23 Juni 2012

Fanfiction One Shoot "Only To You"

Main Cast             : Jung Yong Hwa, Lee Hye Won
Support Cast         : ahjuma, uisa, and other
Genre                  : Romance, Sad


--Jung Yong Hwa pov--
Cerahnya langit malam ini tak secerah hatiku. Suasana malam yang indah, tak seindah suasana hatiku. Ini semua memang salahku, aku mengakuinya. Sepanjang jalan aku terus memikirkannya.
Dia... ya, yeoja itu... Aku sangat bersalah padanya. Entah kebodohan apa yang telah kulakukan padanya. Aku tak pernah tahu kalau akan berakhir seperti ini. Kulayangkan pandanganku pada langit malam yang cerah, berharap langit bisa menyampaikan permintaan maafku padanya.


Flashback...
“Oppa... kenapa kau selalu tak punya waktu untukku..?? Apa aku sudah tak berarti lagi untukmu..??”, ucapnya kesal.
“Aku benar-benar sedang sibuk. Mengertilah...”, aku mencoba untuk menenangkannya.

Kuakui akhir-akhir ini aku memang sangat sibuk dengan kuliah dan bandku. Aku sama sekali tak bisa menemaninya walau hanya sekedar untuk makan siang bersama. Tapi bukan berarti aku tak mencintainya lagi. Aku hanya ingin dia mengerti dengan kesibukanku sekarang.

“Oppa... sudah cukup aku memahamimu. Mencoba untuk mengerti kesibukanmu kau bilang..?? Aku sudah melakukannya. Menghabiskan akhir pekan dengan kesendirian atau dengan temanku, itu juga sudah kulakukan. Cukup lama... ani, sudah sangat lama aku hanya berdiam, memahamimu dengan semua kesibukanmu.”, kini suaranya meledak, amarahnya sudah sampai pada klimaks.
“Kau meminta apa lagi dariku..??”, kini ia meneteskan air mata.

Air mata itu, ya air mata itu... Aku sangat tidak sanggup untuk melihat air mata itu. Aku menyadari, aku lebih sering membuatnya menangis jika dibandingkan membuatnya tersenyum. Walau ia tak pernah mengakuinya, tapi aku tahu batinnya selalu menangis untuk diriku.

“Aku ingin kau bisa mengerti aku, itu saja.”, ucapku lemas tak berdaya.
“Sampai kapan..?? sampai kapan aku harus menunggumu..?? Apa kau selalu ingin aku untuk mengertimu hingga akhir hayatku hah..!!!”,baru kali ini aku mendengarnya menjawab pertanyaanku dengan ketus.
“Chagia~ kumohon. Sebentar lagi... sebentar lagi... mengertilah...”, aku pun memohon padanya.
“Oppa... aku sudah sangat sering memberikan waktumu hanya untuk semua kesibukanmu. Aku sudah merelakan banyak waktu serta perhatianmu hanya untuk kesibukanmu itu. Tapi oppa...”, ucapnya terhenti, ia menangis sejadi-jadinya.

Aku tak sanggup melihatnya menangis. Kuraih tangannya lalu memeluknya erat. Tapi sayang pelukan itu dilepaskannya. Dadaku terasa sangat sakit saat ia menghempaskan pelukanku.

“Saat hari pentingku saja kau sudah berkali-kali tidak datang. Jangankan untuk datang menemuiku, mengucapkannya saja tidak. Aku sudah tak sanggup lagi oppa... Aku sungguh-sungguh tidak sanggup lagi. Aku bukan lagi yeojachinggumu, aku sudah seperti bonekamu. Yang bisa kau sentuh dan kau tinggalkan begitu saja. Lebih baik aku mundur.”.
“Apa maksudmu..??”, aku pun mengernyitkan keningku. Aku sama sekali tak mengerti perkataannya.
“Aku bukan yeoja yang cocok untukmu. Mungkin disana akan kau temukan yeoja yang jauh lebih baik dan lebih mengerti dirimu. Mianhae...”, aku hanya mampu melihat tubuh itu membelakangiku. Perlahan mulai menjauhiku.
Flashback end...

 Di sebuah taman yang biasa aku kunjungi bersamanya, kenangan itu selalu saja berputar dalam otakku. Taman yang penuh tawa, penuh kehangatan kini terasa sangat sunyi, dingin... Kulangkahkan kakiku menuju sebuah ayunan dan duduk disana. Kenangan itu hinggap lagi di otakku. Aku tak tahu harus bagaimana lagi, sudah 2 hari ini aku selalu memikirkannya. Aku merasa kehilangan dirinya, sangat kehilangan. Kurasakan dadaku semakin sesak. Aku berusaha menahannya dan memeganginya dengan tanganku tapi aku merasa semakin sakit.
--Jung Yong Hwa pov end--

2 tahun kemudian...
“Mianhaeyo... neomu mianhaeyo... gwaechana..??”, tanya Yonghwa panik. Ia baru saja menabrak seorang yeoja yang tiba-tiba saja melintas dihadapannya.
“Aah... lututku... aw...”, rintih yeoja itu.
“Gwaechana..?? Mianhae.. aku tak melihatmu tadi..”, jelas Yonghwa.
“Ani.. gwaechana..”, ucap yeoja itu lalu mengangkat wajahnya.
“K..k..kau...”, Yonghwa terbelalak melihat wajah yeoja yang tak asing baginya. Wajah itu sangat dia kenal.
“Wae..??”, tanya yeoja itu kebingungan.
“A..a.. iisshh.. sebaiknya kuobati dulu lukamu itu. Kajja...”, Yonghwa membantunya berdiri dan memapahnya.

“Untuk luka karena keserempet, ini lumayan parah juga..”, ucap Yonghwa yang tengah membersihkan luka yeoja itu dengan alkohol.
“Tentu saja, tempatku terjatuh itu banyak kerikil dan ada pecahan kaca juga. Bagaimana tidak parah kau itu bagaimana sih..??”, cibir yeoja itu kesal.
“Aku kan tadi sudah minta maaf padamu. Aku tak melihatmu.”.
“Aku yang sebesar ini tak kau lihat..?? Hey.. apa matamu rusak hah..!!!”,yeoja itu marah, sangat marah.
“Aku benar-benar tak melihatmu. Kenapa kau jadi sinis seperti ini. Aku menyesal sudah bersikap manis padamu.”, ucap Yonghwa sambil berlalu.
“Hey, kau... Iisshh... namja pabo...”, teriak yeoja itu sambil berusaha mengejarnya.
“Aakh... lututku. Iisshh...”, cibir yeoja itu sambil memegangi lututnya.

“Sudah ditolong bukannya berterima kasih malah memakiku. Dasar yeoja tak tahu diri.”, cibir Yonghwa sambil menstarter kembali motornya.


--Lee Hye Won pov--
“Oh, tuhan... kenapa kau selalu mempertemukan kami...”, aku sangat tidak menyukai hal ini. entah untuk yang keberapa kalinya aku bertemu dengan namja dingin menyebalkan itu.Setiap kali kami bertemu... Bukan.. bukan.. Setiap kali kami tak sengaja bertemu, namja itu selalu saja berulah hingga membuatku kesal.

“Jung Yong Hwa.... Jung Yong Hwa.... “, dari kejauhan kulihat para yeoja mengejarnya.
“Owh, rupanya namanya itu Jung Yong Hwa...”, gumamku. “Ada apa dengan gadis-gadis itu..??”, aku tersentak kaget karena jumlah yeoja yang mengejarnya sanagt banyak. Tak kusangka kalau yeoja menyebalkan itu sangat populer.

“Apa..??!!! Dia berlari ke arahku..??!!! Apa-apaan ini...”, aku berusaha untuk menghindarinya tapi percuma saja usahaku tak berhasil. Larinya sangat kencang seperti seorang atlet lari. Dengan cekatannya tanganku diraihnya lalu dia mengajakku berlari bersama.

“Hey!!! Apa yang kau lakukan..??!!!”, aku berteriak.
“Sudah diam saja. Ikuti aku....”, ucapnya yang sama sekali tak menoleh ke arahku.
“Hey, namja pabo... kenapa lari membawaku..??”.
“Jika kau tidak ikut berlari denganku, kau akan bernasib lebih parah dari ini. Diam dan cepatlah berlari. Arasso..??”, kali ini wajahnya terlihat sanagt menyebalkan.
Aku sama sekali tak mengerti dengannya. Apa maksudnya berlari dengan membawaku ikut serta..?? Mereka..?? Ya, mereka... untuk apa mereka berlari mengejar namja pabo ini... Kurang kerjaan sekali mereka... Jika sudah berhasil menghindar, awas saja kau....
--Lee Hye Won pov end--

--Jung Yong Hwa pov--
Aku masih terus berlari menghindari yeoja-yeoja itu. Entah kenapa setiap aku selesai manggung, mereka selalu mengejarku. Apa mereka tidak lelah mengejarku..?? Aku saja sudah sangat lelah terus-menerus dikejar oleh mereka.
Jika ia bertanya kenapa, aku sendiri juga tidak tahu mengapa. Pabo..?? Ya, aku memang pabo... Kenapa aku harus mengajaknya ikut berlari bersamaku..?? Memangnya dia siapaku... Kali ini aku terlihat sangat bodoh sekali... Mungkin jika sudah meampu menghindari yeoja yang tak pernah lelah mengejarku ini, aku akan dicaci maki olehnya... Jung Yong Hwa..!!!! Tamatlah riwayatmu...!!!!

“Aku ingat jalan ini, ada sebuah gang kecil disana. Mungkin aku bisa bersembunyi disana.”, ucapku.
“Kau..?? Hey..!!! Apa kau tidak ingat berlari dengan siapa hah..!!!”.
Omo~ aku baru ingat kalau aku tidak sendirian berlari...
“Kajja, masuk sini....”, aku menelusuri gang kecil itu. Ya, gang ini memang agak kecil. Aku masuk lebih dalam lagi supaya tidak terlihat oleh mereka.
Jujur, aku sangat lelah harus selalu menghindari kejaran mereka. Daebak..!!! Mereka sudah seperti atlet... Larinya cepat sekali. Jika tertangkap, habislah wajahku ini karena dicubiti oleh mereka. Aku sangat lelah.... Sulit mengatur nafasku menjadi normal kembali.

“Kau... kau...”, ia sangat terengah-engah. Kulihat ia mengambil nafas dalam-dalam mungkin mencoba mengatur nafasnya. “Kau gila....”.
“Mwo..??”.
“Kau benar-benar sudah gila.... Apa kau tidak dengar...”, suaranya meninggi.
“Hey, aku juga tidak tahu kenapa harus mengajakmu berlari. Aku sendiri juga bingung.”.
Samar-samar aku mendengar suara mereka. Ya, yeoja-yeoja itu masih disekitar sini. Aku tak berani mengeluarkan sepatah katapun  aku tak mau persembunyianku terbongkar.

(Backsound (only reff) Neon Naege Banhaesseo/You’ve Fallin For Me by Jung Yong Hwa)
“Kau itu.....”, buru-buru aku membekamnya bibirnya dengan bibirku jika tidak mungkin aku sudah ketahuan oleh mereka. Cukup lama biirku menempel dibibirnya. Kurasa ia menyukainya. Matanya terlihat sangat indah. Aku mulai menyukai mata itu.

(Backsound end)
--Jung Yong Hwa pov end--

Beberapa bulan kemudian...
--Jung Yong Hwa pov--
“Syukurlah.... ternyata itu terakhir kalinya aku bertemu dengan yeoja aneh itu.”, ucap ku menggerutu.

Entah kenapa walau itu terakhir aku bertemu dengannya, aku malah selalu memikirkannya. Yeoja itu senang sekali merusak hariku. Sangat menyebalkan.

“Apa anda yang bernama Jung Yong Hwa..??”, aku langsung menoleh setelah mendengar suara itu. “Kau.......”, dengan spontan aku langsung berdiri dan mengacungkan telunjukku ke wajahnya.
“Jadi kau yang bernama Jung Yong Hwa.....”, ucapnya lagi. “Omo~ mimpi apa aku semalam......”, ucapnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Kau Lee Hye Won..??”, tanyaku.
“Ne, itu namaku.”, jawabnya datar.
“Dalam bayanganku setelah mendengar suaramu saat bernyanyi, Lee Hyu Won adalah yeoja yang yeppeo. Kenapa yang ada dihadapanku adalah yeoja aneh. Omo~!!! Aku sudah tertipu.....”, ucapku sambil memegangi keningku.
“Kau.....”, ia mengacungkan telunjuknya. “Iisshh, menyebalkan harus bekerja sama denganmu.”, ucapnya ketus.
“Kau pikir aku mau mau bekerja sama denganmu hah..!!!”, aku langsung pergi meninggalkannya.
“Hey... kau sangat tidak sopan.”, teriaknya. Aku terhenti tanpa membalikkan tubuhku lalu langsung bergegas keluar.
--Jung Yong Hwa pov end--


“Dia pikir, dia itu siapa... Seenaknya saja pergi meninggalkanku... Kalau tidak ada sangkut pautnya dengan bernyanyi, aku juga tak sudi bertemu dan bekerja sama dengannya. Meeenyeebaalkaaaaaannn....!!!!”, Hye Won menendang kaleng soda yang tergeletak dihadapannya.
Tuukh... “Aduh...!!!”, Hye Won langsung berlari menyelinap bak seorang tentara ditengah peperangan. Saat mengintip, dia behasil menangkap sosok korbannya. “Jung Yong Hwa...”, pekiknya lalu dengan cepat menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
“Aneh... kenapa tidak ada siapa-siapa disini...”, ucap Yong Hwa sambil memegangi kepalanya yang dicium oleh kaleng soda. “iisshh... sakit sekali..”, ringisnya.
“Rasakan kau...”, ucap Hye Won sambil mengadu kedua kepalan tangannya. Cukup lama Hye Won berada disana. Mengamati tiap gerak-gerik Yong Hwa.

neul ttokgateun haneure neul gateun haru
geudaega eomneun geot malgoneun dallajin ge eomneunde

“Lagu itu...”, Hye Won memegangi kepalanya. Ia merasa sangat mengenali lagu itu. Lagu itu sangat tidak asing ditelinganya.

geuriwo geuriwoseo geudaega geuriwoseo
maeil nan honjaseoman geudaereul bureugo bulleobwayo

Hye Won mencoba berdiri. Buuughh.....
Yong Hwa menghentikan aktifitasnya dan mencari sumber suara itu. Ia berkeliling dan mendapati sosok Hye Won yang sudah tak sadarkan diri.

...
“Bagaimana kondisinya...”, tanya Yong Hwa panik.
“Temanmu baik-baik saja. Hanya saja...”, ucapan uisa menggantung.
“Tapi kenapa..??”, Yong Hwa makin panik.
“Kau tak perlu cemas. Ini terjadi karena efek daya ingatnya akan masa lalu mulai bereaksi.”, uisa tersenyum, membuat Yong Hwa makin tak mengerti.
“Temanmu itu, sepertinya dulu ia pernah mengalami kecelakaan hebat hingga mengganggu memorinya. Dia pingsan karena tak sanggup menahan rasa sakit saat kenangan lamanya terputar kembali dalam otaknya. Tenang saja, dia tak akan apa-apa. Selama ia tak memaksakan diri untuk mengingat semua kejadian d masa lalunya.”, jelas uisa panjang lebar.

...
“Apa dia akan baik-baik saja..??”, Yong Hwa memandanginya. Wajahnya sangat tidak asing. “Kau mengingatkanku pada Lee Hye Rin. Kau sangat mirip sekali dengannya Hye Won. Serupa tapi tak sama.”, Yong Hwa memberanikan diri membelai lembut pipi Hye Won.
Hye Won menggerakkan jarinya perlahan. Melihat gelagat Hye Won yang akan sadar dari pingsannya, Yong Hwa berlari memanggil uisa untuk memeriksanya.

“Aku dimana..??”, kalimat pertama yang diucapkan Hye Won setelah sadar.
“Kau dirumah sakit, beruntung temanmu tadi segera membawamu kesini. Tapi sepertinya ia sudah pergi sekarang. Apa yang kau rasakan..??”, tanya uisa.
“Kepalaku... kepalaku terasa sakit. Apa yang terjadi uisa..??”, tanya Hye Won sambil memegangi keningnya.
“Itu hanya efek dari daya ingatmu akan kenangan masa lalu. Sepertinya kau pernah mengalami kecelakaan yang cukup hebat, benarkah perkiraanku..??”.
“Ne, uisa. Aku memang pernah mengalami kecelakaan.”.
“Jangan terlalu memaksakan diri untuk mengingatnya, kau bisa jatuh pingsan lagi nanti. Banyak-banyaklah istirahat.”, setelah memastikan kondisi Hye Won baik-baik saja, uisa langsung pergi.


--Hye Won pov--
Entah mengapa sejak hari itu, kondisi stamina tubuhku sangat menurun. Aku jadi lebih sering jatuh pingsan. Entah kapan ini akan berakhir. Ya... berakhir untuk merepotkan appa dan eommaku. Aku sering kesal dengan kondisiku sendiri.

Flashback...
“Aku bukan yeoja yang cocok untukmu. Mungkin disana akan kau temukan yeoja yang jauh lebih baik dan lebih mengerti dirimu. Mianhae...”, aku langsung pergi meninggalkannya sendiri. Hati ini terasa sangat sakit dengan sikapnya padaku. Tak ada lagi perhatian darinya.
Aku berlari semampuku. Aku tak bisa menghentikan isakkanku. Aku tak menyadari kalau sebuah mobil melaju dengan kencangnya ke arahku. Perlahan pandangannya menjadi buram dan aku tak bisa melihat apapun pada akhirnya. Samar-samar kudengar sirine ambulance. Dan suara itu hilang begitu saja.
Flashback end...

Sejak bertemu Yong Hwa, ya tentu saja. Setelah mendengar alunan lagu itu, entah kenagan apa yang selalu hinggap di kepalaku. Setiap kenanagan itu berputar di kepalaku, kepalaku tersa teramat sakit. Aku tak bisa menahannya.

Flashback...
“Chagia, gomawo...”, dia mencium keningku. Aku hanya tersenyum. “Kau memang yeoja yang sangat baik, aku beruntung bisa mendapatkanmu.”, dia langsung memelukk. “Pasti dingin... dasar pabo, kenapa tak mengenakan baju hangat..”, pelukannya makin erat dan dengan lembut membelai rambutku yang terurai.
“Aku lupa, aku teralu bersemangat untuk memberikan sonmul itu.”, aku tersenyum. “Tapi oppa... jika aku mengenakan baju hangat, kau tak akan mungkin memelukku seerat ini. Iya kan..??”, godaku dan melepaskan pelukannya.
“Kau....”, dengan secepat kilat wajahnya sangat dekat dengan wajahku. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang hangat. Dalam hitungan detik, dia berhasil mencuri ciuman pertamaku.
Aku terdiam, tak tahu harus berbuat apa. Aku sama sekali belum pernah melakukan ini sebelumnya. Tubuhku terasa bergetar. Jantungku berdegup kencang. Aku sama sekali tak bisa mengontrol fikiranku. Hangat... terasa sangat hangat dan lembut. Aku seperti melayang dibuatnya.
Flashback end...

“Iisshh.. kepalaku....”, sakit itu datang lagi. Aku memegangi ujung selimutku dengan kuat. Keringatku bercucuran. Aku benar-benar tak mampu menahannya. Aku tak mau eomma tahu kalau sakit ini datang lagi. Kuambil bantal didekatku lalu memeganginya kencang. Menggigit-gigit ujung bantal untuk meredam rintihanku. Benar-benar terasa sakit. Samar-samar kudengar langkah seseorang menghampiri kamarku dan semuanya menjadi gelap.
--Hye Won pov end--


--Yong Hwa pov--
“Hye Won... sadarlah. Sampai kapan kau akan menyiksaku seperti ini..??”. Tanpa sadar aku meneteskan air mataku dan jatuh tepat di pipi Hye Won, yeoja yang selama ini aku cintai.
“Eomma sudah menceritakan semuanya padaku. Pada awalnya aku hampir tak percaya, tapi saat eomma mengajakku untuk datang kerumah dan masuk ke dalam kamarmu aku baru menyadarinya. Kau adalah Hye Rin. Ani.. ani.. kau adalah Hye Won yang menyamar menjadi Hye Rin. Tapi aku tak peduli siapa dirimu sebenarnya, karena kupastikan kau adalah yeoja yang sangat kucintai.”, aku membelai lembut pipinya.
“Hye Won, sadarlah... Aku ingin kau tahu...”, aku menggenggam tangannya. “Mianhae telah menyiakanmu. Aku benar-benar namja yang tak berguna. Aku melupakanmu begitu saja dan tenggelam dalam kesibukanku. Aku benar-benar sangat tidak berguna... kau boleh menamparku sepuas hatimu, hingga kau benar-benar bisa memaafkan kebodohanku.”, aku menggerakkan tangannya seolah menampar pipiku.
Aku menangis dihadapannya. Jujur aku belum pernah melakukan ini, menangis dihadapan seorang yeoja. Aku mendekati tubuhnya yang terbaring lemah dan memeluknya. Menangis sejadi-jadinya. Menciumi keningnya lalu bibirnya.
Jujur, aku tak sanggup melihat kondisinya yang sekarang. Ia terlihat sangat kurus, wajahnya pucat, terdapat lingkaran mata yang semakin hari semakin meghitam. Bibir tipisnya memucat. Aku benar-benar tak sanggup melihatnya.
--Yong Hwa pov end--

Yong Hwa selalu menemani Hye Won setiap harinya. Berharap saat ia datang, yeoja yang dicintainya sudah siuman dan tersenyum manis padanya. Tak hentinya setiap menemani Hye Won, Yong Hwa selalu menceritakan tentang kenangan masa lalu mereka berdua. Berharap kenangan-kenangan itu mampu memberikan dorongan pada Hye Won agar cepat siuman.

--Hye Won pov--
Aku membuka kedua mataku perlahan. Samar-samar kulihat appa, eomma dan Yong Hwa berdiri mengelilingiku. Aneh, kenapa tubuhku terasa kaku. Aku sama sekali tak bisa menggerakkannya. Aku ingin sekali memeluk appa dan eomma. Rasanya sangat rindu sekali.

“Dia akan baik-baik saja. Kalau begitu saya permisi dulu.”, uisa tersenyum padaku lalu pergi.
“Appa.... eomma....”, ucapku lemah.
“Akhirnya kau sadar Hye Won...”, kulihat eomma menangis.
“Kami sangat mengkhawatirkanmu...”, appa mengelus lembut kepalaku.
“Kau...”, ucapku sambil mencoba mengangkat tanganku untuk menunjuknya.
“Dia yang selama ini selalu menemani dan menjagamu selama kau koma Hye Won.”, jelas eomma sambil menghapus air matanya.
“Kalau begitu kami akan meninggalkan kalian berdua. Yong Hwa, kami percayakan Hye Won padamu.”, ucap appa sambil menepuk pelan bahu Yong Hwa. Dia hanya menganggukkan kepalanya pelan.

(Backsoundnya berkumandang... I Will Forget You by CN BLUE)
“Kenapa begitu baik padaku..??’, tanyaku sepeninggal kepergian appa dan eomma.
“Aku sudah tahu semuanya. Mianhae... apa kau mau memaafkanku Hye Won..??”.

Aku tahu apa maksud perkataannya. Aku sudah ingat semuanya. Ya, semuanya.

“Aku sudah memaafkanmu sejak dulu. Aku tak mau mengingatnya lagi. Lupakan saja.”, ucapku sambil mengacuhkannya.
“Hye Won apa itu berarti kau mau mene....”.
“Pergilah, aku ingin istirahat. Aku merasa sangat lelah.”, aku buru-buru memotong kalimatnya lalu menarik selimut dan memejamkan mataku.
“Baiklah kalau begitu, aku akan keluar. Istirahatlah, lekaslah sembuh.”, aku mendengarnya jelas dan tiba-tiba saja aku merasakan sebuah kecupan yang hangat singgah dikeningku. Aku hanya bisa merintih dalam hati. Ingin rasanya aku memeluknya, aku sangat merindukannya, aku masih mencintainya. Kudengar langkah kakinya yang semakin menjauh. Dan dia benar-benar pergi.
“Mianhae oppa... aku tak akan bisa bertahan lebih lama lagi.”, cairan hangat dengan mulusnya mengalir. “Aku tak  mau kau semakin menyalahkan dirimu. Berbahagialah dengan yeoja lain, lupakanlah diriku.”.

(Backsound end)
--Hye Won pov end--

Setelah Hye Won sadar, Yong Hwa makin rajin mengunjunginya. Selalu membawakannya sesuatu, tak pernah datang dengan tangan hampa. Sebucket mawar putih, sekeranjang buah-buahan kesukaan Hye Won, boneka nan imut dan lucu tak luput dibawakannya. Dan untuk kesekian kalinya, Hye Won berubah menjadi sangat menyebalkan.

“Untuk apa mengunjungiku setiap hari..?? Apa kau tidak punya kerjaan hah..!!!”, bentak Hye Won saat Yong hwa baru saja tiba.
“Aku hanya ingin melihat keadaanmu..”, ucap Yong Hwa sambil tersenyum manis padanya.
“Aku bosan melihatmu...!!!”, ucap Hye Won acuh.
“Aku sangat merindukanmu. Kau tak sadarkan diri sangat lama. Apa tidak merindukanku..”, Yong Hwa masih menunjukkan senyuman termanisnya.
“Pergi sana..!!! Aku muak melihat wajahmu..!!! Ini.. ambil kembali bungamu..!!!”, Hye Won melemparnya dengan kasar. Yong Hwa memelas. “Cepat pergi...!!! Apa kau tuli hah...!!!”, ucap Hye Won kasar.
Dengan sedih dan terpaksa, Yong Hwa pergi meninggalkannya tanpa sepatah kata.
Menatapi kepergian Yong Hwa, Hye Won tak mampu membendung air matanya. Tapi ia tetap berusaha untuk menahan air matanya. Begitu pintu kamarnya tertutup, dengan leluasanya air dibendungan matanya mengalir dengan derasnya. Membasahi wajahnya yang masih agak pucat. Ia menangis sejadi-jadinya. Mengamati boneka yang dibawakan Yong Hwa, mengambilnya lalu memeluknya erat.
“Mianhae... neomu mianhae...”, isaknya. “Aku harus melakukannya oppa... neomu mianhae...”.

Seharian itu Hye Won tak hentinya meneteskan air mata. Membuka lembar demi lembar album foto yang tergeletak di atas ranjangnya. Saat ia masih kecil.. masih polos, belum mengerti apa-apa. Saat ia merayakan hari ultahnya, berkumpul bersama teman dan keluarga... Semua memori itu terputar kembali dalam kepalanya.

Saat pertama kali merasakan kesedihan karena ditinggal seseorang yang sangat dicintainya. Ya, dia ditinggalkan oleh haraboji saat umurnya hendak menginjak 17 tahun. Angka dimana menjadi tolak ukur bagi orang kebanyakan, peralihan dari masa kanak-kanak menjadi remaja.

Flashback...
“Aku ingin sekali saat merayakan sweet seventeen nanti, semua keluarga bisa bekumpul. Aku ingin berbagi kebahagiaanku bersama mereka semua.”, gumam Hye Won sambil memandangi kalender.
Beberapa hari menjelang hari bahagianya Hye Won merasakan sesuatu yang aneh. Tapi dia tak mengerti apa maksudnya. 3 malam berturut-turut bermimpi saat ultahnya tengah berlangsung. Bukan bahagia yang dia rasakan. Semua anggota berkumpul, mengucapkan selamat padanya tapi dia merasa ada yang kurang. Ada sesuatu yang hilang darinya. Dari penglihatannya, dari hatinya. Ia merasa sangat sedih, entah sedih karena apa. Ia sendiripun tak tahu.

...
“Haraboji...”, tubuhnya terasa lemah saat melihat tubuh haraboji telah ditutupi kain berwarna putih. Dengan perlahan dan ragu ia mendekat. Ia tak percaya dengan apa yang sedang ia lihat. Memegangi tubuh haraboji dan memanggilnya lembut. Tak ada sahutan dari haraboji. Air matanya luluh lantah, ia tak menyangka kalau ini akan terjadi. Haraboji meninggalkannya begitu saja tanpa sepatah kata.
“Ani... aniooo....”, ucapnya tak percaya. “ini tidak mungkin terjadi...”, isaknya. “Haraboji.... harabojiiii....”, teriaknya smbil mengguncang-guncangkan tubuh haraboji.
Haraboji tetap diam. Hye Won menatapnya dengan tatapan kosong. Tak percaya kalau haraboji telah meninggalkannya untuk selamanya. “Harabojiiiiiiiii.......”, teriaknya.
Flashback end...


Beberapa bulan telah berlalu. Kesehatan Hye Won semakin membaik. Kini kondisinya sudah pulih. Dia dapat beraktifitas seperti biasanya.

(Disini ceritanya ada backsoundnya... Because I Miss You by Jung Yong Hwa)
“Hye Won....”, panggil seorang namja yang ternyata adalah Yong Hwa.
“Apa yang kau...”. Yong Hwa langsung memeluknya. Membuat Hye Won menghentikan ucapannya. Ada kehangatan yang dirasakan Hye Won saat Yong Hwa memeluknya.
“Sangat lama... sangat lama aku ingin melakukan ini. Hye Won... akhirnya kau kembali.”, Yong Hwa makin mempererat pelukannya.
“Kau.. jadi selama ini.. selama ini kau selalu menungguku...”, ucap Hye Won tak percaya.
Yong Hwa melepaskan pelukannya dan menatap Hye Won dengan rasa penuh kebahagiaan. “Aku akan selalu menunggumu. Selalu menunggumu untuk kembali padaku. Aku tak akan menyerah karena sudah kupastikan, aku adalah namja satu-satunya yang dapat memiliki hatimu.”.
Dalam sekejap, Yong Hwa berhasil mencuri lagi. Ia mengecup lembut bibir Hye Won. Cukup lama bibir itu saling menempel hingga Hye Won memberanikan diri untuk membuka sedikit mulutnya. Yong Hwa menyambut hangat dan mulai mengulum lembut bibir tipis Hye Won. Terselip rasa bahagia yang dirasakan di hati Hye Won. Ciuman itu kian mendalam saat Yong Hwa memegangi tengkuk Hye Won hingga terdengar decakan-decakan dari tiap kecupan mereka.


Oppa...
sekuat apapun aku mencoba lari darimu...
seketus apapun nada bicaraku padamu...
sedingin apapun sikapku padamu...
aku tak pernah sanggup untuk menghapusmu...
tak pernah sanggup untuk meninggalkanmu...
dan tak pernah sanggup menyiakan cintamu...
saranghaeyo...
neomu saranghaeyo...


THE END

0 comments:

Posting Komentar