Main
Cast : Kim Rye Na, Jo Youngmin, Jo Kwangmin
Support
Cast : Lee
Seul Bi and other
Genre : Romance, Sad (Little?)
Lenght : Twoshot
.... Cerita sebelumnya....
Dua bulan kemudian...
“Oppa...
sudah hampir 2 bulan ini aku tak melihat dongsaengmu. Kemana dia..?? Apa
sakit..??”.
“Ani,
dia tidak sakit. Dia baik-baik saja. Bukankah 1 minggu yang lalu kau bertemu
dengannya..??”.
Just Wanna Love You - Part 2
“Mwo..??
Seminggu yang lalu..??”, Rye Na hanya tertawa tak percaya. “Jika aku memang
baru bertemu dengannya seminggu yang lalu, untuk apa hari ini aku menanyakan
kabarnya padamu oppa....”, ucap Rye Na sambil terseyum.
“Memangnya
kau tak bertemu dengannya..??”, tanya Youngmin penasaran. Rye Na hanya
menggeleng.
“Dia
sendiri yang bilang padaku kalau satu minggu yang lalu kalian jalan bersama.”.
“Oppa,
jika aku memang bertemu dengannya aku pasti minta izin dulu padamu untuk jalan
bersamanya. Kau itu bagaimana...”.
“Lalu..??!!!
A.. rupanya dia berbohong padaku.”, ucap Youngmin sambil tersenyum. Rye Na
menatap tak mengerti. “Apa dia sudah berpamitan padamu saat dia pindah
sekolah..??”.
“Mwo..??
Pindah katamu..??”. Youngmin menganggukkan kepalanya.
“Sejak
hari itu, aku sama sekali tak bertemu dengannya. Pesanku tak pernah dibalas,
telponku juga tak pernah dijawab.”.
“Ya~
dia keterlaluan sekali... Ya~ sudahlah, biarkan saja. Nanti akan kuperingatkan
dia.”.
“Apa
baik-baik saja..??”.
“Huum...
kudengar sebulan lalu dia sudah punya yeojachingu.”.
“Jeongmal..??”,
Rye Na menatap tak percaya.
“Ne...
tapi aku belum pernah melihat yeojachingunya.”, ucap Youngmin sambil mengecak
lembut rambut Rye Na. “Cepat sekali dia bisa melupakan perasaannya padamu..”.
“Kurasa
itu hanya perasaan sesaatnya.”, Rye Na melepaskan pandangannya pada langit biru
siang itu.
o o O o
o
Kwangmin oppa... Rupanya kau begitu cepatnya
melupakan aku...
Walau aku lebih memilih hyungmu untuk menjadi
namjachinguku, tapi perasaanku padamu tak pernah berubah sedikitpun.
Aku masih saja menyukaimu sekalipun aku sudah
memiliki hyungmu...
Apa aku serakah..??? Ya, aku memang serakah...
Tapi aku sadar kalau aku tak mungkin memiliki
kalian sekaligus. Biarlah waktu yang menjawabnya...
Rye Na
meletakkan kembali buku biru pastelnya ke sudut meja. Meraih ponsel yang
letaknya tak begitu jauh darinya. Mengutak-atik ponselnya dan terhenti, lalu
menatapi foto Kwangmin. Ia memang tak merasa menyesal karena telah memilih
Youngmin untuk menjadi namjachingunya, tapi ia menyesal karena setelah
berpacaran dengan Youngmin, dia sama sekali tak pernah melihat sosok Kwangmin,
namja yang sangat ia benci tapi sempat ia cintai.
o o O o
o
“Saengil chukkahamnida.. saengil chukkahamnida..
saengil chukka, saengil chukka.. saengil chukka....hamnida...”, alunan suara
nan merdu menggema di ruang kamar Youngmin.
“You
must make some wish oppa...”, ucap seorang yeoja sambil tersenyum manis pada
Youngmin.
Youngmin
memejamkan matanya sejenak lalu pufft...
cahaya itu kini padam. “Gomawo...”, ucap Youngmin sambil tersenyum penuh
bahagia.
“Saengil
chukka Youngmin...”, ucap eomma, eonni dan sahabat-sahabat Youngmin secara
bergantian yang ikut membuat kejutan untuk ultahnya.
“Belum
tidur eum..??”, tanya Youngmin sambil memeluk yeojanya dengan erat dari
belakang.
“Aku
tidak bisa tidur oppa...”, sahutnya manja. “Kau sendiri..??”, tanya Rye Na
sambil menengok kebelakang, mencoba menatapi wajah namjanya.
“Ada
sesuatu yang membuatku tak bisa tidur.”, ucapnya sambil mempererat pelukannya.
“Disini dingin, kenapa tidak pakai baju hangat..??”.
“Kurasa
sekarang aku tak memerlukannya lagi.”, sahut Rye Na sambil mengelus lembut
tangan Youngmin. “Kau sudah membuatku sangat hangat oppa...”.
“Kau
itu...”, ucapnya sambil mengusap lembut kepala Rye Na. Sekejap Rye Na menjadi
sangat manja pada Youngmin. Ia berbalik lalu memeluk Youngmin erat. “Sepertinya
sudah lama kau tak bersikap semanja ini padaku.”, ucap Youngmin sambil
terkekeh.
Rye Na
melepaskan pelukannya. Dan mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Youngmin. “Apa
tidak boleh bermanja denganmu eum..??”, mimik wajah itu terlihat sedang
menggodanya.
“Rupanya
kau sudah mulai berani padaku.”, Youngmin mulai memajukan wajahnya mendekati
wajah Rye Na. Rye Na langsung memundurkan wajahnya. “Waeyo..?? Takut eum..??”,
kini ekspresi wajah Youngmin menggoda Rye Na.
“Menyebalkan.”,
ucap Rye Na acuh dan membelakanginya.
“Jinjjayo..??
Apa jika aku melakukannya aku masih terlihat menyebalkan..??”.
Rye Na
tak mengerti dengan maksud pertanyaan Youngmin lalu berbalik menatapnya dengan
tatapan aneh. Dalam hitungan detik Rye Na sudah ada dalam dekapan hangat
Youngmin. Bibir mereka saling bertemu.
“Masih
menyebalkan eum..??”, ucap Youngmin setelah menyudahi kecupan bibirnya. Rye Na
masih terlihat kesal dengan candaannya. “Sepertinya masih kurang... apa mau
tambah lagi..??”, ucap Youngmin sambil mendekatkan wajahnya kembali.
“Jika
seperti itu lagi kau terlihat semakin menyebalkan oppa...”, gerutu Rye Na.
“Tapi...
bukankah kau juga menyukainya.”, goda Youngmin.
“Oppa...
hentikanlah.”, serunya manja sambil memeluk Youngmin.
“Kurasa
jawabannya adalah iya.”. “Bagaimana dengan Kwangmin..?? Apa yang dilakukannya
disana..??”.
“Mungkin
dia juga sedang bersenang-senang. Sama sepertimu oppa...”, jawab Rye Na sambil
tersenyum.
“Kuharap
juga begitu.”. Youngmin menghela nafas panjang. “Saengil chukkahamnida,
Kwangmin...”.
Ditempat yang berbeda...
“Saengil
chukkahamnida hyung.... Ini adalah ulang tahun pertama yang kita rayakan secara
terpisah. Kuharap kau bahagia disana bersama dengan Rye Na...”, ucap Kwangmin
sambil memejamkan kedua matanya.
Terdengar
suara seseorang sedang terbatuk-batuk membuat seorang yeoja menjadi gelisah.
“Oppa...
gwaechanayo..??”, tanya yeoja itu penuh kekhawatiran sambil membawakannya
segelas air putih hangat.
Kwangmin
meminumnya secara perlahan lalu mulai merebahkan kembali tubuhnya ke sisi
ranjang.
“Aku
baik-baik saja, kau tak perlu khawatir seperti itu. Aku akan baik-baik saja,
percayalah.”, ucap Kwangmin berusaha menenangkan yeoja yang selama ini dengan
setianya merawat dirinya sejak ia sakit.
“Apa
perlu aku memberitahu hyungmu tentang keadaanmu sekarang..”usul yeoja itu.
“Chagia~
sudahlah... Bukankah kita sudah pernah membahas ini. Aku tidak ingin bertengkar
lagi denganmu hanya karena masalah seperti ini.”, ucap Kwangmin sambil membelai
lembut rambut yeoja di hadapannya.
“Tapi
oppa....”, ucapan yeoja itu menggantung.
Kwangmin
merebahkan tubuhnya dan membenarkan posisi selimutnya. “Aku lelah, aku mau
istirahat. Kau istirahatlah, bisa-bisa nanti kau juga ikut sakit karena terlalu
memperhatikanku.”, ucap Kwangmin sambil tersenyum.
Uhuuk.. uhuk uhuuk... Uhuuk.. uhuk uhuuk...
“Baiklah,
aku akan istirahat setelah aku yakin kalau kau sudah terlelap.”, ucap yeoja itu
sambil mengelus lembut punggung tangan Kwangmin dan menggenggamnya.
“Gomawo
chagia~. Kau begitu perhatian sekali padaku.”, ucap Kwangmin. Uhuuk.. uhuk uhuuk... Uhuuk.. uhuk uhuuk...
“Mianhae... aku tak bisa menemanimu untuk sekedar jalan-jalan diluar seperti
pasangan kekasih lainnya. Mian, sudah selalu merepotkanmu.”, ungkap Kwangmin
sambil tersenyum.
“Oppa...
kau tidak usah memikirkan hal itu. Yang terpenting sekarang adalah
kesembuhanmu. Kau tidak usah memikirkan yang lainnya. Arasseo..???”.
“Ne...
Arasseo...”, jawab Kwangmin lemah.
“Sekarang
tidurlah....”, kata yeoja itu sambil menegelus-elus lembut rambut Kwangmin.
o o O o
o
--Youngmin
pov--
“Ooppaaaa.......”,
samar-samar aku mendengar Rye Na berteriak. Ada apa dengannya, karena khawatir
aku berlari berhamburan menuju kamarku.
Ya,
malam ini dia menginap dirumahku dan kusuruh dia untuk tidur dikamarku
sedangkan aku tidur dikamar Kwangmin.
Saat
masuk ke dalam kamar, kulihat eomma sudah lebih dulu berada disana. Mencoba
menenangkan Rye Na yang tengah menangis. Aku mendekati mereka.
“Eomma
rasa sebaiknya kau tidur disini untuk menemaninya... Tadi Rye Na mengalami
mimpi buruk, dia sudah cerita dengan eomma. Mungkin dengan keberadaanmu disini
setidaknya bisa sedikit membuatnya agak tenang.”, eomma menepuk bahuku pelan
lalu meninggalkan kami berdua.
Aku
menghampiri Rye Na, dia sudah terlihat agak tenang. “Gwaechana.... aku akan
menemanimu disini.”, aku duduk disisi ranjangnya. Dia langsung memelukku.
“Oppa...
aku takut. Aku benar-benar takut.”, dapat kurasakan tubuhnya gemetar.
“Gwaechana...
gwaechana... aku disini sekarang. Kau tak perlu merasa takut lagi.”, ucapku
mencoba menenangkannya.
“Oppa....”,
ucapannya menggantung. “Aku takut kehilangan dirimu.”, tiba-tiba bahuku terasa
hangat, kurasa dia menangis lagi.
“Mwo..??
Kenapa kau berkata seperti itu..??”.
“Oppa....
kau harus berjanji padaku.... Kau tidak akan melakukan hal-hal aneh hanya untuk
membuatku bahagia. Kau mau berjanji untukku kan..??”.
Kulihat
air mata itu meluncur dengan bebasnya di pipi Rye Na. Aku tak mengerti kenapa
tiba-tiba dia mengucapkan kata-kata itu. “Ya, baiklah. Aku berjanji padamu. Aku
tak akan berbuat sesuatu yang aneh hanya untuk membuatmu bahagia.”, jawabku semeyakinkan
mungkin agar dia tak membicarakan sesuatu yang aneh yang tidak kumengerti.
“Ya
sudah. Kau tidur lagi, hari masih gelap. Aku akan disini menemanimu.”, ucapku
sambil tersenyum.
Ia pun
berbaring. Tak lama ia pun terlelap dalam belaianku. Ku tatapi wajahnya yang
masih basah karena cucuran air matanya. Kuseka perlahan, kuusap lembut pipinya.
Lama kelamaan mataku terasa berat. Kuputuskan untuk memejamkan mataku sebentar
dan membaringkan tubuhku di sampingnya.
--Youngmin
pov end--
o o O o
o
Kwangmin
melangkahkan kakinya perlahan keluar kamar. Mencoba mencari angin segar di luar
sana.
“Oppa....”,
teriak seorang yeoja. “Kau mau kemana..?? Kau masih terlihat pucat..!!!”, yeoja
itu sangat mengkhawatirkannya.
“Hanya
ingin mencari angin segar di luar sana.”, sahutnya lemah. Uhuuk.. uhuuk.. “Aku bosan harus berbaring terus.”, lanjutnya.
“Kalau
begitu aku temani...”.
“Tak
perlu, kurasa akan cukup lama diluar sana. Kau tak perlu khawatir, jika terjadi
apa-apa... aku akan menghubungimu. Aku pergi ya...”, ucap Kwangmin sambil
tersenyum.
--Kwangmin
pov--
Pagi
ini udara sangat segar, sangat jauh berbeda dengan yang kuhirup saat berada di
dalam kamar. Senang rasanya bisa berkeliaran kembali di luar rumah, sepertinya
sangat lama sekali aku terpenjara di dalam sana. Aku sedikit berlari kecil di
sebuah taman yang tak jauh dari tempat tinggalku yang baru.
“Baru
sebentar disini kenapa aku sudah merasa bosan ya...??”, gerutuku.
Akupun
melangkahkan kakiku tanpa tujuan. Aku juga tak tahu aku akan kemana dan
langkahku terhenti ketika kusadari kalau aku sudah berada di depan rumah.
“Kenapa
aku malah kesini... Kalau mereka melihatku bagaimana...”, aku jadi panik
sendiri.
“Bukankah
itu Rye Na..??”, aku menatapi seorang yeoja yang baru saja keluar dari rumahku
lekat-lekat.
Yeoja
itu memakai baju training, sepertinya akan jogging. Sembunyi-sembunyi, kuikuti
yeoja itu. dan benar saja itu adalah Rye Na.
“Kenapa
sendirian..?? Kemana hyungku..??”, mataku masih tetap mengamatinya dari
kejauhan tanpa melepaskannya sedikitpun.
Tiba-tiba
saja ponselku bergetar, bukan hanya sekali tapi berkali-kali. Kurasa dia yang
menelponku.
“Yeoboseo...”,
ucapku sambil berjalan santai.
“Oppa,
kau kemana..?? Jangan terlalu jauh...”, benar dugaanku.
“Kau
tak perlu khawatir, aku baik-baik saja. Nanti aku akan kembali dengan naik bis.
Jika kau khawatir seperti itu malah aku yang menjadi khawatir.”.
“Baiklah.
Pai...”.
“Pai...”.
Aku
melihat ke arah depan. “Kemana perginya Rye Na..??”, aku mencarinya celingak
celinguk dan tak menemukannya. “Aah, ternyata aku kehilangan jejaknya...”, aku
melanjutkan langkahku.
“Mencariku...”,
suara itu.... aku mengenali suara itu. Apa benar itu Rye Na....??? Dia
dibelakangku....??? Dengan perlahan aku memutar tubuhku. Yeoja itu..... yeoja itu
benar-benar Rye Na.
“Ternyata
benar dugaanku.”, ucapnnya sambil tersenyum. “Diam-diam mengikutiku....”,
lanjutnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Aku....
aku....”, aku tak bisa mencari alasan. “Aku hanya kebetulan lewat saja.”,
aah... aku merasa sangat pabo.. kenapa malah kalimat tak masuk akal itu yang
keluar dari mulutku.
“Jinjjayo..??”,
ucapnya sambil tersenyum dan berkacak
pinggang. “Aku lapar, ingin sarapan. Mau temani sarapan..??”, ia melengos pergi
setelah sebelumnya tersenyum dengan sangat manisnya padaku.
Aku
melangkah mengikutinya dari belakang. Aneh, kenapa dia sangat santai sekali.
Padahal aku pergi tanpa pamit darinya, sama sekali tak membalas pesannya
satupun dan tak mengangkat telpon darinya. Seharusnya ia sangat marah padaku
sekarang, tapi kenapa ini malah sebaliknya..????
“Kau
terlihat agak kurus, apa yang kau pikirkan..??”, pertanyaan itu terasa sangat
menusuk hatiku.
“Hhm..
tidak ada...”, kilahku.
“Aku
tak percaya pada ucapanmu, oppa....”, ucapnya sambil tersenyum.
Lagi-lagi
senyum itu.... Sudah lama aku tak melihat senyum itu. Aku merindukan senyum
itu. Ingin rasanya bisa melihat senyumannya kapanpun aku mau.
“Memikirkanku
eum..??”, tanya Rye Na sambil tersenyum menggodaku. Spontan saja aku tersedak
mendengar pertanyaannya itu.
“Aku....
aku......”, aku tak tahu harus menjawab apa karena tebakannya sangat jitu
setidaknya untuk kali ini.
--Kwangmin
pov end--
o o O o
o
--Rye
Na pov--
Semenjak
hari itu, hari dimana aku untuk yang pertama kalinya bertemu dengan Kwangmin
oppa sejak kepergiannya yang tiba-tiba, aku jadi lebih sering bertemu
dengannya. Aku sering janjian untuk bertemu di suatu tempat, tanpa
sepengetahuan Youngmin oppa dan yeojachingu Kwangmin oppa.
Jahat..??
Ya, memang jahat... karena hanya untuk bertemu dengannya saja aku harus
mengendap-endap supaya tidak seorangpun yang tahu.
Egois..??
Ya, sangat egois memang... karena aku sama sekali tak memberitahukan Youngmin
oppa kalau aku sering menemui dongsaeng 6 menitnya.
Aah,
tapi biarlah. Ini semua memang karena permintaan Kwangmin oppa, sebenarnya aku
juga tak mau berbohong tapi berhubung Kwangmin oppa meminta merahasiakannya....
ya sudah... aku rahasiakan semua ini.
Hari
ini, dia mengajakku untuk bertemu dengannya lagi di pinggir Sungai Han. Aku
mengobrak-abrik isi lemariku. Mencari-cari pakaian yang akan kukenakan untuk
menemuinya.
“Ini....”,
aku mencocok-cocokannya di depan cermin. Berputar-putar di depannya. “Ani..
ani...”, aku melemparkan ke atas ranjangku.
“Sepertinya
yang ini....”, aku kembali berkaca dan bergaya di depan cermin. “Tapi
sepertinya terlalu pucat.”, aku kembali melemparnya.
“Kurasa
yang ini....”, aku meraih dress selututku. “Yeppeo.....”, aku tersenyum di
depan cermin, warna peach yang cantik. Cukup lama aku berputar-putar dengan
memegangi dressku yang satu ini.
“Kalau
pakai yang ini....... harus kuapakan rambutku....”, aku terduduk lemas di
pinggir ranjang. “Aah, merepotkan...”, gumamku.
Aku
terperangah setelah mendapati kamarku yang seperti kapal pecah. Baju-baju bertebaran
dimana-mana. “Oppa..... andai saja kau tahu....”, gerutuku. “Hanya untuk
bertemu denganmu saja sampai harus seperti ini....”, aku melemparkan
pandanganku ke sekeliling kamarku.
From : Kwangmin oppa
Apa
sudah siap..?? Aku sudah dalam perjalanan. Sampai bertemu disana ^^
Aku juga sudah dalam perjalanan oppa.... gumamku dalam hati.
Terduduk manis di dalam taksi, sangat menyenangkan.
“Sepertinya
aku yang lebih dulu tiba....”, komentarku sambil memandangi sekelilingku.
Tiba-tiba
saja sebucket mawar merah hingap di hadapan wajahku. “Saengil
chukkahamnida......”.
Aku
menerimanya dan berputar. “Oppa....”, aku tersenyum mendapati sosok yang sedari
tadi kutunggu sudah di hadapanku.
“Neomu
yeppeo.....”, ujarnya sambil tersenyum manis.
“Gomawo....”,
ucapku sambil tersipu malu. “Kau jauh terlihat lebih segar dibanding saat
pertama kali bertemu....”, ujarku.
“Jinjjayo..??”.
Aku
menganggukan kepalaku sambil tersenyum senang. Mengitari pinggir Sungai Han
pada petang hari. Melangkah bersama sambil bersenda gurau dengannya, diselimuti
langit nan cerah... menyenangkan. Terhenti di satu sisi lalu menikmati aliran
sungai. Tak kusangka bisa sedekat ini lagi dengannya.
“Bagaimana
hubunganmu dengan hyung, baik-baik saja kah..??”.
Ini
terdengar sangat aneh ditelingaku, entah mengapa. Aku hanya bisa mengangguk.
Entah kenapa tiba-tiba suasana menjadi kaku setelah pertanyaan yang
dilontarkannya barusan.
“Oppa....”,
ujarku yang membuatnya menoleh padaku. “Kenapa pergi tanpa pamit..??”, tanyaku
polos karena aku tak tahu harus berkata apalagi.
Tak
kusangka ia merespon pertanyaanku dengan sebuah kecupan di bibirku. Singkat
memang, tapi mampu membuat jantungku berdegup dengan dahsyatnya.
“Mianhaeyo....”,
bisiknya sambil memelukku erat.
Aku
diam terpaku dengan apa yang telah dilakukannya padaku. “Kukira kau.....”,
ucapanku menggantung.
“Tak
semudah itu melupakanmu Rye Na, pendisiplin paling ceroboh yang pernah
kutemui.”, ungkapnya sambil terkekeh.
Aneh,
bukannya marah tapi malah tersipu karena ucapannya itu.
“Pendisiplin
paling ceroboh yang pernah kau temui sekaligus yeoja yang mampu menaklukan
hatimu. Benarkan eum...??”, tanyaku sambil memandangi wajahnya.
Ia
menatapku dalam sambil tersenyum. “Ya, itulah dirimu.”, ia mengelus lembut
rambutku.
Angin
berhembus dengan tenangnya hingga membuat rambutku sedikit berkibar.
Entahlah..
mau kemana arah hubungan ini. Aku hanya menjalaninya saja saat ini. Mencintai
dua orang namja sekaligus, serakah memang tapi mau bagaimana lagi... aku tak
bisa memilih salah satu diantara mereka.
Aku
tersenyum menatapi wajahnya. “Gomawo oppa.....”, aku memberanikan diri untuk
mendekatkan wajahku lalu mencium bibirnya.
Kecupanku
disambut hangat olehnya. Menyapu lembut bibirku dengan bibirnya, mengulum
bibirku. Aku dibuatnya terbang hanya karena balasan ciuman hangatnya di
penghujung sore ini.
--Rye
Na pov end--
--Youngmin pov--
Entah kenapa perasaanku hari ini sangat tidak enak. Aku menelpon ke rumah
Rye Na. Kata ahjuma, Rye Na sedang pergi keluar. Mendengar itu, aku makin
merasa tidak enak. Aku jadi was-was.
Aku melarikan merci merahku dan meluncur dengan nyamannya di jalanan yang
lumayan ramai. Entah kenapa aku malah ingin sekali ke sungai han. Perasaan yang
sangat aneh. Saat di perjalanan, aku menyempatkan diri untuk mampir ke toko
bunga dan membeli sebucket bunga lili putih nan indah dan segar untuk Rye Na.
To : Chagi Kimmie
Temui aku di pinggir Sungai Han tepat jam 7 malam nanti. Kau akan menyesal
jika tak datang ^^
sampai bertemu nanti malam ^^
sampai bertemu nanti malam ^^
Success sending....
Pasti nanti malam ia
akan sangat bahagia dengan kejutan kecilku ini. Kularikan merciku
menembus kerumunan mobil di jalan yang mulus.
“Sepertinya tempat ini sangat cocok untuk kejutan kecilku...”, aku mulai
sibuk menyiapkan kejutanku. Tak terasa matahari hampir tak terlihat, hari mulai
sedikit menggelap. Kuputuskan untuk berkeliling sebentar di pinggir sungai han.
Angin bertiup dengan sejuknya, samar-samar terdengar kicauan burung camar.
Aku menyukai... sangat-sangat menyukai suasana ini. Saat sedang melemparkan
pandanganku di sekeliling sungai, aku menangkap dua sosok yang sangat kukenal.
Awalnya aku tak percaya kalau itu adalah mereka. Karena rasa penasaran itu
kian membesar, aku memberanikan diri serta menguatkan hati untuk perlahan
mendekati mereka. Saat semakin dekat, kudapati kedua sosok itu tengah
berciuman.
Betapa hancur dan perihnya hatiku saat melihat mereka semesra itu di
belakangku. Tak kukira, yeoja yang selama ini sudah menjadi yeojachinguku
ternyata juga menyukai saengku. Aku merasa dikhianati selama ini. Merasa sangat
pabo dengan menjadikannya yeojachinguku.
Aku yang sudah
menjauhkan mereka. Aku pula yang sudah memisahkan mereka. Dan karena aku
jugalah yang telah merebut yeoja yang paling dicintai oleh saengku hingga ia
putuskan untuk pergi menjauh.
Aku bukanlah seorang
hyung yang baik. Bukan pula seorang oppa yang mampu mengerti apa yang sangat
diinginkan oleh yeojaku. Paboooo..... neomu.. neomu pabooooo.....
Aku berlari sekencang-kencangnya meninggalkan apa yang telah kulihat tadi.
Sebuah kejutan yang sudah membuka sepasang mataku dan mata hatiku.
“Ini sudah tidak ada artinya lagi....”, aku membanting sebucket lili yang
kubeli tadi di atas meja kecil yang sudah siap dengan hidangan makan malam
untukku dan Rye Na.
Aku pergi meninggalkan kejutanku begitu saja. Dan lebih memilih untuk masuk
ke dalam kamar dan menguncinya.
--Youngmin pov end--
o o O o
o
“Omo~ paboyaaaaa......!!!!”, gerutu
Rye Na sambil berhamburan keluar dari kamarnya.
Dengan tergesa-gesa ia melangkah menuju halte bis. Mencoba menghubungi
seseorang dengan wajah khawatir dan bersalah.
“Oppaaaaa.... ayooo angkat telponkuuuu.....”, wajahnya mulai cemas.
Ia mencoba menghubungi kembali, tapi sia-sia tidak ada jawaban dari ujung
sana.
Di tempat terpisah....
“Mianhae, chagia.... Aku yang harusnya pergi.... Bukan Kwangmin.....”,
Youngmin mematikan ponsel mengambil SIM card lalu mematahkannya dan membuangnya
begitu saja.
“Semoga dengan kepergianku ini, kau bisa bersatu dengan saengku.....”, ia
melangkah memasuki pesawat.
Di kediaman
Youngmin....
“Mwo..????!!!”, Rye Na nampak sangat terkejut setelah mendengar berita itu.
“Kapan pesawat itu lepas landas ahjuma...??”, ia mulai cemas.
“Kurasa 15 menit lagi akan lepas landas. Memang Tuan Youngmin tidak
memberitahu Nona Rye Na...??”.
“Ani ahjuma...”, ucapnya lemah sambil menggeleng pelan.
Langkahnya teringsut meninggalkan kediaman Youngmin. Dengan wajah sedih
sekaligus bersalah ia menatapi langit.
“Mianhae oppa.... aku melakukan kesalahan yang sangat fatal.”.
Ditatapnya pesawat yang tengah melintas di depan kedua matanya. Terbang
dengan bebasnya tanpa sedikitpun ada beban. Berharap pesawat itu akan mendarat
dan membawa kembali Youngmin ke pelukannya.
Di pesawat....
“Kwang, semoga kau membaca email dariku. Kutitipkan Rye Na padamu....”.
“Chagia... aku sama sekali tidak kesal ataupun marah padamu. Mungkin ini
memang yang terbaik untuk kita. Jaga dirimu. Kuharap suatu saat nanti kita bisa
bertemu lagi.”, ucapnya sambil menatap foto Rye Na.
~T H E E N D ~
0 comments:
Posting Komentar