Boyfriend
FanFiction | The Next Love? - Part 2
Main Cast :
Song Eun Soo
No Minwoo
Support Cast :
Kim Hyoyeon
Jo Kwangmin
Jo Youngmin
Genre :
Romance
Rate :
T
Length :
Chaptered
Warning : Typo(s) *always like*. Italic +
Bold = Flasback.
Chapter
2 : Is it the time?
Musim
semi, ya, ini memang sangat di nanti-nantikan. Sebuah langkah awal untuk
memperbaiki semua. Seulas senyum terkembang, menghiasi wajah putihnya. Menatapi
sosok dihadapannya dengan sebuah pengharapan.
------
Yeoja itu, ya, dia memang nampak begitu
kurus. Tapi wajahnya tetap terlihat cantik walau sedikit pucat.
“Apa
dia akan baik-baik saja? Ya, dasar pabo. Kenapa kau melakukan hal ini...”
Seorang namja menggerutu dalam hatinya.
Berjalan mondar-mandir di depan ruang ICU.
Pikirannya berkecamuk. Terlalu banyak dugaan-dugaan buruk yang berputar di otaknya.
Membuatnya semakin cemas.
Terlalu letih menunggu, ia pun tertidur di
sebuah bangku, tak jauh dari ruang ICU.
.
.
“Mianhae...
aku harus pergi. Jagalah dirimu baik-baik, oppa...” Seorang yeoja bersuara
dengan datarnya. Tak ada ekspresi kesedihan yang terpancar dari wajah
cantiknya.
“Kau..
apa yang kau katakan...”
“Aku
harus pergi. Dan tak akan kembali.” Yeoja itu memperjelas maksud
kalimatnya.
“Kau
tidak akan kemana-mana. Kau itu baik-baik saja. Coba lihat dirimu...” Sang
namja berusaha untuk menjelaskan kondisi nyata yang ia lihat.
“Ini
tidak seperti yang kau lihat, oppa.” Yeoja itu menoleh ke arah belakang,
lalu mengangguk. Entah menatap siapa.
“Siapa
yang kau lihat... tak ada orang disana.” Namja itu terlihat bingung.
“Ani,
kau salah, oppa. Sudah ada yang menjemputku... disana...” Yeoja itu
menunjuk sesuatu yang tak terlihat oleh mata sang namja.
“Apa
maksudmu... apa kau sudah gila, hah...” Namja itu terdengar mulai kesal
dengan lawan bicara.
“Maaf,
oppa. Ini sudah waktunya.” Yeoja itu membungkukan tubuhnya. Perlahan
melangkahkan kakinya kebelakang dan berbalik.
“Eun
Soo... Song Eung Soo...” Namja itu sedikit berteriak memanggilnya. Tapi ia
sama sekali tak menoleh.
Saat ia hendak mengejarnya, tiba-tiba Eun
Soo menghilang begitu saja. Karena panik, ia pun berlari ke arah Eun Soo
berdiri untuk yang terakhir kalinya. Berharap ia tak benar-benar hilang.
Menghadapi Eun Soo tak kembali lagi, ia pun mulai enetskan butiran-butiran
hangat yang membasahi wajahnya.
“SONG
EUN SOO......”
Buugh...
“Aw ,
kepalaku...” Namja itu mengusap-usap kepalanya yang terantuk lantai rumah
sakit. “Ternyata hanya mimpi...”
Namja itu melihat keadaan sekitarnya.
Aneh, tak biasanya koridor terlihat sangat
sepi. Ia mengamati sekeliling. Dan tak ada seorang pun disana.
“Eun
Soo, Song Eun Soo.” Menyadari apa yang tengah ia lakukan sebelumnya, ia pun
berlari menuju ruang ICU.
“Kenapa
sepi...” Ujarnya, mendapati tak ada aktifitas apapun disana. “Perawat, ya,
perawat.” Ia berlari lagi.
Ia pun menemukannya.
“Mian,
kemana perginya pasien di ruang ICU itu...” Namja itu berusaha
menjelaskannya.
“Pasien...?
Yang mana...?” Perawat itu terlihat bingung.
“Itu...
pasien yang mendapat sebuah luka yang sangat serius di kepalanya...” Namja
itu mencoba menjelaskan bersamaan dengan gerakan tangan di kepalanya. “ Seorang yeoja. Dia masuk sekitar pukul...”
Namja itu menoleh ke arah jam tangan di lengannya. “Pukul 21 lewat 12 menit.”
“Oh,
aku mengerti maksudmu. Apa kau salah satu anggota keluarganya...?” Tanya
sang perawat.
“Bukan
keluarganya tapi... salah satu kerabat dekatnya, ya, kerabat dekatnya.”
Tukas sang namja.
“Baiklah,
ikuti aku.”
Melangkah, entah kemana. Ia hanya mengikuti
langkah sang perawat yang akan mempertemukan dirinya dengan pujaan hatinya.
“Ini
ruangannya, tuan. Aku harap kau bisa menerimanya.” Ucap sang perawat sambil
menepuk bahu sang namja.
Dengan langkah ragu, ia memasuki ruangan
itu. Putih. Itu kesan pertama saat ia berada di dalamnya.
“Itu...”
Namja itu sangat tidak percaya dengan yang ia lihat.
Sebuah tubuh yang mungkin sudah mendingin,
tertutup kain putih.
“Tidak...
ini tidak mungkin.” Namja itu masih tidak percaya, sekalipun ia telah
membuka kain yang menutupi wajah yeoja itu.
“Ini
tidak mungkin. Bangun... bangun, Song Eun Soo...” Namja itu
mengguncang-guncangkan tubuh yeoja dihadapannya.
“Tidak...
ini tidak mungkin...” Namja itu menggelengkan kepalanya, tak percaya dengan
apa yang ia lihat.
Butiran-butiran air bening jatuh, membasahi
wajah pucatnya.
“TIIIDDAAAAKKK....”
------
Kriiing.....
“Ya, berisik sekali....” Seorang namja
terbangun dengan malasnya.
Melangkahkan kakinya, meraih jam weeker dan
mematikannya.
“Ini masih terlalu pagi...” Namja itu
melanjutkan gerutuannya.
Dengan langkah malas, ia kembali menuju
tahtanya.
“JO KWANGMIN...” Suara seorang yeoja yang
terdengar sangat dewasa berteriak, mengganggu namja yang tengah bersiap-siap
kembali ke alam bawah sadarnya.
“Ya, eomma... aku sudah bangun...” Kwangmin
berusaha berteriak dengan suara yang masih terdengar serak.
“Kau mau berangkat ke kampus jam berapa...
ini sudah siang. Kau kira ini masih pagi, hah.” Eomma berteriak lagi mencoba
menyadarkan Kwangmin.
“Jinjjayo...” Dalam waktu sekejap, Kwangmin
tersadar. Mengambil jam weeker yang dimatikannya, menatapnya lekat-lekat.
“Kya... aku telaaaaatt....”
Dugh..
buugh..praang..
“JO KWANGMIN...” Eomma berteriak lagi
mendengar kekacauan yang dibuat oleh anaknya.
“Nanti akan kubereskan, eomma. Aku sudah
telat... pai...”
Berantakan. Terburu-buru. Rutinitas yang
selalu dilakukan oleh Kwangmin setiap harinya.
.
.
Kreek...
Kwangmin memarkirkan sepeda di tempat
biasa. Sedikit berlari menuju ruang kelas.
“Ya, kenapa terlambat...” tegur hyung-nya,
Jo Youngmin.
“Terlalu nyaman di atas ranjangku,
hyung...” Kwangmin terkekeh sesaat setelah mengambil posisi duduknya.
Youngmin hanya menggeleng pelan melihat
tingkah kembarannya itu.
“Kapan kau akan merubah kebiasaanmu itu...”
Kata terakhir yang meluncur dari mulut sang hyung, sebelum akhirnya ia larut
dalam suasana belajar yang teramat serius.
10 menit, 15 menit... waktu berjalan sanagt
lambat bagi Kwangmin. Dia tidak terbiasa berada di situasi yang sangat serius.
Baginya, suasana itu bisa membunuhnya. Sangat membosankan.
Bosan mendengar dosen menjelaskan materi,
ia mengambil ponsel dari sakunya dan mulai memainkannya.
Mendengarkan lagu, salah satu obat
penghilang rasa bosannya. Dan mungkin, ia tak akan pernah merasa kalau waktu
akan berputar dengan cepatnya.
“Eun
Soo... Song Eun Soo... ya, kenapa aku jadi memikirkannya.” Gerutu Kwangmin
dalam hati.
“Mimpi
itu...” Memori itu terputar dengan cepat, mengulang tiap adegan yang
terjadi di mimpinya pagi tadi.
“Ya,
aku bisa gila...” Kwangmin menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
.
.
Kwangmin berjalan mengitari koridor kampus
yang cukup ramai. Menatap lurus ke depan, seolah tak ada siapa-siapa di
sekelilingnya.
Masih dengan lamunan tentang mimpinya tadi
pagi. Dia benar-benar tak percaya. Baru 2 kali bertemu dengan yeoja itu, tapi
dia sudah hinggap di dalam mimpi Kwangmin.
“Ya, apa hebatnya dia...” Gerutu Kwangmin
sambil mengerutkan dahinya.
“Dia.. dia.. memangnya siapa dia. Seenaknya
saja hinggap di dalam mimpiku.” Protes Kwangmin.
Orang-orang menatapnya aneh. Berbicara
sendiri.
“Ya... apa yang kau lakukan di dalam
otakku....” Kwangmin berteriak, membuat semua orang yang berada di
sekelilingnya menghentikan aktifitasnya dan
berpaling menatap Kwangmin.
Menyadari sedang diamati, Kwangmin bersikap
seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa. Menghilang. Satu-satunya jalan
menghindari tatapan serta pertanyaan yang akan meminpa dirinya saat itu juga.
Saat dirinya melintasi taman universitas,
ia menangkap sosok yang tak asing lagi baginya. Sosok yang selalu ada bersamanya
tiap menit, tidak, lebih tepatnya tiap detik. Jo Youngmin, ya, dia adalah Jo
Youngmin, hyung enam menitnya. Duduk bersebelahan dengan yeoja yang hinggap di
mimpinya tadi pagi, Song Eun Soo.
“Apa yang mereka lakukan disini...?” Karena
ingin tahu, diam-diam Kwangmin menguping pembicaraan mereka dari balik
semak-semak di belakang mereka.
“... ne, karena itulah aku datang kesini.
Aku tidak bisa melewatkannya, ini sangat penting bagiku.” Eun Soo berbicara
dengan sangat seriusnya.
“Ya, tapi kau tak perlu repot-repot
menemuiku di kampus. Lagipula, aku sudah merencanakan untuk menambah jam lesmu
esok hari menjadi 5 jam.” Ucap Youngmin sambil menunjukkan kelima jarinya
kehadapan Eun Soo.
“Aku tidak bisa menunggu hingga esok. Ada
yang harus segera kuselesaikan. Makanya aku memutuskan untuk datang kesini.”
Tukas Eun Soo.
“Baiklah, karena kau sudah datang
kesini...” Youngmin menggantungkan kalimatnya.
Dengan secepat kilat, Eun Soo memotongnya.
“Bantu aku, jebal...” Ucap Eun Soo sambil
menunjukkan puppy eyes-nya pada Youngmin.
“Ya, baiklah. Akan kubantu.” Ucap Youngmin
sambil mengangguk pelan dibarengi dengan seulas senyum yang terkembang di wajah
Eun Soo.
“Yeay... gomawo...” Ucap Eun Soo manis.
“Kau... sedang tidak ada jam kuliah, ’kan..?” Tanya Eun Soo dengan wajah
polosnya.
Youngmin tertawa kecil.
“Ani.. sudah selesai. Jadi kurasa,
kehadiranmu tidak menggangguku sama sekali. Tapi....” Lagi-lagi Youngmin
menggantungkan kalimatnya, membuat Eun Soo penasaran.
“Tapi, apa...” Ucap Eun Soo hati-hati.
“Kau mengganggu makan siangku.” Lanjut
Youngmin sambil terkekeh.
“Ya, ku kira apa. Wajahmu itu, terlihat sangat
serius sekali...” Nada kekecewaan tersirat disana, membayangkan sesuatu yang
sangat serius.
“Kenapa kau jadi memikirkannya. Khawatir,
eum...?” Ucap Youngmin dengan menunjukkan wajah malaikatnya.
“A.. ani.. hanya di luar dugaanku saja.”
Ucap Eun Soo sambil bangkit dari duduknya dan menghadap Youngmin.
“Mereka akrab sekali. Apa jangan-jangan...”
Kwangmin masih tetap memperhatikan tiap gerak-gerik yang mereka lakukan.
“Kajja...” Ucap Eun Soo sambil meraih
tangan Youngmin.
Youngmin mengerti akan arti sentuhan itu.
Ia pun bangkit. Dan melangkah bersama dengan Eun Soo meninggalkan taman.
“Benar-benar tidak dapat dipercaya...”
Kwangmin muncul dari persembunyiannya sambil menggelengkan kepalanya.
Menatapi bahu hyung-nya yang semakin lama
semakin menjauh. Dan, hilang.
.
.
Udara sore ini terasa begitu hangat,
sehangat tatapan Youngmin pada Eun Soo. Entah kenapa, sejak pertama bertemu
dengan yeoja itu, hati Youngmin merasakan sesuatu yang sedikit berbeda.
~o*0*o~
Seeth...
Kedua tangan itu saling bersentuhan. Melihat
tangannya tertindih oleh tangan seorang yeoja, Youngmin memalingkan
pandanngannya ke pemilik tangan itu.
Eun Soo menatapnya tajam, seperti menatap
seorang pencuri. Benar-benar tajam.
“Kenapa memandangiku seperti itu...?” Ucap
Youngmin datar.
“Singkirkan tanganmu.” Sahut Eun Soo sambil
menyingkirkan tangan Youngmin.
“Ya, berani sekali kau...” Gertak Youngmin.
“Ini! Milikku!” Ucap Eun Soo sambil memeluk
tas incarannya.
“Mwoya...” Youngmin sontak kaget mendengar
pengakuan yeoja di hadapannya.
Eun Soo pergi dari hadapannya dan menuju
kasir.
“Aku ingin yang ini...” Ucap Eun Soo sambil
memberikan tas yang ia ingin beli.
“Ini, uangnya. Kembalinya untukmu saja,
noona.” Serobot Youngmin berusaha meraih tas yang telah terbungkus rapi dari
kasir. Dan dia pun pergi.
Eun Soo menatapnya kesal.
“Apa-apaan dia...? Aku yang membawanya ke
kasir, dan dia.... Dia seenaknya saja merampas tasku...! Dasar namja klepto...!
Awas kau..! “ Gerutu Eun Soo sambil menunjukkan kepalan kedua tangannya, kesal.
“Akhirnya.... haaaahhh....” Youngmin tersenyum
senang menatapi tas incarannya.
“Berhenti kau...!!!” Teriak Eun Soo.
Mendengar teriakan itu, sontak Youngmin
menghentikan langkahnya. Wajahnya berubah, tak lagi tergambar keceriaan di
sana.
...ttaap...
Langkah itu sudah terdengar lagi.
“Apa yang kau inginkan dariku, hah! “ Ucap
youngmin datar sambil memutar tubuhnya 180 derajat.
“Kembalikan tasku...” Eun Soo menunjuk tas
yang tengah di genggam Youngmin.
“Ini, maksudmu...” Ucap Youngmin sambil
tersenyum tipis.
“Iya. Cepat kembalikan! “ ucap Eun Soo
tegas.
“Haha, enak saja...” Youngmin menatapi tas
yang di pegangnya. “Ini? Milikmu?” Youngmin menatap yeoja di hadapannya seperti
meledek.”Enak saja.” Lanjut Youngmin sambil berputar dan pergi meninggalkan
yeoja itu begitu saja.
Eun Soo terlihat kesal dengan perlakuan
namja yang satu itu. dan kembali berteriak untuk menghentikan langkah namja
itu.
Namja itu memang menghentikan langkahnya,
selang beberapa detik ia melanjutkan langkahnya menuju jaguar putihnya.
Kesal karena omongannya tidak di gubris, Eun
Soo melepaskan sebelah sepatu flat yang ia kenakan. Mencoba membidik sasaran
dengan tepat.
Tuuiing....
Tuk....
“Aaw... iissh..” youngmin menggerutu
kesakitan.
Ia memegangi kepalanya yang terasa sakit.
Melihat di sekitar dan mendapati sebuah sepatu flat perempuan tergeletak pasrah
di dekat kakinya.
Ia pun mengambilnya dan memutarkan tubuhnya,
mencoba mencari tersangka atas insiden pelemparan itu.
“Siapa yang berani-beraninya melakukan hal
ini padaku...” Ucap Youngmin kesal sambil mengangkat sepatu flat tiu ke udara.
Eun Soo yang melihatnya kesal hanya diam dan
berpaling. Dia terlihat cukup puas dengan insiden pembalasan itu.
“Kau...iisshh...” Youngmin menatap yeoja
yang jaraknya hanya 10 meter dari hadapannya.
Melangkah dengan kesal menghampiri yeoja
yang sedang asik memandangi taman kecil di hadapannya.
“Wah... indah sekali bunga ini...” Eun Soo
menatapi bunga-bunga itu dengan penuh kagum.
“Hey, kau...” Keluh Youngmin.
“Ini... ini....” Youngmin benar-benar kesal.
Melihat yeoja itu hanya mengenakan satu
sepatu flat, ia pun yakin, kalau dalang dari insiden itu adalah yeoja di
hadapnannya.
“Ini milikmu,‘kan..?” Ucap Youngmin sambil
menunjukkan pasangan dari sepatu yeoja itu. “Berpura-pura tidak mendengarku...”
Lanjutnya. “Baiklah kalau memang begitu. Sepertinya ini sangat bagus untuk
mainan anjing golden itu.” Ucap Youngmin sambil menatapi anjing yang tengah
berkeliaran tak jauh dari mereka.
Seet... dengan sigap Eun Soo merebut sepatu
miliknya. Dan mengenakannya.
“Apa katamu? Bagus untuk mainan seekor
anjing? Wow... kau baik hati sekali, TUAN...” Ucap Eun Soo sambil bertepuk
tangan dan menunjukkan tingkah manisnya yang sedikit memaksa serta memberikan
penekanan pada kata terakhirnya..
“Bukankah aku memang terlihat baik... nona
yang menyebalkan...” Ucap Youngmin dengan sindiran halusnya.
“Wah, rupanya sudah jam 3 sore. Aku harus
cepat-cepat pergi dari sini. Wah, kenapa tubuhku jadi terasa panas sekali,
ya...?” Ucap Eun Soo sambil mengibas-ngibaskan tangannya sebagai pertanda
tubuhnya terasa gerah lalu melengos pergi.
“Kau...” Youngmin menunjuk Eun Soo yang
sudah berpaling. “Ya, kau harus ganti rugi atas insiden ini...” Ucap Youngmin
sambil berteriak.
Eun Soo tak mempedulikannya. Ia malah
mengenakan earphone dan memutar lagu dari ponselnya sambil bersenandung kecil.
Sudah merasa cukup jauh dari namja itu, Eun
Soo berbalik. Mendapati namja itu masih berdiri di tempatnya semula, Eun Soo
pun tersenyum manis sambil mengangkat sebelah tangannya yang sudah menggenggam
sebuah paper bag dan menunjukkannya kepada namja itu.
Di kejauhan, namja itu hanya menggerutu
kesal karenanya.
“Kamsahamnida....” Lagi-lagi Eun Soo
tersenyum meledek ke arah namja itu.
~o*0*o~
“Ya, Youngmin-ssi... kau ingat tidak saat
pertemuan kita yang ke....” Eun Soo berusaha mengingatnya.
Karena tak ingat dengan pertemuan itu, Eun
Soo menggaruk-garuk kepalanya yang tak terasa gatal.
“Aaiissh, aku lupa yang ke berapa...” Eun
Soo menepuk kepalanya sendiri.
“Ke-3...” Youngmin menjawabnya dan dengan
seketika ingatan Eun Soo kembali.
“A... jinjja... kau ingat hari itu...?” Eun
Soo bersemagat kembali.
“Tentu saja, bagaimana mungkin aku bisa
melupakannya.” Sahut Youngmin sambil memandangi tempat itu.
”Bagaimana
mungkin aku bisa lupa... kau yang dengan sigapnya menyelamatkanku dari lilitan
ular phyton...” Batin Youngmin sambil memandangi yeoja di sebelahnya.
“...aku
berhutang nyawa padamu, Eun Soo...” Kini Youngmin tersenyum memandanginya.
“Ternyata aku hebat juga, ya...” Ucap Eun
Soo sambil terkekeh.
“Kau itu aneh...” Ucap Youngmin tiba-tiba.
Eun Soo hanya menoleh, tak mengerti dengan
maksud ucapan Youngmin.
“Kebanyakan, para yeoja sangat takut dengan
ular. Sedangkan kau....” Youngmin menghela nafas panjang. “... kau malah berani
menyentuhnya. Ah, ani, bukan menyentuh. Tapi lebih tepatnya mencengkeramnya.”
Lanjut Youngmin sambil memperagakan gerakan tangannya seperti sedang
mencengkeram.
Eun Soo tertawa melihat aksi Youngmin.
Namja itu terlihat sangat lucu.
“Ya, kenapa kau malah tertawa.. apa aku
salah mempraktekkan ulang kejadian waktu itu...?” Wajah Youngmin terlihat
sanagt polos, hingga membuat Eun Soo tertawa terbahak.
“Kau... kau kenapa menertawakanku...?”
Youngmin jadi kesal melihat tingkah Eun Soo.
“Ya, Youngmin-ssi... kau sadar tidak...”
Eun Soo memegangi perutnya yang mulai terasa sakit dan mencoba menahan rasa
tertawanya. “...kau... aw... perutku....” Eun Soo lagi-lagi menggantungkan
kalimatnya.
“Neomu paboyo... itu maksudmu,’kan...”
Youngmin mempertegas kalimat Eun Soo yang menggantung.
Eun Soo hanya bisa tertawa. Dia benar-benar
tak bisa menguasai dirinya lagi.
Kesal dengan tingkah Eun Soo, Youngmin
mencoba untuk menjauh darinya. Mencoba menenangkan dirinya dan meninggalkan Eun
Soo yang masih sibuk memegangi perutnya.
Menyadari Youngmin sudah tidak ada di
dekatnya dalam kurun waktu yang cukup lama, Eun Soo mencarinya.
“Ya, kau kemana Youngmin-ssi...” Eun Soo
mengedarkan seluruh pandangannya sejauh yang bisa ia tangkap dengan kedua bola
mata coklatnya.
Melangkah dan melangkah. Mencari batang
hidung Youngmin, yang tak akan terlihat olehnya.
“Ya, Youngmin-ssi...” Gerutu Eun Soo sambil
mengelus-elus tengkuk lehernya. “...kenapa meninggalkanku sendirian disini...”
Eun Soo mulai tak berdaya mencarinya.
Youngmin, ya, namja itu tengah asik duduk
di pinggir air terjun kecil. Menatap tiap liter air yang jatuh.
Bukit itu memang tempat favorit Youngmin.
Jauh dari kesan ramai. Sepi, sejuk dan tenang. Benar-benar tempat yang nyaman
untuk menghilangkan rasa stresnya.
Bisa berjam-jam dia menghabiskan waktunya
disana. Hanya sekedar untuk menatapi warna hijau, suara gemercik air, bau tanah
basah, nyanyian burung, deruan daun kering yang tertiup angin dan udara yang
sangat segar.
Semua itu bisa membuatnya lupa akan semua
masalah yang tengah dihadapinya. Termasuk Eun Soo, yang kini tengah sibuk
mencarinya.
Menyadari sudah lama ia menghabiskan waktu
dan meninggalkan Eun Soo yang masih tertawa tadi, ia pun teringat. Berjalan.
Bergegas menghampiri Eun Soo.
“Ya, kemana dia...?” Youngmin panik
sesampainya dan tak mendapati sosok Eun Soo.
Ia pun berlari. Mencoba mencari jejak Eun
Soo. Melewati beberapa semak. Dan memeriksa beberapa sudut yang mungkin di
kunjungi Eun Soo.
Dia tahu betul, tempat mana saja yang
sangat suka dikunjungi Eun Soo.
Sia-sia. Itulah yang behasil ia dapatkan
dari pencariannya.
“Ponsel... ya, ponsel...” Youngmin teringat
akan benda itu.
Mencoba menghubungi Eun Soo.
“Nomor yang anda tuju sedang tidak
aktif.....”
Youngmin mematikan ponselnya. “Ya, Eun
Soo... apa ponselmu mati...” Youngmin mengedarkan pandangannya.
Terselip rasa khawatir disana. Takut
terjadi apa-apa dengan Eun Soo, malaikat yeppeo-nya.
“Song Eun Soo... kau dimana...” Keluh
Youngmin sambil mengedarkan pandangannya, berharap menemukan sosok malaikat
yeppeo-nya.
Di lain sisi, Eun Soo, berharap-harap cemas
mencari Youngmin.
“Ya, kenapa poselku harus mati...” Eun Soo
terus saja memaksakan ponselnya untuk beroperasi lagi.
Eun Soo menarik nafas panjang. Menyerah
untuk membangkitkan kembali ponselnya yang mati.
“Youngmin-ssi... kau dimana....” Lelah
sudah kaki Eun Soo menyusuri tiap- tiap jalan setapak yang ada di bukit dekat
universitas Youngmin.
Youngmin masih saja sibuk mencari Eun Soo.
Dia sama sekali belum menyerah.
“Eun Soo, kenapa kau jadi menghilang
seperti ini. Aku hanya pergi sebentar.”
Youngmin terus saja mengeluh sepanjang pencariannya selama beberapa jam.
Sebuah pencerahan pun datang. Ia menemukan
sesuatu yang tak asing lagi baginya.
“Bukankah ini milik Eun Soo...” Youngmin
menatap sapu tangan itu lekat-lekat.
Meyakini kalau itu milik Eun Soo, Youngmin
pun berteriak memanggil namanya. Berharap Yeoja itu mendengarnya.
“Eun Soo.....” Youngmin meletakkan kedua
tangannya hingga terbentuk huruf o tepat di depan mulutnya.
“Song Eun Soo....” Kali ini dia berteriak
lebih kencang lagi.
“Suara apa itu...?” telinga Eun Soo menatap
sesuatu.
Samar-samar ia mendengar suara yangs anagt
ia kenali.
“Youngmin-ssi....” ucap Eun Soo lemah,
kelelahan mencari Youngmin.
“Song Eun Soo.... kau dimana....?” Youngmin
berteriak lagi.
“Ya, Youngmin-ssi... apa kau bisa
mendengarku... aku disini....” Sahut Eun Soo.
Ingin hati berteriak tapi apa daya, ia
sudah sangat lemah. Tubuhnya tak mampu lagi menopang dirinya untuk bangkit.
Kreeseek...
kreeseek kreeseek....
“Song Eun Soo, kau kah itu...” Youngmin
beralih menatapi semak-semak yang bergerak.
“Eun Soo.... apa itu kau...?” Perlahan
langkah Youngmin mendekati semak-semak itu.
Semak-semak itu semakin begerak
kencang. Semakin membuat jantung
Youngmin berdetak dengan hebat.
“Eun Soo, apa itu kau...?” Youngmin mengulangi
perkataannya.
Jarak antara tempat dia berdiri dengan
semak-semak itu sudah cukup dekat. Anehnya, semak-semak itu behenti bergerak.
Kreek....
Terdengar suara ranting yang terinjak.
Sontak Youngmin kaget dan mengalihkan pandangannya dari semak-semak itu.
“Siapa itu...” teriak Youngmin.
Tak ada suara jawaban apapun yang
didapatnya dari arah yang berlainan.
Ia pun memusatkan pandangannya kembali ke
semak-semak yang bergerak tadi. Tak ada suara apapun di sana.
Tiba-tiba....
Wiiingg....
Loncatlah sesuatu berwarna putih tepat ke
arah mukanya dengan cepat, yang tentu saja mengagetkan Youngmin setengah mati.
Youngmin menahan nafasnya untuk beberapa
detik. Ia terjatuh. Tubuhnya terasa agak mendingin. Sekujur tubuhnya melemah
seketika itu juga.
Dengan tanpa berdosanya, makhluk itu
mngendus-endus ujung sepatu milik Youngmin.
Menyadari kehadiran makhluk aneh yang
ternyata adalah seekor kelinci, Youngmin baru bisa bernafas lega.
“Ternyata hanya seekor kelinci...” Ucap
Youngmin sambil memegangi dadanya.
Ia pun mengelus lembut kepala kelinci itu.
“Lucu.” Kata pertama yang ia keluarkan
setelah mengelusnya.
Setelah ia cukup kuat untuk berdiri, ia pun
melanjutkan pencariannya. Dan tiba-tiba saja......
Deert..
deert.. deert.. deert..
Kleek...
“Yoboseyo....” Ucap Youngmin tanpa melihat
dulu tampilan nama pada layar ponselnya.
“Mwo...? Apa kau bilang....?” Youngmin
terlihat sangat kaget.
Hanya dalam beberapa detik nafasnya menjadi
berat. Tubuhnya terasa dingin lagi. Kaki-kaki itu melemah lagi.
Masih dengan memegangi ponselnya, ia pun
jatuh terduduk.
“Apa-apaan ini...” Ia terlihat sangat
kecewa. Ani, sangat bersalah.
Entah mendapat kekuatan dari mana, ia
langsung bangkit dan berlari sekencang-kencangnya.
.
.
“Hyung...” Ucap seorang namja lirih.
Youngmin melangkah dengan beratnya
mendekati namdongsaeng 6 menitnya. Menatap kosong wajah putih milik Kwangmin.
“Hyung... gwaechanayo...?” Kwangmin malah
jadi khawatir dengan sosok di hadapannya.
Butiran-butiran bening jatuh membasahi pipi
milik Youngmin. Dalam hitungan detik ia pun jatuh terduduk lagi saat melihat
sebuah tubuh tergeletak lemah tak berdaya di dalam ruangan itu.
“Mianhae....”
------
*Apa ini akhir dari sesuatu yang baru
dimulai oleh Youngmin...?*
*Eun Soo, ya, bagaimana dengan
nasibnya...?*
*Dan.. siapakah sosok yang tergeletak lemah
yang dilihat oleh Youngmin...?*
~*TO
BE CONTINUE*~
0 comments:
Posting Komentar