagia. Kau mau berjanji untukku kan..??”.


Kulihat air mata itu meluncur dengan bebasnya di pipi Rye Na. Aku tak mengerti kenapa tiba-tiba dia mengucapkan kata-kata itu. “Ya, baiklah. Aku berjanji padamu. Aku tak akan berbuat sesuatu yang aneh hanya untuk membuatmu bahagia.”, jawabku semeyakinkan mungkin agar dia tak membicarakan sesuatu yang aneh yang tidak kumengerti.


“Ya sudah. Kau tidur lagi, hari masih gelap. Aku akan disini menemanimu.”, ucapku sambil tersenyum.


Ia pun berbaring. Tak lama ia pun terlelap dalam belaianku. Ku tatapi wajahnya yang masih basah karena cucuran air matanya. Kuseka perlahan, kuusap lembut pipinya. Lama kelamaan mataku terasa berat. Kuputuskan untuk memejamkan mataku sebentar dan membaringkan tubuhku di sampingnya.
--Youngmin pov end--


o o O o o


Kwangmin melangkahkan kakinya perlahan keluar kamar. Mencoba mencari angin segar di luar sana.


“Oppa....”, teriak seorang yeoja. “Kau mau kemana..?? Kau masih terlihat pucat..!!!”, yeoja itu sangat mengkhawatirkannya.


“Hanya ingin mencari angin segar di luar sana.”, sahutnya lemah. Uhuuk.. uhuuk.. “Aku bosan harus berbaring terus.”, lanjutnya.


“Kalau begitu aku temani...”.


“Tak perlu, kurasa akan cukup lama diluar sana. Kau tak perlu khawatir, jika terjadi apa-apa... aku akan menghubungimu. Aku pergi ya...”, ucap Kwangmin sambil tersenyum.



--Kwangmin pov--
Pagi ini udara sangat segar, sangat jauh berbeda dengan yang kuhirup saat berada di dalam kamar. Senang rasanya bisa berkeliaran kembali di luar rumah, sepertinya sangat lama sekali aku terpenjara di dalam sana. Aku sedikit berlari kecil di sebuah taman yang tak jauh dari tempat tinggalku yang baru.


“Baru sebentar disini kenapa aku sudah merasa bosan ya...??”, gerutuku.


Akupun melangkahkan kakiku tanpa tujuan. Aku juga tak tahu aku akan kemana dan langkahku terhenti ketika kusadari kalau aku sudah berada di depan rumah.


“Kenapa aku malah kesini... Kalau mereka melihatku bagaimana...”, aku jadi panik sendiri.


“Bukankah itu Rye Na..??”, aku menatapi seorang yeoja yang baru saja keluar dari rumahku lekat-lekat.


Yeoja itu memakai baju training, sepertinya akan jogging. Sembunyi-sembunyi, kuikuti yeoja itu. dan benar saja itu adalah Rye Na.


“Kenapa sendirian..?? Kemana hyungku..??”, mataku masih tetap mengamatinya dari kejauhan tanpa melepaskannya sedikitpun.


Tiba-tiba saja ponselku bergetar, bukan hanya sekali tapi berkali-kali. Kurasa dia yang menelponku.


“Yeoboseo...”, ucapku sambil berjalan santai.


“Oppa, kau kemana..?? Jangan terlalu jauh...”, benar dugaanku.


“Kau tak perlu khawatir, aku baik-baik saja. Nanti aku akan kembali dengan naik bis. Jika kau khawatir seperti itu malah aku yang menjadi khawatir.”.


“Baiklah. Pai...”.


“Pai...”.


Aku melihat ke arah depan. “Kemana perginya Rye Na..??”, aku mencarinya celingak celinguk dan tak menemukannya. “Aah, ternyata aku kehilangan jejaknya...”, aku melanjutkan langkahku.


“Mencariku...”, suara itu.... aku mengenali suara itu. Apa benar itu Rye Na....??? Dia dibelakangku....??? Dengan perlahan aku memutar tubuhku. Yeoja itu..... yeoja itu benar-benar Rye Na.


“Ternyata benar dugaanku.”, ucapnnya sambil tersenyum. “Diam-diam mengikutiku....”, lanjutnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.


“Aku.... aku....”, aku tak bisa mencari alasan. “Aku hanya kebetulan lewat saja.”, aah... aku merasa sangat pabo.. kenapa malah kalimat tak masuk akal itu yang keluar dari mulutku.


“Jinjjayo..??”, ucapnya sambil tersenyum dan  berkacak pinggang. “Aku lapar, ingin sarapan. Mau temani sarapan..??”, ia melengos pergi setelah sebelumnya tersenyum dengan sangat manisnya padaku.


Aku melangkah mengikutinya dari belakang. Aneh, kenapa dia sangat santai sekali. Padahal aku pergi tanpa pamit darinya, sama sekali tak membalas pesannya satupun dan tak mengangkat telpon darinya. Seharusnya ia sangat marah padaku sekarang, tapi kenapa ini malah sebaliknya..????


“Kau terlihat agak kurus, apa yang kau pikirkan..??”, pertanyaan itu terasa sangat menusuk hatiku.


“Hhm.. tidak ada...”, kilahku.


“Aku tak percaya pada ucapanmu, oppa....”, ucapnya sambil tersenyum.


Lagi-lagi senyum itu.... Sudah lama aku tak melihat senyum itu. Aku merindukan senyum itu. Ingin rasanya bisa melihat senyumannya kapanpun aku mau.


“Memikirkanku eum..??”, tanya Rye Na sambil tersenyum menggodaku. Spontan saja aku tersedak mendengar pertanyaannya itu.


“Aku.... aku......”, aku tak tahu harus menjawab apa karena tebakannya sangat jitu setidaknya untuk kali ini.
--Kwangmin pov end--


o o O o o


--Rye Na pov--
Semenjak hari itu, hari dimana aku untuk yang pertama kalinya bertemu dengan Kwangmin oppa sejak kepergiannya yang tiba-tiba, aku jadi lebih sering bertemu dengannya. Aku sering janjian untuk bertemu di suatu tempat, tanpa sepengetahuan Youngmin oppa dan yeojachingu Kwangmin oppa.


Jahat..?? Ya, memang jahat... karena hanya untuk bertemu dengannya saja aku harus mengendap-endap supaya tidak seorangpun yang tahu.


Egois..?? Ya, sangat egois memang... karena aku sama sekali tak memberitahukan Youngmin oppa kalau aku sering menemui dongsaeng 6 menitnya.


Aah, tapi biarlah. Ini semua memang karena permintaan Kwangmin oppa, sebenarnya aku juga tak mau berbohong tapi berhubung Kwangmin oppa meminta merahasiakannya.... ya sudah... aku rahasiakan semua ini.


Hari ini, dia mengajakku untuk bertemu dengannya lagi di pinggir Sungai Han. Aku mengobrak-abrik isi lemariku. Mencari-cari pakaian yang akan kukenakan untuk menemuinya.


“Ini....”, aku mencocok-cocokannya di depan cermin. Berputar-putar di depannya. “Ani.. ani...”, aku melemparkan ke atas ranjangku.


“Sepertinya yang ini....”, aku kembali berkaca dan bergaya di depan cermin. “Tapi sepertinya terlalu pucat.”, aku kembali melemparnya.


“Kurasa yang ini....”, aku meraih dress selututku. “Yeppeo.....”, aku tersenyum di depan cermin, warna peach yang cantik. Cukup lama aku berputar-putar dengan memegangi dressku yang satu ini.


“Kalau pakai yang ini....... harus kuapakan rambutku....”, aku terduduk lemas di pinggir ranjang. “Aah, merepotkan...”, gumamku.


Aku terperangah setelah mendapati kamarku yang seperti kapal pecah. Baju-baju bertebaran dimana-mana. “Oppa..... andai saja kau tahu....”, gerutuku. “Hanya untuk bertemu denganmu saja sampai harus seperti ini....”, aku melemparkan pandanganku ke sekeliling kamarku.


From : Kwangmin oppa
Apa sudah siap..?? Aku sudah dalam perjalanan. Sampai bertemu disana ^^


Aku juga sudah dalam perjalanan oppa.... gumamku dalam hati. Terduduk manis di dalam taksi, sangat menyenangkan.


“Sepertinya aku yang lebih dulu tiba....”, komentarku sambil memandangi sekelilingku.


Tiba-tiba saja sebucket mawar merah hingap di hadapan wajahku. “Saengil chukkahamnida......”.


Aku menerimanya dan berputar. “Oppa....”, aku tersenyum mendapati sosok yang sedari tadi kutunggu sudah di hadapanku.


“Neomu yeppeo.....”, ujarnya sambil tersenyum manis.


“Gomawo....”, ucapku sambil tersipu malu. “Kau jauh terlihat lebih segar dibanding saat pertama kali bertemu....”, ujarku.


“Jinjjayo..??”.


Aku menganggukan kepalaku sambil tersenyum senang. Mengitari pinggir Sungai Han pada petang hari. Melangkah bersama sambil bersenda gurau dengannya, diselimuti langit nan cerah... menyenangkan. Terhenti di satu sisi lalu menikmati aliran sungai. Tak kusangka bisa sedekat ini lagi dengannya.


“Bagaimana hubunganmu dengan hyung, baik-baik saja kah..??”.


Ini terdengar sangat aneh ditelingaku, entah mengapa. Aku hanya bisa mengangguk. Entah kenapa tiba-tiba suasana menjadi kaku setelah pertanyaan yang dilontarkannya barusan.


“Oppa....”, ujarku yang membuatnya menoleh padaku. “Kenapa pergi tanpa pamit..??”, tanyaku polos karena aku tak tahu harus berkata apalagi.


Tak kusangka ia merespon pertanyaanku dengan sebuah kecupan di bibirku. Singkat memang, tapi mampu membuat jantungku berdegup dengan dahsyatnya.


“Mianhaeyo....”, bisiknya sambil memelukku erat.


Aku diam terpaku dengan apa yang telah dilakukannya padaku. “Kukira kau.....”, ucapanku menggantung.


“Tak semudah itu melupakanmu Rye Na, pendisiplin paling ceroboh yang pernah kutemui.”, ungkapnya sambil terkekeh.


Aneh, bukannya marah tapi malah tersipu karena ucapannya itu.


“Pendisiplin paling ceroboh yang pernah kau temui sekaligus yeoja yang mampu menaklukan hatimu. Benarkan eum...??”, tanyaku sambil memandangi wajahnya.


Ia menatapku dalam sambil tersenyum. “Ya, itulah dirimu.”, ia mengelus lembut rambutku.


Angin berhembus dengan tenangnya hingga membuat rambutku sedikit berkibar.


Entahlah.. mau kemana arah hubungan ini. Aku hanya menjalaninya saja saat ini. Mencintai dua orang namja sekaligus, serakah memang tapi mau bagaimana lagi... aku tak bisa memilih salah satu diantara mereka.


Aku tersenyum menatapi wajahnya. “Gomawo oppa.....”, aku memberanikan diri untuk mendekatkan wajahku lalu mencium bibirnya.


Kecupanku disambut hangat olehnya. Menyapu lembut bibirku dengan bibirnya, mengulum bibirku. Aku dibuatnya terbang hanya karena balasan ciuman hangatnya di penghujung sore ini.
--Rye Na pov end--


--Youngmin pov--
Entah kenapa perasaanku hari ini sangat tidak enak. Aku menelpon ke rumah Rye Na. Kata ahjuma, Rye Na sedang pergi keluar. Mendengar itu, aku makin merasa tidak enak. Aku jadi was-was.


Aku melarikan merci merahku dan meluncur dengan nyamannya di jalanan yang lumayan ramai. Entah kenapa aku malah ingin sekali ke sungai han. Perasaan yang sangat aneh. Saat di perjalanan, aku menyempatkan diri untuk mampir ke toko bunga dan membeli sebucket bunga lili putih nan indah dan segar untuk Rye Na.


To : Chagi Kimmie
Temui aku di pinggir Sungai Han tepat jam 7 malam nanti. Kau akan menyesal jika tak datang ^^
sampai bertemu nanti malam ^^


Success sending....


Pasti nanti malam ia akan sangat bahagia dengan kejutan kecilku ini. Kularikan merciku menembus kerumunan mobil di jalan yang mulus.


“Sepertinya tempat ini sangat cocok untuk kejutan kecilku...”, aku mulai sibuk menyiapkan kejutanku. Tak terasa matahari hampir tak terlihat, hari mulai sedikit menggelap. Kuputuskan untuk berkeliling sebentar di pinggir sungai han.


Angin bertiup dengan sejuknya, samar-samar terdengar kicauan burung camar. Aku menyukai... sangat-sangat menyukai suasana ini. Saat sedang melemparkan pandanganku di sekeliling sungai, aku menangkap dua sosok yang sangat kukenal.


Awalnya aku tak percaya kalau itu adalah mereka. Karena rasa penasaran itu kian membesar, aku memberanikan diri serta menguatkan hati untuk perlahan mendekati mereka. Saat semakin dekat, kudapati kedua sosok itu tengah berciuman.


Betapa hancur dan perihnya hatiku saat melihat mereka semesra itu di belakangku. Tak kukira, yeoja yang selama ini sudah menjadi yeojachinguku ternyata juga menyukai saengku. Aku merasa dikhianati selama ini. Merasa sangat pabo dengan menjadikannya yeojachinguku.


Aku yang sudah menjauhkan mereka. Aku pula yang sudah memisahkan mereka. Dan karena aku jugalah yang telah merebut yeoja yang paling dicintai oleh saengku hingga ia putuskan untuk pergi menjauh.


Aku bukanlah seorang hyung yang baik. Bukan pula seorang oppa yang mampu mengerti apa yang sangat diinginkan oleh yeojaku. Paboooo..... neomu.. neomu pabooooo.....


Aku berlari sekencang-kencangnya meninggalkan apa yang telah kulihat tadi. Sebuah kejutan yang sudah membuka sepasang mataku dan mata hatiku.


“Ini sudah tidak ada artinya lagi....”, aku membanting sebucket lili yang kubeli tadi di atas meja kecil yang sudah siap dengan hidangan makan malam untukku dan Rye Na.


Aku pergi meninggalkan kejutanku begitu saja. Dan lebih memilih untuk masuk ke dalam kamar dan menguncinya.
--Youngmin pov end--


o o O o o


 “Omo~ paboyaaaaa......!!!!”, gerutu Rye Na sambil berhamburan keluar dari kamarnya.


Dengan tergesa-gesa ia melangkah menuju halte bis. Mencoba menghubungi seseorang dengan wajah khawatir dan bersalah.


“Oppaaaaa.... ayooo angkat telponkuuuu.....”, wajahnya mulai cemas.


Ia mencoba menghubungi kembali, tapi sia-sia tidak ada jawaban dari ujung sana.



Di tempat terpisah....


“Mianhae, chagia.... Aku yang harusnya pergi.... Bukan Kwangmin.....”, Youngmin mematikan ponsel mengambil SIM card lalu mematahkannya dan membuangnya begitu saja.


“Semoga dengan kepergianku ini, kau bisa bersatu dengan saengku.....”, ia melangkah memasuki pesawat.



Di kediaman Youngmin....


“Mwo..????!!!”, Rye Na nampak sangat terkejut setelah mendengar berita itu.


“Kapan pesawat itu lepas landas ahjuma...??”, ia mulai cemas.


“Kurasa 15 menit lagi akan lepas landas. Memang Tuan Youngmin tidak memberitahu Nona Rye Na...??”.


“Ani ahjuma...”, ucapnya lemah sambil menggeleng pelan.


Langkahnya teringsut meninggalkan kediaman Youngmin. Dengan wajah sedih sekaligus bersalah ia menatapi langit.


“Mianhae oppa.... aku melakukan kesalahan yang sangat fatal.”.


Ditatapnya pesawat yang tengah melintas di depan kedua matanya. Terbang dengan bebasnya tanpa sedikitpun ada beban. Berharap pesawat itu akan mendarat dan membawa kembali Youngmin ke pelukannya.



Di pesawat....


“Kwang, semoga kau membaca email dariku. Kutitipkan Rye Na padamu....”.


“Chagia... aku sama sekali tidak kesal ataupun marah padamu. Mungkin ini memang yang terbaik untuk kita. Jaga dirimu. Kuharap suatu saat nanti kita bisa bertemu lagi.”, ucapnya sambil menatap foto Rye Na.



~T H E  E N D ~
 

0 comments:

Posting Komentar